Ongkos Produksi Kedelai Lampaui Nilai Produksi
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ongkos produksi kedelai pada 2014 mencapai Rp9,1 juta/hektare( ha) per musim tanam. Angka tersebut lebih tinggi dibanding nilai produksinya yang hanya Rp9 juta/ha/musim tanam.
Dengan demikian, usaha tanaman kedelai kurang menarik dibanding tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Padahal, pemerintah berambisi mewujudkan swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan. Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengatakan, pemerintah harus punya kebijakan yang bisa membuat petani kembali bersemangat menanam kedelai sehingga produksi kedelai nasional bisa meningkat lagi.
Menurutnya, terdapat sejumlah faktor yang menjadikan usaha tanaman kedelai menjadi tidak menarik, salah satunya masalah harga patokan petani (HPP) kedelai yang rendah lantaran harus bersaing juga dengan kedelai impor.
”Kalau saja ada kepastian yang bisa menjamin petani tetap untung, pasti akan bertambah produksinya. Misalnya, harga jual mungkin perlu dinaikkan. Harus dilihat juga komponen biaya mana yang harus diberikan insentif,” ujarnya di sela-sela pemaparan Struktur Ongkos Usaha 2014 di kantor BPS, Jakarta, kemarin.
Sebagai catatan, produksi kedelai nasional saat ini hanya 700.000 ton per tahun, padahal sebelumnya pernah menembus 1 juta ton. Menurut Adi, jika pemerintah ingin mengejar target swasembada tiga pangan pokok yaitu padi, jagung dan kedelai, perlu upaya yang luar biasa.
Salah satu tantangan adalah terkait luasan lahan. Saat ini ketiga pangan pokok itu masih mengandalkanlahanyangsamadan cenderung tidak bertambah. ”Selain luas lahan, produktivitas juga harus ditingkatkan, misalnya melalui teknologi bibit unggul dan pemberian pupuk,” tandasnya.
Berdasar data BPS, komponen biaya produksi usaha tanaman kedelai yang terbesar adalah pengeluaran untuk upah pekerja dan jasa pertanian yakni mencakup 44,82%. Biaya lainnya yang juga besar adalah pengeluaran untuk sewa lahan dan benih. Kepala BPS Suryamin mengatakan, dibanding kedelai dan jagung, usaha tanaman padi memiliki tingkat keuntungan lebih tinggi terutama untuk padi sawah.
Ia memaparkan, struktur biaya padi sawah tahun 2014 yaitu biaya produksi Rp12,7 juta per hektare per musim tanam dan nilai produksi yang dihasilkan Rp17,2 juta/ha/musim tanam. Adapun, tanaman jagung memakan biaya produksi Rp9,1 juta/ha/ musim tanam dan menghasilkan nilai produksi Rp12 juta/ ha/musim tanam.
Terkait kedelai, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel pada Senin (22/12) berdiskusi dengan Asosiasi Importir Kedelai (Akindo) terkait dampak pelemahan rupiah yang dikhawatirkan meningkatkan harga kedelaiditingkatkonsumen. Namun, Mendag menjamin pasokan kedelai tetap tersedia di pasaran dan memastikan harga kedelai tetap stabil.
”Saat ini kita dilanda kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun, kami dapat memastikan bahwa stok kedelai aman dalam tiga bulan ke depan sehingga harga kedelai tidak akan melonjak,” tegasnya.
Harga kedelai di tingkat importir saat ini mencapai Rp7.300-7.600 per kilogram (kg) yang kemudian dijual oleh para distributor di tingkat Rp7.800/kg kepada industriindustri tahu-tempe yang mengonsumsi sekitar 84% dari kebutuhan kedelai nasional. Sedangkan, harga rata-rata eceran kedelai di tingkat nasional mencapai Rp11.300/kg, yang merupakan harga jual pengecer kepada sekitar 16% kebutuhan di luar industri tahu/tempe.
Inda susanti
Dengan demikian, usaha tanaman kedelai kurang menarik dibanding tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Padahal, pemerintah berambisi mewujudkan swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan. Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengatakan, pemerintah harus punya kebijakan yang bisa membuat petani kembali bersemangat menanam kedelai sehingga produksi kedelai nasional bisa meningkat lagi.
Menurutnya, terdapat sejumlah faktor yang menjadikan usaha tanaman kedelai menjadi tidak menarik, salah satunya masalah harga patokan petani (HPP) kedelai yang rendah lantaran harus bersaing juga dengan kedelai impor.
”Kalau saja ada kepastian yang bisa menjamin petani tetap untung, pasti akan bertambah produksinya. Misalnya, harga jual mungkin perlu dinaikkan. Harus dilihat juga komponen biaya mana yang harus diberikan insentif,” ujarnya di sela-sela pemaparan Struktur Ongkos Usaha 2014 di kantor BPS, Jakarta, kemarin.
Sebagai catatan, produksi kedelai nasional saat ini hanya 700.000 ton per tahun, padahal sebelumnya pernah menembus 1 juta ton. Menurut Adi, jika pemerintah ingin mengejar target swasembada tiga pangan pokok yaitu padi, jagung dan kedelai, perlu upaya yang luar biasa.
Salah satu tantangan adalah terkait luasan lahan. Saat ini ketiga pangan pokok itu masih mengandalkanlahanyangsamadan cenderung tidak bertambah. ”Selain luas lahan, produktivitas juga harus ditingkatkan, misalnya melalui teknologi bibit unggul dan pemberian pupuk,” tandasnya.
Berdasar data BPS, komponen biaya produksi usaha tanaman kedelai yang terbesar adalah pengeluaran untuk upah pekerja dan jasa pertanian yakni mencakup 44,82%. Biaya lainnya yang juga besar adalah pengeluaran untuk sewa lahan dan benih. Kepala BPS Suryamin mengatakan, dibanding kedelai dan jagung, usaha tanaman padi memiliki tingkat keuntungan lebih tinggi terutama untuk padi sawah.
Ia memaparkan, struktur biaya padi sawah tahun 2014 yaitu biaya produksi Rp12,7 juta per hektare per musim tanam dan nilai produksi yang dihasilkan Rp17,2 juta/ha/musim tanam. Adapun, tanaman jagung memakan biaya produksi Rp9,1 juta/ha/ musim tanam dan menghasilkan nilai produksi Rp12 juta/ ha/musim tanam.
Terkait kedelai, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel pada Senin (22/12) berdiskusi dengan Asosiasi Importir Kedelai (Akindo) terkait dampak pelemahan rupiah yang dikhawatirkan meningkatkan harga kedelaiditingkatkonsumen. Namun, Mendag menjamin pasokan kedelai tetap tersedia di pasaran dan memastikan harga kedelai tetap stabil.
”Saat ini kita dilanda kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun, kami dapat memastikan bahwa stok kedelai aman dalam tiga bulan ke depan sehingga harga kedelai tidak akan melonjak,” tegasnya.
Harga kedelai di tingkat importir saat ini mencapai Rp7.300-7.600 per kilogram (kg) yang kemudian dijual oleh para distributor di tingkat Rp7.800/kg kepada industriindustri tahu-tempe yang mengonsumsi sekitar 84% dari kebutuhan kedelai nasional. Sedangkan, harga rata-rata eceran kedelai di tingkat nasional mencapai Rp11.300/kg, yang merupakan harga jual pengecer kepada sekitar 16% kebutuhan di luar industri tahu/tempe.
Inda susanti
(bbg)