Komponen Harga Tak Terpengaruh Penurunan Premium
A
A
A
MAKASSAR - Keputusan pemerintah menurunkan harga premium menjadi Rp7.600 per liter tidak memberikan pengaruh besar dalam peningkatan komponen harga di pasaran.
Menurut Ekonom Unhas Hamid Paddu, penurunan harga premium tidak memberikan efek besar terhadap inflasi dan harga di pasaran. Karena itu, di lapangan tidak terjadi shock atau adanya kejutan yang membuat masyarakat melakukan panic buying terhadap komponen tersebut.
"Kalau dulu sebelum kenaikan BBM diumumkan masyarakat melakukan pembelian premium berlebihan. Sekarang tidak. Dari beberapa kebutuhan pokok harga tidak berubah, tetap seperti biasa. Karena premium hanya menjadi komponen distribusi saja yang berpengaruh," ujarnya, Rabu (31/12/2014).
Hamid menuturkan, kebijakan baru tersebut justru membawa angin segar baru perekonomian di daerah. Bahkan di Sulawesi Selatan (Sulsel), dapat dikatakan dengan kebijakan itu semakin membuat kondisi perekonomian kian stabil.
Dia menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan subsidi atas konsekuensi penurunan harga tersebut, jika nanti ada kenaikan lagi dengan asumsi harga minyak mentah naik.
"Nantinya tetap tidak memberi dampak, karena sudah disiapkan alokasi terhadap premium bersubsidi tersebut dari tahun lalu sebesar Rp187 trilin tahun ini mencapai Rp60 triliun hingga Rp70 triliun," tuturnya.
Alokasi tersebut dimanfaatkan mendorong sektor pertanian, perikanan dan sektor produktif lainnya, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pendapatan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
Menurut Ekonom Unhas Hamid Paddu, penurunan harga premium tidak memberikan efek besar terhadap inflasi dan harga di pasaran. Karena itu, di lapangan tidak terjadi shock atau adanya kejutan yang membuat masyarakat melakukan panic buying terhadap komponen tersebut.
"Kalau dulu sebelum kenaikan BBM diumumkan masyarakat melakukan pembelian premium berlebihan. Sekarang tidak. Dari beberapa kebutuhan pokok harga tidak berubah, tetap seperti biasa. Karena premium hanya menjadi komponen distribusi saja yang berpengaruh," ujarnya, Rabu (31/12/2014).
Hamid menuturkan, kebijakan baru tersebut justru membawa angin segar baru perekonomian di daerah. Bahkan di Sulawesi Selatan (Sulsel), dapat dikatakan dengan kebijakan itu semakin membuat kondisi perekonomian kian stabil.
Dia menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan subsidi atas konsekuensi penurunan harga tersebut, jika nanti ada kenaikan lagi dengan asumsi harga minyak mentah naik.
"Nantinya tetap tidak memberi dampak, karena sudah disiapkan alokasi terhadap premium bersubsidi tersebut dari tahun lalu sebesar Rp187 trilin tahun ini mencapai Rp60 triliun hingga Rp70 triliun," tuturnya.
Alokasi tersebut dimanfaatkan mendorong sektor pertanian, perikanan dan sektor produktif lainnya, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pendapatan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
(izz)