Uang Beredar Tumbuh 12,7%

Jum'at, 09 Januari 2015 - 10:32 WIB
Uang Beredar Tumbuh...
Uang Beredar Tumbuh 12,7%
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan uang beredar (M2) pada November 2014 mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya.

Posisi uang beredar tercatat sebesar Rp4.076,3 triliun atau tumbuh 12,7%, lebih tinggi dibandingkan Oktober 2014. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan tersebut terutama bersumber dari akselerasi pertumbuhan komponen uang kuasi.

Dia menyebutkan, uang kuasi tercatat sebesar Rp3.099 triliun atau naik 13,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Oktober 2014. “Sementara itu, komponen M2 lainnya yaitu M1 tumbuh relatif stabil pada November 2014,” ujar Tirta di Jakarta kemarin. Sementara, pada November 2014 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp3.930,1 triliun, tumbuh 13,4% (yoy), sama dengan periode sebelumnya.

Menurutnya, perkembangan penghimpunan DPK yang relatif stagnan tersebut bersumber dari peningkatan pertumbuhan simpanan berjangka yang terjadi bersamaan dengan penurunan pertumbuhan giro dan tabungan. Simpanan berjangka di November 2014 tercatat sebesar Rp1.8258,5 triliun atau tumbuh 21,2% (yoy) lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (20,0%;yoy).

Di sisi lain, giro dan tabungan tumbuh masing-masing sebesar 7,8% (yoy) dan 7% (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2014. Lebih lanjut Tirta mengungkapkan, laju pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh pola belanja pemerintah pusat yang masih ekspansif.

Ekspansi tersebut tercermin pada menurunnya simpanan pemerintah pusat yang tercatat sebesar Rp214,6 triliun atau tumbuh negatif 5,9% (yoy), lebih rendah dibanding Oktober 2014. “Hal ini sejalan dengan pola aktivitas belanja pemerintah pusat di akhir tahun,” ujarnya.

Sementara, laju pertumbuhan kredit pada November 2014 masih mengalami perlambatan. Perkembangan kredit tersebut, lanjut dia, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dari 5,12% pada kuartal II/2014 menjadi 5,01% pada kuartal III/2014. Sedangkan, posisi penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp3.626,2 triliun pada November 2014 atau tumbuh 11,7% (yoy) lebih rendah dibanding Oktober 2014 (12,4%;yoy).

Menurut dia, perlambatan kredit terjadi pada kredit untuk jenis penggunaan modal kerja (KMK) dan investasi (KI). “Perlambatan KMK terutama terjadi pada industri pengolahan yang tumbuh 11,0% ; (yoy) pada November 2014, lebih rendah dibanding Oktober 2014 (13,6%;yoy),” terang dia.

Sementara, perlambatan investasi terjadi pada industri pengolahan serta industri perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh dari 26,7% (yoy) dan 11% (yoy) pada Oktober 2014 menjadi 24,8% (yoy) dan 10,1% (yoy) pada November 2014.

Secara sektoral, PHR dan industri pengolahan memiliki pangsa terbesar dari total kredit produktif yaitu masing-masing 30,6% dan 24,4%;. Sementara itu, kredit yang disalurkan pada usaha mikro, kecil, dan menengah sedikit mengalami perlambatan. Pada November 2014 posisi kredit UMKM tercatat sebesar Rp660,8 triliun atau tumbuh 11% (yoy), lebih rendah dibanding Oktober 2014.

“Perlambatan terutama terjadi pada skala usaha menengah yang tumbuh 8,6% melambat dibandingkan Oktober 2014,” papar Tirta. Di sisi lain, penyaluran kredit pada sektor properti pada November 2014 tercatat sebesar Rp551,2 triliun, atau tumbuh 17,3% (yoy), lebih tinggi dibanding Oktober 2014. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh jenis kredit properti, yaitu KPR dan KPA, konstruksi dan real estat. KPR dan KPA pada November 2014 tercatat sebesar Rp314,6 triliun atau tumbuh 12,9, lebih tinggi dibanding Oktober 2014.

Sementara, kredit konstruksi dan real estat pada November 2014 masing-masing mencatat pertumbuhan 27,1% (yoy) dan 18,7% (yoy), meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut dia, akselerasi pertumbuhan kredit properti di tengah melambatnya pertumbuhan kredit secara umum mengindikasikan masih ada peningkatan permintaan masyarakat akan properti di tengah moderasi pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, uang beredar pada Desember 2014 meningkat terkait dengan belanja pemerintah khususnya belanja pemerintah pada pengujung tahun atau semester II tahun lalu. Tapi di sisi lain, pertumbuhan kredit mengalami perlambatan karenapengaruhdari perlambatan ekonomi domestik pada kuartal III/2014. Kredit korporasi atau UMKM dan penggunaannya, seperti kredit investasi ataupun kredit konsumsi, juga mengalami perlambatan.

“Kalau kita lihat, membaiknya pertumbuhan uang beredar ini memang ditunjukkandengansistemlikuiditas perbankan, tapi dari sisi kreditnya memang masih sejalan dari pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat,” kata Josua saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.

Menurutdia, ditengah kondisi likuiditas perbankan yang makin menurun serta wacana kenaikan suku bunga acuan tahun ini turut memicu penurunan likuiditas atau pasokan dari dolar AS. “Jadi, kalau dilihat dari sisi perbankan, LDR perbankan juga hampir mendekati level batas atas sekitar 92%,” pungkasnya.

Kunthi fahmar sandy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0736 seconds (0.1#10.140)