Rasa Khawatir yang Tidak Perlu Dikhawatirkan

Senin, 29 Desember 2014 - 11:05 WIB
Rasa Khawatir yang Tidak...
Rasa Khawatir yang Tidak Perlu Dikhawatirkan
A A A
Langkah maju kita seringkali tertahan oleh rasa khawatir yang muncul di pikiran. Tak sepenuhnya salah sebab itu akan membuat kita jauh lebih waspada dan kemudian berusaha mengambil langkah pencegahan agar sebuah kekhawatiran tak jadi kenyataan.

Tetapi, jika itu terus dibiasakan mengganggu pikiran, sudah pasti kita akan tertinggal oleh mereka yang berani mengambil keputusan dengan segala risikonya. Ditambah lagi, menurut sejumlah penelitian, rasa khawatir 80% lebih tak bakal jadi kenyataan. Hasil penelitian tersebut mengingatkan saya pada sebuah ungkapan Mandarin yang saya cantumkan di judul artikel ini, “rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan.

” Sebagai ilustrasi pengertian ini, ada sebuah kisah yang bisa kita petik maknanya berikut ini. Zaman dahulu kala, di sebuah negeri, ada sekumpulan anak-anak yang kerap bermainmain di lapangan desa. Suatu kali, pada musim penghujan, anak-anak itu terus saja bermain. Padahal, petir kerap menyambar sehingga para orang tua pun gelisah. Mereka khawatir petir yang menyambar bisa melukai anak mereka.

Akhirnya, untuk mencegah anak-anak mereka bermain di lapangan, para orang tua punya cara masing-masing. Ada yang melarang secara langsung. Ada pula yang mengunci pintu rumah rapat- rapatsaat hujandatang. Tapi, dari sekian banyak orang tua, ada yang kemudian memutuskan untuk mengarang cerita guna menakut-nakuti si bocah. Bocah ini diberi tahu bahwa petir yang menyambar bisa membuat langit runtuh. Jika itu terjadi, kiamat akan segera datang.

Sejak cerita itu terus disampaikan, si bocah pun jadi sering ketakutan. Setiap kali mendengar geledek, ia merasa saat itu ancaman kiamat bakal datang. Dengan latar belakang kisah itu, si bocah tumbuh menjadi pemuda yang penakut. Setiap kali hujan datang ia selalu memilih untuk mengurung diri dalam rumah. Ia jadi seorang pemuda yang selalu khawatir kalau langit akan runtuh dan menimpanya. Karena itulah, hampir setiap kegiatan hanya dilakukan di dalam rumah.

Maka itu, saat pemuda lain di desanya pergi ke luar desa untuk mendapat penghidupan yang lebih baik, ia tetap memilih untuk hidup di desa. Itu pun selalu dihabiskan dalam rumah. Ia terlalu khawatir dengan kisah yang sering diceritakan orang tuanya. Beberapa kali orang meyakinkan bahwa langit tak akan runtuh. Namun, beberapa kali juga ia mendengar petir menyambar yang membuatnya kembali takut dan khawatir bahwa yang diomongkan orang tuanya akan jadi kenyataan. Sejak saat itu, karena kekhawatiran yang berlebihan, si pemuda pun tertinggal jauh dengan pemuda lain di desanya yang telah banyak melanglang buana meraih suksesnya masing- masing.

The Cup of Wisdom

Kisah tersebut menggambarkan betapa kuatnya pikiran memengaruhi keputusan tindakan seseorang. Dari informasi yang sifatnya pencegahan seperti yang diceritakan orang tua kepada bocah ujungnya malah menanamkan kekhawatiran berlebihan. Ini seperti yang banyak terjadi pada mereka yang terkungkung oleh rasa khawatir yang muncul di benak mereka sendiri.

Belum melakukan apaapa, sudah khawatir bahwa sesuatu kurang mengenakkan bakal terjadi. Padahal, belum tentu yang dikhawatirkan akan terjadi. Maka itu, ungkapan rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan perlu kita renungkan bersama. Betapa sebenarnya, ada banyak hal yang hanya tercipta di benak kita sendiri. Betapa banyak asumsi yang kita ciptakan sehingga malah menghambat perkembangan diri.

Sebaliknya, coba lihat betapa banyak perusahaan yang awalnya diragukan, tapi justru tumbuh sangat mengagumkan. Kekhawatiran hanya akan menjerumuskan kita pada keragu- raguan. Padahal, apa yang di depan sangat ditentukan dengan apa yang kita lakukan hari ini.

Maka itu, jika rasa khawatir sudah membelenggu, niscaya kita pun tak bisa memaksimalkan potensi. Jika ragu-ragu jadi penghambat, niscaya hari ini kita tak bisa memunculkan kemampuan yang hebat. Mari, jangan biarkan kekhawatiran menguasai pikiran. Jangan izinkan ketakutan akan kegagalan menghambat jalan ke depan. Jangan biasakan perasaan ragu-ragu sebagai “teman” keseharian. Ingat bahwa banyak rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan.

Maksimalkan segala potensi dengan selalu melakukan yang terbaik hari ini. Dengan begitu, segala bentuk kekhawatiran akan kalah oleh semangat dan daya juang maksimal yang kita miliki. Salam sukses, luar biasa!
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0762 seconds (0.1#10.140)