Menanti Keberuntungan Pada January Effect
A
A
A
Dalam perjalanannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering mengalami perubahan arah (tren), seperti tren penguatan (bullish) maupun tren pelemahan (bearish ) selama periode tertentu yang biasanya terjadi karena adanya sentimen-sentimen pemicu, baik dari dalam maupun luar negeri.
Terjadinya suatu tren yang cenderung berulang selama periode tertentu secara historis jangka panjang sekaligus menjadi ekspektasi umum, dapat menimbulkan spekulasi investor yang hendak mencari keberuntungan dengan keberadaan tren tersebut. Memasuki awal tahun baru, optimisme pasar biasanya terdorong oleh prospek investasi sekaligus ekspektasi investor atas hasil yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya atas investasi di saham.
Karena itu, para investor pada umumnya cenderung melakukan aktivitas pembelian atau investasi saham dan kinerja (return ) IHSG pun menjadi terapresiasi dan membentuk tren kenaikan. Seiring berjalannya waktu, tren kenaikan yang secara historis cenderung berulang di saat memasuki awal tahun, disebut sebagai January Effect .
Berdasarkan rekap kinerja sejak 16 tahun terakhir (1999- 2014), persentase kejadian (probabilitas) di mana IHSG tidak mencatat hasil negatif sepanjang Januari hanya sebesar 37,5% atau sebanyak 6 kejadian. Sementara probabilitas hasil positif sepanjang Januari sebesar 62,5% atau sebanyak 10 kali dengan rata-rata kinerja 1,36%.
Berlatar belakang kondisi tersebut, akan lebih menarik jika sebagai investor menelaah lebih jauh terhadap rentang waktu di bulan Januari yang cenderung konsisten mengalami tren kenaikan, seperti periode mingguan.
Mengacu pada data selama 16 tahun terakhir dengan menggunakan return mingguan yang dihitung berdasarkan asumsi dalam satu minggu terdiri dari tujuh hari kalender, terlihat bahwa rata-rata return mingguan IHSG di Januari terlihat cenderung mengalami kenaikan di minggu pertama, kedua, dan keempat dengan ratarata masing-masing 1,2%, 0,6%, dan 0,9% serta probabilitas kenaikan masing-masing 62,50%, 68,75%, dan 62,50%.
Sementara sedangkan memasuki minggu ketiga, rata-rata kinerja minguan IHSG justru mencetak return negatif, yakni - 1,0% dengan probabilitas kenaikan 43,75%. Dari ulasan kinerja historis tersebut (lihat tabel), dapat disimpulkan sekilas bahwa peluang investasi jangka pendek di Januari terjadi sepanjang periode minggu pertama dan kedua berdasarkan analisa ratarata kinerja meskipun dengan hasil probabilitas yang tidak terlalu signifikan.
Terdapat sejumlah hal yang dapat menjadi pemicu terjadinya momentum January Effect yang relatif singkat tersebut. Pertama , sikap investor yang cenderung menyambut positif pembukaan perdagangan di awal tahun, terlebih dikarenakan masih banyaknya investor yang berekspektasi pada kenaikan kinerja investasi, baik di pasar saham maupun obligasi di tahun baru.
Kedua, antisipasi investor terhadap sejumlah rilis data-data makroekonomi, terutama domestik, yang diperkirakan masih sesuai ekspektasi. Misalnya, seperti rilis data inflasi, suku bunga, dan neraca perdagangan. Ketiga, publikasi beritaberita mengenai aksi korporasi emiten-emiten, terlebih di bursa saham, terlebih terkait dengan rencana dan strategi bisnis emiten di tahun baru yang turut menjadi katalis positif bagi investor.
Terakhir , strategi akumulasi investor menanti rilis kinerja emiten untuk periode kuartal IV sekaligus momentum dividen tunai final. Di samping itu, penulis juga meninjau sektor-sektor saham yang berpeluang besar mencetak kenaikan dan rata-rata return yang positif dalam dua minggu pertama di Januari untuk seiring momentum January Effect.
Data-data yang digunakan, yakni kinerja 9 indeks sektoral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama dua minggu pertama di Januari selama 16 tahun terakhir di mana terdapat tiga sektor saham dengan probabilitas kinerja naik tertinggi serta rata-rata return positif. Di antaranya adalah, sektor keuangan, sektor properti & real estat, dan sektor industri dasar & kimia.
Pertama, sektor Keuangan mencatat rata-rata return sebesar 7,04%. Sentimen penopang kinerja saham-saham di sektor Keuangan diperkirakan karena peranan sektor tersebut yang cukup penting sebagai media pendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit, baik untuk keperluan konsumsi, investasi, maupun modal kerja. Kedua , sektor properti & real estat dengan rata-rata return sebesar 4,73%.
Sentimen penopang kinerja saham-saham di sektor properti & real estat adalah rilis berbagai rencana proyek berkelanjutan. Selain itu, masih tingginya permintaan terhadap sarana hunian, baik untuk masyarakat maupun perkantoran, sehingga mendorong adanya pengembangan dan ekspansi yang berkelanjutan.
Ketiga, sektor Industri Dasar & Kimia dengan rata-rata return sebesar 3.12% di mana sentimen penopang diperkirakan dari permintaan yang relatif cukup kuat terhadap kebutuhan dasar untuk bahan baku, baik untuk proyek infrastruktur dan konsumsi masyarakat. Selamat berinvestasi!
Nuning Nursita,
Analis www.infovesta.com
Terjadinya suatu tren yang cenderung berulang selama periode tertentu secara historis jangka panjang sekaligus menjadi ekspektasi umum, dapat menimbulkan spekulasi investor yang hendak mencari keberuntungan dengan keberadaan tren tersebut. Memasuki awal tahun baru, optimisme pasar biasanya terdorong oleh prospek investasi sekaligus ekspektasi investor atas hasil yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya atas investasi di saham.
Karena itu, para investor pada umumnya cenderung melakukan aktivitas pembelian atau investasi saham dan kinerja (return ) IHSG pun menjadi terapresiasi dan membentuk tren kenaikan. Seiring berjalannya waktu, tren kenaikan yang secara historis cenderung berulang di saat memasuki awal tahun, disebut sebagai January Effect .
Berdasarkan rekap kinerja sejak 16 tahun terakhir (1999- 2014), persentase kejadian (probabilitas) di mana IHSG tidak mencatat hasil negatif sepanjang Januari hanya sebesar 37,5% atau sebanyak 6 kejadian. Sementara probabilitas hasil positif sepanjang Januari sebesar 62,5% atau sebanyak 10 kali dengan rata-rata kinerja 1,36%.
Berlatar belakang kondisi tersebut, akan lebih menarik jika sebagai investor menelaah lebih jauh terhadap rentang waktu di bulan Januari yang cenderung konsisten mengalami tren kenaikan, seperti periode mingguan.
Mengacu pada data selama 16 tahun terakhir dengan menggunakan return mingguan yang dihitung berdasarkan asumsi dalam satu minggu terdiri dari tujuh hari kalender, terlihat bahwa rata-rata return mingguan IHSG di Januari terlihat cenderung mengalami kenaikan di minggu pertama, kedua, dan keempat dengan ratarata masing-masing 1,2%, 0,6%, dan 0,9% serta probabilitas kenaikan masing-masing 62,50%, 68,75%, dan 62,50%.
Sementara sedangkan memasuki minggu ketiga, rata-rata kinerja minguan IHSG justru mencetak return negatif, yakni - 1,0% dengan probabilitas kenaikan 43,75%. Dari ulasan kinerja historis tersebut (lihat tabel), dapat disimpulkan sekilas bahwa peluang investasi jangka pendek di Januari terjadi sepanjang periode minggu pertama dan kedua berdasarkan analisa ratarata kinerja meskipun dengan hasil probabilitas yang tidak terlalu signifikan.
Terdapat sejumlah hal yang dapat menjadi pemicu terjadinya momentum January Effect yang relatif singkat tersebut. Pertama , sikap investor yang cenderung menyambut positif pembukaan perdagangan di awal tahun, terlebih dikarenakan masih banyaknya investor yang berekspektasi pada kenaikan kinerja investasi, baik di pasar saham maupun obligasi di tahun baru.
Kedua, antisipasi investor terhadap sejumlah rilis data-data makroekonomi, terutama domestik, yang diperkirakan masih sesuai ekspektasi. Misalnya, seperti rilis data inflasi, suku bunga, dan neraca perdagangan. Ketiga, publikasi beritaberita mengenai aksi korporasi emiten-emiten, terlebih di bursa saham, terlebih terkait dengan rencana dan strategi bisnis emiten di tahun baru yang turut menjadi katalis positif bagi investor.
Terakhir , strategi akumulasi investor menanti rilis kinerja emiten untuk periode kuartal IV sekaligus momentum dividen tunai final. Di samping itu, penulis juga meninjau sektor-sektor saham yang berpeluang besar mencetak kenaikan dan rata-rata return yang positif dalam dua minggu pertama di Januari untuk seiring momentum January Effect.
Data-data yang digunakan, yakni kinerja 9 indeks sektoral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama dua minggu pertama di Januari selama 16 tahun terakhir di mana terdapat tiga sektor saham dengan probabilitas kinerja naik tertinggi serta rata-rata return positif. Di antaranya adalah, sektor keuangan, sektor properti & real estat, dan sektor industri dasar & kimia.
Pertama, sektor Keuangan mencatat rata-rata return sebesar 7,04%. Sentimen penopang kinerja saham-saham di sektor Keuangan diperkirakan karena peranan sektor tersebut yang cukup penting sebagai media pendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit, baik untuk keperluan konsumsi, investasi, maupun modal kerja. Kedua , sektor properti & real estat dengan rata-rata return sebesar 4,73%.
Sentimen penopang kinerja saham-saham di sektor properti & real estat adalah rilis berbagai rencana proyek berkelanjutan. Selain itu, masih tingginya permintaan terhadap sarana hunian, baik untuk masyarakat maupun perkantoran, sehingga mendorong adanya pengembangan dan ekspansi yang berkelanjutan.
Ketiga, sektor Industri Dasar & Kimia dengan rata-rata return sebesar 3.12% di mana sentimen penopang diperkirakan dari permintaan yang relatif cukup kuat terhadap kebutuhan dasar untuk bahan baku, baik untuk proyek infrastruktur dan konsumsi masyarakat. Selamat berinvestasi!
Nuning Nursita,
Analis www.infovesta.com
(ars)