Mandiri Kejar Pertumbuhan Anorganik
A
A
A
BUKITTINGGI - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membutuhkan modal Rp200 triliun untuk menjadi bank terbaik se- ASEAN pada 2020.
Salah satu opsi yang dilakukan adalah mengejar pertumbuhan anorganik. Menurut Managing Director dan Chief Financial Officer Bank Mandiri Pahala N Mansury, untuk pertumbuhan anorganik, perseroan telah menyiapkan anggaran tertentu untuk mengakuisisi bank. Namun, dia belum bersedia menyebutkan besaran angkanya kendati telah memasukkan rencana akuisisi bank tersebut dalam Rencana Bisnis Bank (RBB).
“Kita sudah menetapkan sejumlah strategi ke arah sana. Pemupukan modal internal dan perbaikan modal kita adalah satu hal yang kita harapkan terjadi selain opsi pertumbuhan anorganik,” ujar Pahala di sela-sela Media Training 2014 di Bukittinggi, Sumatera Barat, akhir pekan lalu.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa permodalan menjadi sangat penting bagi perbankan dalam lima tahun ke depan. Hal ini karena berbagai proyek infrastruktur pemerintah yang akan dikembangkan memerlukan pembiayaan besar.
“Perbankan nasional hanya mampu memberikan kredit 51% dari belanja infrastruktur nasional Rp682,9 triliun,” ujar dia.
Ria martati
Salah satu opsi yang dilakukan adalah mengejar pertumbuhan anorganik. Menurut Managing Director dan Chief Financial Officer Bank Mandiri Pahala N Mansury, untuk pertumbuhan anorganik, perseroan telah menyiapkan anggaran tertentu untuk mengakuisisi bank. Namun, dia belum bersedia menyebutkan besaran angkanya kendati telah memasukkan rencana akuisisi bank tersebut dalam Rencana Bisnis Bank (RBB).
“Kita sudah menetapkan sejumlah strategi ke arah sana. Pemupukan modal internal dan perbaikan modal kita adalah satu hal yang kita harapkan terjadi selain opsi pertumbuhan anorganik,” ujar Pahala di sela-sela Media Training 2014 di Bukittinggi, Sumatera Barat, akhir pekan lalu.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa permodalan menjadi sangat penting bagi perbankan dalam lima tahun ke depan. Hal ini karena berbagai proyek infrastruktur pemerintah yang akan dikembangkan memerlukan pembiayaan besar.
“Perbankan nasional hanya mampu memberikan kredit 51% dari belanja infrastruktur nasional Rp682,9 triliun,” ujar dia.
Ria martati
(ars)