Inflasi Jabar Desember 2,14%
A
A
A
BANDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat laju inflasi di wilayah ini pada Desember 2014 sebesar 2,14% atau di bawah inflasi nasional sebesar 2,46%.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf menyebutkan, tekanan inflasi tahun ke tahun selama dua belas bulan terakhir (yoy) Jabar mencapai 7,41%.
Dia mengatakan, inflasi Desember 2014 dipicu naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran.
"Begitupun laju inflasi tahun kalender 2014 (year to date) sebesar 7,41%," ujarnya saat konfrensi pers di Gedung BPS Jabar, Bandung, Jumat (2/1/2015).
Dari tujuh kelompok pengeluaran semuanya mengalami inflasi. Antara lain kelompok bahan makanan sebesar 2,83%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,52%.
Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,99%, kelompok sandang 0,34%, kelompok kesehatan 1,20%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24%.
Dody menuturkan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yakni sebesar 6,22%. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok transportasi.
"Komoditi yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah angkutan dalam kota, bensin, solar dan angkutan antar kota," imbuh dia.
Dari tujuh kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) di Jabar November 2014, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya (2,44%), diikuti Kota Sukabumi (2,43%), Kota Bandung (2,34%), Kota Depok (2,13%), Kota Bekasi (1,99%), Kota Bogor (1,86%), dan Kota Cirebon (1,78%).
Menurutnya, jika dibandingkan dengan besarnya inflasi Januari-Desember di Jabar dalam kurun waktu 2010-2014, inflasi gabungan tertinggi terjadi pada 2013 yakni sebesar 9,15%.
"Sementara terendah terjadi pada 2011 sebesar 3,10%. Pada 2010 sebesar 6,62%, 2012 mencapai 3,86%, dan 2014 tercatat 7,41%," tandasnya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf menyebutkan, tekanan inflasi tahun ke tahun selama dua belas bulan terakhir (yoy) Jabar mencapai 7,41%.
Dia mengatakan, inflasi Desember 2014 dipicu naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran.
"Begitupun laju inflasi tahun kalender 2014 (year to date) sebesar 7,41%," ujarnya saat konfrensi pers di Gedung BPS Jabar, Bandung, Jumat (2/1/2015).
Dari tujuh kelompok pengeluaran semuanya mengalami inflasi. Antara lain kelompok bahan makanan sebesar 2,83%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,52%.
Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,99%, kelompok sandang 0,34%, kelompok kesehatan 1,20%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24%.
Dody menuturkan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yakni sebesar 6,22%. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok transportasi.
"Komoditi yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah angkutan dalam kota, bensin, solar dan angkutan antar kota," imbuh dia.
Dari tujuh kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) di Jabar November 2014, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya (2,44%), diikuti Kota Sukabumi (2,43%), Kota Bandung (2,34%), Kota Depok (2,13%), Kota Bekasi (1,99%), Kota Bogor (1,86%), dan Kota Cirebon (1,78%).
Menurutnya, jika dibandingkan dengan besarnya inflasi Januari-Desember di Jabar dalam kurun waktu 2010-2014, inflasi gabungan tertinggi terjadi pada 2013 yakni sebesar 9,15%.
"Sementara terendah terjadi pada 2011 sebesar 3,10%. Pada 2010 sebesar 6,62%, 2012 mencapai 3,86%, dan 2014 tercatat 7,41%," tandasnya.
(izz)