Investasi Asing Diyakini Tetap Masuk RI
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah diperkirakan tidak akan jor joran menerbitkan surat berharga negara (SBN) pada kuartal pertama tahun ini, pascarealokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke sektor produktif.
Hal ini berbeda dengan tahun lalu, saat kuartal I jumlah SBN yang dilelang sudah mencapai Rp176 triliun atau 47% atau target. Menurut pengamat ekonomi A Prasetyantoko, pemerintah bisa memanfaatkan realokasi subsidi BBM untuk menyiasati pendanaan.
“Kita lihat saja di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, nanti akan diketahui berapa besar defisitnya. Saya kira, kalau 2% defisit APBN-nya, itu bisa membantu untuk tidak gencar melelang surat utang di awal tahun,” ujar Prasetyantoko kepada KORAN SINDOkemarin.
Dia menambahkan, turunnya defisit anggaran terbantu oleh harga minyak dunia yang terus melemah sehingga beban impor BBM akan berkurang. Kendati demikian, pemerintah harus memacu ekspor jika ingin cadangan devisa terus membaik. “Cadangan devisa itu kan akan sangat dipengaruhi oleh ekspor, jika perdagangan surplus, otomatis akan memperbaiki cadangan devisa,” tambahnya.
Pekerjaan rumah ke depan adalah dengan menggenjot ekspor. Terkait potensi masuknya investasi asing pada instrumen SBN, dia berpendapat bahwa hal itu masih wajar terutama untuk surat utang dengan tenor menengah dan panjang. Hanya, kata Prasetyantoko, penerbitan SBN akan berimplikasi pada tingginya biaya bunga karena pemerintah pasti akan menetapkan imbal hasil yang tinggi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, aliran dana asing diyakini masih akan tetap masuk ke Tanah Air seiring dengan tingginya keyakinan negara-negara di dunia kepada Indonesia. “Kita lihat kemarin ketika ada lelang SBN minatnya tinggi sekali. Jadi, ini menunjukkan kepercayaan dunia kepada Indonesia. Di akhir tahun memang pemerintah sudah melakukan lelang SBN tetapi sekarang begitu dilakukan lelang langsung minat investor termasuk investor luar negeri itu hadir,” papar Agus di Gedung BI akhir pekan lalu.
Agus melanjutkan, selain SBN, dia juga sangat menyambut baik ketika pemerintah menerbitkan global bondyang direspons dengan sangat baik di pasar. Menurut dia, secara umum kepercayaan atau keyakinan negara- negaradiduniapada Indonesia masih sangat tinggi, apalagi ketika mendengar ada kebijakankebijakan seperti menurunkan subsidi premium dan lainnya.
Di sisi lain, peningkatan cadangan devisa (cadev) pada akhir Desember 2014 tercatat sebesar USD111,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2014 sebesar USD111,1 miliar. Peningkatan cadev pada akhir tahun lalu, menurut Agus ada beberapa hal salah satunya ada dana limpahan dari perbankan yang masuk.
“Selain itu, dana yang memang karena sudah cukup lama mereka (perbankan) sudah lama tidak bisa beli surat berharga Indonesia. Ini siap-siap di awal tahun mereka akan membeli surat berharga,” imbuh dia. Terkait dengan pelemahan rupiah pada beberapa hari lalu yang kembali terjadi, Agus berpendapat, minggu lalu terjadi kondisi risk offyang ditandai dengan adanya aliran dana ke luar terutama ke Amerika yang dianggap sebagai negara save heaven.
Kunthi fahmar sandy/Yanto kusdiantono
Hal ini berbeda dengan tahun lalu, saat kuartal I jumlah SBN yang dilelang sudah mencapai Rp176 triliun atau 47% atau target. Menurut pengamat ekonomi A Prasetyantoko, pemerintah bisa memanfaatkan realokasi subsidi BBM untuk menyiasati pendanaan.
“Kita lihat saja di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, nanti akan diketahui berapa besar defisitnya. Saya kira, kalau 2% defisit APBN-nya, itu bisa membantu untuk tidak gencar melelang surat utang di awal tahun,” ujar Prasetyantoko kepada KORAN SINDOkemarin.
Dia menambahkan, turunnya defisit anggaran terbantu oleh harga minyak dunia yang terus melemah sehingga beban impor BBM akan berkurang. Kendati demikian, pemerintah harus memacu ekspor jika ingin cadangan devisa terus membaik. “Cadangan devisa itu kan akan sangat dipengaruhi oleh ekspor, jika perdagangan surplus, otomatis akan memperbaiki cadangan devisa,” tambahnya.
Pekerjaan rumah ke depan adalah dengan menggenjot ekspor. Terkait potensi masuknya investasi asing pada instrumen SBN, dia berpendapat bahwa hal itu masih wajar terutama untuk surat utang dengan tenor menengah dan panjang. Hanya, kata Prasetyantoko, penerbitan SBN akan berimplikasi pada tingginya biaya bunga karena pemerintah pasti akan menetapkan imbal hasil yang tinggi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, aliran dana asing diyakini masih akan tetap masuk ke Tanah Air seiring dengan tingginya keyakinan negara-negara di dunia kepada Indonesia. “Kita lihat kemarin ketika ada lelang SBN minatnya tinggi sekali. Jadi, ini menunjukkan kepercayaan dunia kepada Indonesia. Di akhir tahun memang pemerintah sudah melakukan lelang SBN tetapi sekarang begitu dilakukan lelang langsung minat investor termasuk investor luar negeri itu hadir,” papar Agus di Gedung BI akhir pekan lalu.
Agus melanjutkan, selain SBN, dia juga sangat menyambut baik ketika pemerintah menerbitkan global bondyang direspons dengan sangat baik di pasar. Menurut dia, secara umum kepercayaan atau keyakinan negara- negaradiduniapada Indonesia masih sangat tinggi, apalagi ketika mendengar ada kebijakankebijakan seperti menurunkan subsidi premium dan lainnya.
Di sisi lain, peningkatan cadangan devisa (cadev) pada akhir Desember 2014 tercatat sebesar USD111,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2014 sebesar USD111,1 miliar. Peningkatan cadev pada akhir tahun lalu, menurut Agus ada beberapa hal salah satunya ada dana limpahan dari perbankan yang masuk.
“Selain itu, dana yang memang karena sudah cukup lama mereka (perbankan) sudah lama tidak bisa beli surat berharga Indonesia. Ini siap-siap di awal tahun mereka akan membeli surat berharga,” imbuh dia. Terkait dengan pelemahan rupiah pada beberapa hari lalu yang kembali terjadi, Agus berpendapat, minggu lalu terjadi kondisi risk offyang ditandai dengan adanya aliran dana ke luar terutama ke Amerika yang dianggap sebagai negara save heaven.
Kunthi fahmar sandy/Yanto kusdiantono
(bbg)