Bank Sulselbar Turunkan Suku Bunga 9%
A
A
A
MAKASSAR - Manajemen Bank Sulselbar berencana akan menurunkan suku bunga pinjamannya sekitar 9%. Hal ini untuk memberikan kemudahan ke debitur agar tidak terbebani dalam pelunasan pinjaman.
Suku bunga yang diturunkan ini diperuntukkan bagi pinjaman kredit infrastruktur dan modal kerja.
Kebijakan tersebut dilakukan sebagai upaya perbaikan nett intereset margin yang ditargetkan dikisaran 8%-9% dibanding posisi saat ini masih di 10,7%.
Direktur Utama Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat mengatakan, tingkat suku bunga yang ditawarkan ini sangat kompetitif. Bahkan bila dibandingkan bank umum lainnya penawaran yang diberikan membantu debitur.
Termasuk, berencana mengurangi biaya-biaya administrasi dan provisi berkas dari 1% lebih menjadi 0,25%-0,5%.
"Minggu ini, kami akan melakukan penyesuaian suku unga demi mempertahankan NIM. Awal tahun memang menjadi fokus perseroan untuk melakukan sejumlahn strategi perbankan, agar nasabah bisa semakin mempercayakan kebutuhan keuangannya ke bank Sulselbar," ujarnya, Selasa (13/1/2015).
Rahmat mengatakan, banyak hal yang dijadikan pertimbangan, seperti pada awal Maret 2015 sejumlah proyek pemerintah sudah mulai jalan yang notabene merupakan debitur terbesar perseroan.
Proyek pemerintah yang menggunakan dana APBD, memang banyak ditangani Bank Sulselbar dapat dikatakan sekitar 80% dan sisanya kontraktor swasta yang memiliki modal besar.
Besaran pinjaman yang disiapkan sekitar 35% dari nilai proyek, dengan rata-rata pinjaman mulai Rp50 juta dan tenor selama satu tahun mengikuti tahun penganggaran APBD.
"Begitupun nilai bank garansi akan ditidakan. Sebab ada penjamin dari Askrindo yang sudah diajak kerja sama, hanya nanti dikenakan pada premi saja yang dibayarkan," tuturnya.
Dia mengatakan, per tahun rata-rata debitur yang dimiliki 500-600 debitur dengan penyaluran Rp450 miliar. Di mana, mereka dalam melakukan pelunasan sesuai jadwal.
Hal itu pula yang memengaruhi kecilnya rasio kredit macet (NPL) khususnya kredit infrastruktur hanya dikisaran 1%, sehingga masih dikategorikan sehat.
Di sisi lain, dalam peningkatan layanan tidak dipungkiri Rahmat keinginan untuk menjadi bank Regional Champion (BRC) masih jauh dari harapan. Hal itu dipengaruh kendala teknologi yang dimiliki, meski dari segi pendanaan sudah sangat menunjang.
"Otoritas saat ini tengah melakukan revisi dalam menggodok BPD RC. Di mana, peraturan utamanya menitik beratkan pada bank daerah yang maksimal melakukan pemanfaatan e-payment dalam produk bisnisnya," pungkasnya.
Suku bunga yang diturunkan ini diperuntukkan bagi pinjaman kredit infrastruktur dan modal kerja.
Kebijakan tersebut dilakukan sebagai upaya perbaikan nett intereset margin yang ditargetkan dikisaran 8%-9% dibanding posisi saat ini masih di 10,7%.
Direktur Utama Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat mengatakan, tingkat suku bunga yang ditawarkan ini sangat kompetitif. Bahkan bila dibandingkan bank umum lainnya penawaran yang diberikan membantu debitur.
Termasuk, berencana mengurangi biaya-biaya administrasi dan provisi berkas dari 1% lebih menjadi 0,25%-0,5%.
"Minggu ini, kami akan melakukan penyesuaian suku unga demi mempertahankan NIM. Awal tahun memang menjadi fokus perseroan untuk melakukan sejumlahn strategi perbankan, agar nasabah bisa semakin mempercayakan kebutuhan keuangannya ke bank Sulselbar," ujarnya, Selasa (13/1/2015).
Rahmat mengatakan, banyak hal yang dijadikan pertimbangan, seperti pada awal Maret 2015 sejumlah proyek pemerintah sudah mulai jalan yang notabene merupakan debitur terbesar perseroan.
Proyek pemerintah yang menggunakan dana APBD, memang banyak ditangani Bank Sulselbar dapat dikatakan sekitar 80% dan sisanya kontraktor swasta yang memiliki modal besar.
Besaran pinjaman yang disiapkan sekitar 35% dari nilai proyek, dengan rata-rata pinjaman mulai Rp50 juta dan tenor selama satu tahun mengikuti tahun penganggaran APBD.
"Begitupun nilai bank garansi akan ditidakan. Sebab ada penjamin dari Askrindo yang sudah diajak kerja sama, hanya nanti dikenakan pada premi saja yang dibayarkan," tuturnya.
Dia mengatakan, per tahun rata-rata debitur yang dimiliki 500-600 debitur dengan penyaluran Rp450 miliar. Di mana, mereka dalam melakukan pelunasan sesuai jadwal.
Hal itu pula yang memengaruhi kecilnya rasio kredit macet (NPL) khususnya kredit infrastruktur hanya dikisaran 1%, sehingga masih dikategorikan sehat.
Di sisi lain, dalam peningkatan layanan tidak dipungkiri Rahmat keinginan untuk menjadi bank Regional Champion (BRC) masih jauh dari harapan. Hal itu dipengaruh kendala teknologi yang dimiliki, meski dari segi pendanaan sudah sangat menunjang.
"Otoritas saat ini tengah melakukan revisi dalam menggodok BPD RC. Di mana, peraturan utamanya menitik beratkan pada bank daerah yang maksimal melakukan pemanfaatan e-payment dalam produk bisnisnya," pungkasnya.
(izz)