DPR Pesimistis Proyek 35.000 MW Terealisasi 5 Tahun
A
A
A
JAKARTA - DPR pesimistis realisasi proyek percepatan 35.000 megawatt (MW) dalam lima tahun ke depan. Hal itu bisa terlihat dari molornya proyek pembangkit listrik 10.000 MW (Fast Track Program/FTP) I dan 2.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha mengaku terkejut rencana pemerintah Joko Widodo yang memiliki obsesi untuk menambah kapasitas listrik sebesar 35.000 MW. Padahal sejumlah proyek pembangkit listrik pada FTP I dan II tidak berjalan dan belum sesuai target.
"Surprise ketika melihat FTP I dan 2 tidak jalan, tapi pemerintah optimistis bisa realisasikan tambahan kapasitas 35.000 MW," ungkap Satya di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (21/1/2015).
Menurut Satya, tanpa melakukan terobosan pihaknya pesimistis pemerintah dapat memenuhi tambahan kapasitas listrik sebesar 35.000 MW. Sementara, kata Satya, ancaman krisis listrik sudah nyata di depan mata.
Satya memberikan solusi kepada pemerintah untuk merealisasikan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi nuklir (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN).
"Kenapa tidak memanfaatkan nuklir. Karena tanpa melakukan terobosan maka tidak bisa memenuhi energi jangka panjang," jelasnya.
Satya membeberkan, sejumlah negara tetangga di kawasan Asia Tenggara telah menggunakan energi nuklir dalam memenuhi kebutuhan listrik yang terus mengalami peningkatan.
"Jangan sampai kita justru membeli listrik dari negara tetangga yang pembangkitnya justru memakai PLTN," tutup Satya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha mengaku terkejut rencana pemerintah Joko Widodo yang memiliki obsesi untuk menambah kapasitas listrik sebesar 35.000 MW. Padahal sejumlah proyek pembangkit listrik pada FTP I dan II tidak berjalan dan belum sesuai target.
"Surprise ketika melihat FTP I dan 2 tidak jalan, tapi pemerintah optimistis bisa realisasikan tambahan kapasitas 35.000 MW," ungkap Satya di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (21/1/2015).
Menurut Satya, tanpa melakukan terobosan pihaknya pesimistis pemerintah dapat memenuhi tambahan kapasitas listrik sebesar 35.000 MW. Sementara, kata Satya, ancaman krisis listrik sudah nyata di depan mata.
Satya memberikan solusi kepada pemerintah untuk merealisasikan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi nuklir (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN).
"Kenapa tidak memanfaatkan nuklir. Karena tanpa melakukan terobosan maka tidak bisa memenuhi energi jangka panjang," jelasnya.
Satya membeberkan, sejumlah negara tetangga di kawasan Asia Tenggara telah menggunakan energi nuklir dalam memenuhi kebutuhan listrik yang terus mengalami peningkatan.
"Jangan sampai kita justru membeli listrik dari negara tetangga yang pembangkitnya justru memakai PLTN," tutup Satya.
(rna)