Akses Perbankan Masyarakat Kepri Saingi Nasional

Rabu, 24 Desember 2014 - 14:43 WIB
Akses Perbankan Masyarakat...
Akses Perbankan Masyarakat Kepri Saingi Nasional
A A A
BATAM - Akses perbankan masyarakat Kepulauan Riau (Kepri) telah menyaingi nasional. Ini tercermin dari data kinerja inklusi keuangan 2014 yang membaik.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Kepri, rasio jumlah rekening simpanan per 1.000 penduduk di kawasan ini sebesar 1.452, jauh lebih tinggi dari rasio simpanan nasional yang hanya 861.

Selain itu, akses masyarakat terhadap produk kredit juga tercatat baik, tercermin dari rasio kredit sebesar 197, yang juga lebih tinggi dari data nasional sebesar 190.

"Kinerja financial inclusion di Kepri relatif berjalan baik. Lebih baik dibanding data nasional," ujar Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra, di Batam, Rabu (24/12/2014).

Data tersebut juga menunjukkan, rasio jumlah layanan kantor bank per 1.000 penduduk dewasa tercatat sebesar 29. Kondisi ini juga lebih baik dari rasio di tingkat nasional yang hanya sebesar 23.

Sementara, jumlah ATM per 1.000 penduduk sebesar 75, lebih tinggi dibanding nasional sebesar 42.

"Ke depan, BI akan terus mendorong terciptanya financial inclusion yang lebih berkualitas," tambah Gusti.

Menurut Gusti, inklusi keuangan yang berkualitas diyakini akan memberi dampak besar dari sisi sosial maupun ekonomi.

Semakin mudahnya akses masyarakat ke perbankan, akan mampu meningkatkan efisiensi ekonomi, penguatan stabilitas sistem keuangan, pendalaman pasar keuangan.

Lalu meningkatkan Human Development Index (HDI) Kepri, juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri dan Indonesia.

Sepanjang tahun ini, BI Kepri juga telah mendorong kemudahan akses perbankan, salah satunya melalui Kepri Banking Expo yang bekerja sama dengan Perbanas Batam.

Gusti mengatakan, setiap tahun perbankan di Kepri terus mengalami pertumbuhan, dengan melihat ekspansi kantor dan kantor cabang yang terus terjadi.

Hal itu menandakan ekonomi kawasan ini cukup potensial bagi perbankan.

"Saat ini produk perbankan semakin berkembang, bukan hanya kredit dan tabungan. Penggunaan e-money dengan berbagai kartu juga marak sehingga perlu didorong agar masyarakat paham," ujarnya.

Di samping itu, dia juga mencatat pertumbuhan kredit di Kepri mengalami perlambatan pada 2014. Namun di tengah perlambatan itu, kualitas kredit terjaga pada level aman dan resiko yang terkendali.

Meski terjadi pelambatan kredit yang hanya tumbuh 12%, Gusti menuturkan, kinerja itu masih di bawah target BI Kepri yang mengharuskan pembiayaan tumbuh antara 12% hingga 18%.

NPL Perbankan Kepri tercatat relatif stabil di kisaran 1,7%-1,9% jauh lebih rendah dari batas maksimal yang ditetapkan 5%.

Namun di sisi lain, akses UMKM terhadap kredit perbankan meski relatif baik, namun masih stagnan jika dibandingkan tahun lalu. BI mencatat porsi kredit UMKM hanya 27,03%.

"Akses UMKM terhadap kredit relatif baik, tapi hampir sama dibanding 2013," kata Gusti.

Melambatnya pertumbuhan pembiayaan tersebut diakibatkan menurunnya kinerja sektor industri pengolahan yang memiliki pangsa pasar kredit modal kerja hingga 34%.

Perlambatan penyaluran pada sektor ini, disebabkan sebagian besar sumber pendanaan perusahaan berasal dari cash flow sendiri maupun perusahaan induk.

Kecenderungan perusahaan untuk memilih pembiayaan dari internal perusahaan, atau dari perusahaan induk dipengaruhi oleh meningkatnya rata-rata suku bunga tertimbang kredit modal kerja yang mengalami peningkatan pada triwulan laporan.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6948 seconds (0.1#10.140)