Indonesia Reinsurance Tambah Modal Rp1,5 T

Jum'at, 26 Desember 2014 - 11:03 WIB
Indonesia Reinsurance Tambah Modal Rp1,5 T
Indonesia Reinsurance Tambah Modal Rp1,5 T
A A A
JAKARTA - Indonesia Reinsurance (Indonesia Rei) ditargetkan memiliki modal Rp1,5 triliun di awal 2015. Hal ini sejalan dengan proses merger antara Asei Rei dan Reasuransi Umum Indonesia (RUI) untuk anak usahanya, Reasuransi Indonesia (Reindo).

“Kami akan menerima Rp900 miliar. Berikutnya akan bertambah di awal Januari sebesar Rp600 miliar lagi. Sehingga di awal 2015 totalnya Rp1,5 triliun,” ujar Direktur Utama PT Asei Reasuransi Indonesia (Asei Re) Frans Y Sahusilawane saat dihubungi kemarin. Dia menjelaskan, proses merger menjadi Indonesia Rei tinggal menghitung hari. Pendanaan total Rp1,5 triliun disebutnya suntikan dari Jasa Raharja, Taspen, dan Jamkrindo.

“Kalau sekarang hanya butuh Rp650 miliar. Proyeksi premi yang akan kita tutup senilai Rp500 triliun di awal tahun depan. Tapi, dikasihnya lebih besar tidak apa. Ini sudah ada proyek senilai Rp19 triliun,” ujarnya. Sebelumnya dia mengatakan, bisnis reasuransi nasional harus ditingkatkan, mengingat praktik impor jasa reasuransi yang berlebihan. Pada 2013 saja total premi reasuransi yang ditempatkan di luar negeri senilai Rp19,95 triliun.

Dia berpendapat bahwa kapasitas reasuransi di Indonesia belum dioptimalkan. Sehingga, dibutuhkan kerja sama yang lebih erat dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan Menurut Frans, konsep joint capacity harus dikembangkan secara nasional dengan melibatkan pelaku industri asuransi lainnya.

Dia mengharapkan, Indonesia Rei dapat mulai beroperasi pada awal 2015 dan segera ikut memperkuat konsolidasi kapasitas reasuransi nasional. Lebih lanjut Frans mengatakan, melalui konsolidasi tersebut, premi reasuransi ke luar negeri dapat dikurangi sekitar 10–15% pada 2015.

“Dalam tiga tahun ke depan kami perkirakan terus meningkat hingga 40–50%,” tambahnya. Sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan, pihaknya sudah berdiskusi dengan Kementerian BUMN. Karena modal penggabungan tiga perusahaan reasuransi menjadi Indonesia Reinsurance belum cukup membuat skala perusahaan disebut raksasa.

“Bentuknya bisa penyertaan modal atau bidding capacity, jadi BUMN yang sediakan kapasitas sehingga kita punya daya acceptance yang lebih besar,” ujar Firdaus. Selain BUMN, regulator juga mengajak industri asuransi ikut terlibat dalam bentuk membeli saham (rights issue)setelah proses merger yang melibatkan PT Asei Reasuransi Indonesia (Asei Rei), RUI induk dari PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo), dan PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre) menjadi Indonesia Reinsurance terwujud.

Keterlibatan industri dan BUMN lain sangat penting, lantaran dari ketiga penggabungan tersebut, modal Indonesia Reinsurance hanya sekitar Rp1,5 triliun, masih kalah jauh dibandingkan dengan perusahaan sejenis di Thailand, Malaysia dan Singapura. Bahkan, dengan modal awal tersebut, reasuransi gabungan dikhawatirkan tidak akan mampu mengimbangi pertumbuhan industri asuransi nasional.

Firdaus menegaskan upayanya menggenjot modal Indonesia Reinsurance lebih besar, bukan untuk menyerap seluruh premi di dalam negeri, tetapi hanya untuk mengurangi defisit setahap demi setahap. “Bagaimanapun kami tetap butuh ke luar untuk menyebarkan risiko. Ini hanya butuh fokus kurangi defisit,” tuturnya.

Proses pembentukan Indonesia Reinsurance dilakukan dalamduatahap. Pertama adalah merger antara Asei Rei dan RUI menghasilkanIndonesiaReinsurance (Indonesia Rei) yang ditargetkan selesai tahun ini, dan tahun depan mulai beroperasi. Proses kedua, PT Askrindo akan menyerahkan anak usahanya, Nasional Reasuransi (Nasre).

Hafid fuad
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6344 seconds (0.1#10.140)