Harga Minyak Murah Harus Dimanfaatkan

Kamis, 15 Januari 2015 - 11:11 WIB
Harga Minyak Murah Harus Dimanfaatkan
Harga Minyak Murah Harus Dimanfaatkan
A A A
JAKARTA - Dewan Energi Nasional (DEN) meminta pemerintah memanfaatkan penurunan harga minyak dunia saat ini dengan melakukan impor untuk membangun cadangan penyangga.

“Ini saatnya pemerintah untuk mengimpor minyak sebanyak mungkin lalu disimpan sebagai cadangan penyangga di semua kilang dan tangki yang ada di Indonesia,” ujar anggota DEN bidang Teknologi Andang Bachtiar di Jakarta kemarin. Berdasarkan data DEN, saat ini terdapat sepuluh kilang minyak, baik yang dimiliki PT Pertamina (Persero) maupun swasta.

Kesepuluh kilang itu adalah Kilang Dumai dengan kapasitas 127 MBCD; Sungai Pakning (50 MBCD); Plaju (127,3 MBCD); Cilacap (348 MBCD); Balongan (125 MBCD); Cepu (3,8 MBCD); Tuban (100 MBCD); Balikpapan (260 MBCD); Kasim (10 MBCD); dan kilang milik PT Tri Wahana Universal (6 MBCD). Lalu, tiga lainnya adalah perluasan Kilang Balongan (kapasitas 125 MBCD); Tuban (200 MBCD); dan TWU 2 (10 MBCD) yang sedang dalam proses konstruksi.

Menurutnya, ada tiga cadangan yang bisa disiapkan oleh pemerintah, yakni cadangan operasional, cadangan penyangga, dan cadangan strategis. Indonesia selama ini tidak memiliki cadangan minyak, baik cadangan penyangga dan cadangan strategis. Indonesia hanya memiliki cadangan operasional milik Pertamina.

Andang mengatakan, dengan membangun cadangan penyangga, ketahanan penyediaan bahan bakar minyak (BBM) nasional dapat ditingkatkan. Dia memperkirakan, tertekannya harga minyak masih akan berlangsung selama delapan bulan hingga dua tahun ke depan.

Beberapa pemicu turunnya harga minyak seperti melonjaknya produksi shale oil Amerika Serikat (AS), melejitnya produksi minyak Rusia yang mencapai 10,6 juta barel/ hari (bph), dan penolakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi menyebabkan pasokan di pasar global sangat besar. Sejauh ini memang tidak ada tanda-tanda OPEC akan memangkas produksi minyak guna merespons kemerosotan harga.

Sejak November tahun lalu OPEC tetap mempertahankan produksi sebanyak 30 juta bph. Di bagian lain, Badan Informasi Energi AS (EIA) menyatakan, produksi minyak mentah AS naik 11.000 bph menjadi 9,13 juta bph pada pekan yang berakhir 2 Januari lalu. Ini adalah produksi terbesar dalam data mingguan sejak direkam mulai Januari 1983. “Bisa dikatakan, saat ini minyak sedang menggenangi dunia, maka kita harus memanfaatkan momentum ini sebaikbaiknya,” tegas dia.

Harga minyak dunia kemarin kembaliturunmendekatilevelterendah dalam enam tahun terakhir. Harga minyak jenis Brent turun menjadi USD46,59/barel dan minyak jenis light sweet menjadi USD45,89/barel. Sejumlah pedagang pun mulai memanfaatkan kondisi ini untuk menumpuk stok. Seperti dilaporkan Reuters, beberapa pedagang minyak besar dunia telah menyewa kapal tanker superbesar untuk menumpuk stok minyak jenis Brent setidaknya sebanyak 25 juta barel beberapa hari terakhir.

Tak kurang dari 11 kapal tanker superbesar (VLCC) dilaporkan telah disewa dengan opsi penyimpanan, masingmasing kapal mampu menyimpan 2 juta barel minyak. Sementara American Petroleum Institute (API) menyebutkan bahwa stok minyak mentah AS naik 3,9 juta barel pekan lalu.

Anggota DEN bidang Lingkungan Hidup Sonny Keraf menambahkan, pembentukan cadangan penyangga perlu dilakukan sebagai kesiapan Indonesia jika sewaktu-waktu mengalami krisis minyak. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah bisa melakukannya sesuai dengan kebutuhan. “Kita akan mulai dengan embrio dari cadangan penyangga yang belum kita punya sama sekali,” katanya.

Sonny juga mengusulkan agar pemerintah memanfaatkan kondisi ini untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, dengan mengalokasikan sebagian dana yang bisa dihemat dari penghapusan subsidi BBM. “Salah satu yang jadi fokus kami adalah pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai sumber energi baru dan terbarukan,” tambahnya.

Dia mengatakan, harga minyak dunia yang turun mencapai USD45/barel saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengevaluasi pengalokasian subsidi BBM untuk menyubsidi BBN yang selama ini harganya lebih mahal dan tidak kompetitif. Selain itu, DEN mengusulkan percepatan pembangunan kilang minyak baru.

Kilang-kilang baru diperlukan untuk mengurangi impor BBM di masa depan, serta membawa efek pengganda seperti pemantapan struktur industri dalam negeri, dasar pengembangan industri lain, pengembangan potensi daerah, dan penyerapan tenaga kerja.

Nanang wijayanto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5769 seconds (0.1#10.140)