Keyakinan Konsumen Melemah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasikan adanya perlemahan keyakinan konsumen pada Desember 2014 dibandingkan bulan sebelumnya namun masih berada pada level optimistis.
Kondisi ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2014 sebesar 116,5 turun sebesar 3,6 poin dari bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pelemahan tersebut disebabkan oleh penurunan seluruh indeks pembentuknya, baik indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) maupun indeks ekspektasi konsumen (IKE) terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang.
“Meski menunjukkan tren penurunan dalam tiga bulan terakhir, tingkat keyakinan konsumen pada Desember 2014 tersebut masih relatif lebih baik dibandingkan kondisi pascakenaikan harga BBM Juni 2013 yang menyebabkan IKK Juli 2013 turun dari 117,1 menjadi 108,6,” kata Tirta dalam keterangan tertulis di Jakarta kemarin.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), secara regional pelemahan IKK terjadi di 13 kota dengan penurunan indeks terbesar terjadi di Makassar (-16,7 poin) dan Pontianak (-10,8 poin). Sementara berdasarkan tingkat pengeluarannya, penurunan IKK terbesar terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan.
Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan enam bulan sebelumnya mengalami penurunan IKE Desember 2014 menurun 3,9 poin menjadi 110,2. Tirta menjelaskan, kenaikan harga BBM bersubsidi pada 18 November 2014 yang diiringi dengan kenaikan harga barang dan jasa ditengarai telah menyebabkan pengeluaran responden untuk membeli kebutuhan pokok meningkat.
Sehingga menahan pembelian barang tahan lama selama bulan Desember 2014. Pengamat ekonomi A Prasetyantoko mengatakan, faktor terbesar perlemahan keyakinan konsumen pada Desember lalu karena ada kenaikan harga BBM pada November. Dan ternyata, efek berantai yang ditimbulkan salah satunya yakni mendorong inflasi untuk menjadi lebih tinggi dari ekspektasi.
“Jadi, kalau inflasi tinggi daya beli, masyarakat menurun. Dan itu artinya, confident terhadap ekonomi juga menurun. Memang transmisinya berawal dari kenaikan harga BBM itu,” ujar Prasetyantoko kepada KORAN SINDO kemarin.
Menurutnya, meski pemerintah sudah menurunkan harga BBM pada bulan ini, pelemahan keyakinankonsumenpada bulan Januari masih tetap ada. Penurunan harga BBM tidak serta merta diikuti oleh penurunan harga. Kemudian, meski harga BBM turun, pasti ada kemungkinan harga BBM akan naik kembali.
“Karena ini tergantung dengan harga minyak dunia, meski saat ini masih rendah, masih akan naik lagi,” ujarnya.
Kunthi fahmar sandy
Kondisi ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2014 sebesar 116,5 turun sebesar 3,6 poin dari bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pelemahan tersebut disebabkan oleh penurunan seluruh indeks pembentuknya, baik indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) maupun indeks ekspektasi konsumen (IKE) terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang.
“Meski menunjukkan tren penurunan dalam tiga bulan terakhir, tingkat keyakinan konsumen pada Desember 2014 tersebut masih relatif lebih baik dibandingkan kondisi pascakenaikan harga BBM Juni 2013 yang menyebabkan IKK Juli 2013 turun dari 117,1 menjadi 108,6,” kata Tirta dalam keterangan tertulis di Jakarta kemarin.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), secara regional pelemahan IKK terjadi di 13 kota dengan penurunan indeks terbesar terjadi di Makassar (-16,7 poin) dan Pontianak (-10,8 poin). Sementara berdasarkan tingkat pengeluarannya, penurunan IKK terbesar terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan.
Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan enam bulan sebelumnya mengalami penurunan IKE Desember 2014 menurun 3,9 poin menjadi 110,2. Tirta menjelaskan, kenaikan harga BBM bersubsidi pada 18 November 2014 yang diiringi dengan kenaikan harga barang dan jasa ditengarai telah menyebabkan pengeluaran responden untuk membeli kebutuhan pokok meningkat.
Sehingga menahan pembelian barang tahan lama selama bulan Desember 2014. Pengamat ekonomi A Prasetyantoko mengatakan, faktor terbesar perlemahan keyakinan konsumen pada Desember lalu karena ada kenaikan harga BBM pada November. Dan ternyata, efek berantai yang ditimbulkan salah satunya yakni mendorong inflasi untuk menjadi lebih tinggi dari ekspektasi.
“Jadi, kalau inflasi tinggi daya beli, masyarakat menurun. Dan itu artinya, confident terhadap ekonomi juga menurun. Memang transmisinya berawal dari kenaikan harga BBM itu,” ujar Prasetyantoko kepada KORAN SINDO kemarin.
Menurutnya, meski pemerintah sudah menurunkan harga BBM pada bulan ini, pelemahan keyakinankonsumenpada bulan Januari masih tetap ada. Penurunan harga BBM tidak serta merta diikuti oleh penurunan harga. Kemudian, meski harga BBM turun, pasti ada kemungkinan harga BBM akan naik kembali.
“Karena ini tergantung dengan harga minyak dunia, meski saat ini masih rendah, masih akan naik lagi,” ujarnya.
Kunthi fahmar sandy
(ars)