4 BUMN Bangun Monorel Bandara
A
A
A
JAKARTA - Empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk anak usaha baru untuk menggarap proyek monorel di Bandara Soekarno-Hatta dengan modal Rp1 triliun.
Anak usaha baru yang diberi nama PT Angkasa Pura Adhilenka itu didirikan secara bersama-sama oleh PT Adhi Karya Tbk, PT Angkasa Pura (AP) II, PT Len Industri (LEN), dan PT Industri Kereta Api (INKA). Adapun, komposisi kepemilikan saham perusahaan patungan itu mayoritas dikuasai AP II, dengan porsi saham mencapai 70%.
Sedangkan, Adhi Karya sekitar 21%, LEN sebanyak 5%, dan sisanya atau 4% dimiliki INKA. PT Angkasa Pura Adhilenka diharapkan bisa mulai menggarap proyek perkeretaapian khusus (monorel) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) pada semester I/2015.
Corporate Secretary Adhi Karya Ki Syahgolang Permata mengatakan, pembangunan monorel di bandara terbesar di Indonesia tersebut sebagai salah satu strategi bisnis investasi perseroan dalam bidang transportasi umum. Jika sebelumnya Adhi Karya hanya bertindak sebagai pelaksana konstruksi, pada proyek ini perseroan juga turut berinvestasi.
“Target mulai bangun akhir semester I/2015 atau paling lambat awal semester II/2015. Ini setelah kita membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Adhilenka. Selanjutnya, kitaakanmulai tahap pembangunannya,” kata pria yang akrab dipanggil Kiki ini saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Sebelumnya, Adhi Karya memperkirakan proyek investasi monorel yang bernama automated people mover system (APMS) ini sebesar Rp2,5 triliun. Menurut Kiki, untuk modal disetor bagi PT Angkasa Pura Adhilenka yang mencapai Rp250 miliar, Adhi Karya akan menggunakan belanja modal tahun ini. APMS adalah moda transportasi angkutan penumpang seperti monorel yang memudahkan perpindahan dari satu terminal ke terminal yang lain di wilayah bandara.
Jalur ini akan menghubungkan Terminal 1- Integration Building-Terminal 2 dan Terminal 3. Kapasitas angkutnya setiap tujuan mencapai 12.000 penumpang per jam. Monorel ini akan didukung mesin yang mampu melaju maksimal 80 kilometer/jam.
Pada bagian lain, ADHI juga berencana membangun jalur monorel dengan investasi Rp8,11 triliun dengan rute Bekasi Timur-Cawang, Cibubur- Cawang, dan Cawang-Kuningan. Masa pengerjaan proyek tersebut diperkirakan selama tiga tahun dan total panjang rel mencapai 39 kilometer (km). Analis Bahana Securities Bob Setiadi dalam risetnya menyatakan, kebijakan pemerintah yang akan mendorong proyekproyek infrastruktur memberikan sentimen positif terhadap kinerja Adhi Karya.
Menurutnya, potensi kenaikan harga saham di sektor konstruksi masih terbuka lebar, meskipun tahun lalu sektor ini mengalami kenaikan hingga 56%. “Ini seiring kebijakan pemerintah menaikkan anggaran infrastruktur pada tahun ini yang mencapaiduakalilipat,” kataBob.
PSC on Tiket
Sementara, mulai 1 Februari 2015 maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menyatukan biaya passenger service charge (PSC) ke dalam tiket. Dengan demikian, biaya PSC akan dikenakan saat penumpang membeli tiket penerbangan di berbagai channel distribusi seperti kantor penjualan Garuda Indonesia, contact center, travel agent, maupun melalui web atau online channel.
Namun, pengutipan biaya PSC tersebut hanya berlaku bagi tiket penumpang yang akan melaksanakan penerbangan mulai pada tanggal 1 Maret 2015. “Bagi penumpang yang terbang sebelum tanggal 1 Maret 2015 tetap harus membayar di bandara saat check-in,” ujar VP Corporate Communications Garuda Indonesia Pujobroto di Jakarta kemarin.
Pengutipan biaya PSC sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI No. KP/447/2014 tanggal 9 September 2014 mengenai ketentuan pembayaran PSC pada tiket.
Pelaksanaan Ketentuan tersebut bekerja sama dengan pihak PT Angkasa Pura I & II, maskapai penerbangan, dan International Air Transport Association (IATA).
Heru febrianto/ Denny irawan
Anak usaha baru yang diberi nama PT Angkasa Pura Adhilenka itu didirikan secara bersama-sama oleh PT Adhi Karya Tbk, PT Angkasa Pura (AP) II, PT Len Industri (LEN), dan PT Industri Kereta Api (INKA). Adapun, komposisi kepemilikan saham perusahaan patungan itu mayoritas dikuasai AP II, dengan porsi saham mencapai 70%.
Sedangkan, Adhi Karya sekitar 21%, LEN sebanyak 5%, dan sisanya atau 4% dimiliki INKA. PT Angkasa Pura Adhilenka diharapkan bisa mulai menggarap proyek perkeretaapian khusus (monorel) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) pada semester I/2015.
Corporate Secretary Adhi Karya Ki Syahgolang Permata mengatakan, pembangunan monorel di bandara terbesar di Indonesia tersebut sebagai salah satu strategi bisnis investasi perseroan dalam bidang transportasi umum. Jika sebelumnya Adhi Karya hanya bertindak sebagai pelaksana konstruksi, pada proyek ini perseroan juga turut berinvestasi.
“Target mulai bangun akhir semester I/2015 atau paling lambat awal semester II/2015. Ini setelah kita membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Adhilenka. Selanjutnya, kitaakanmulai tahap pembangunannya,” kata pria yang akrab dipanggil Kiki ini saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Sebelumnya, Adhi Karya memperkirakan proyek investasi monorel yang bernama automated people mover system (APMS) ini sebesar Rp2,5 triliun. Menurut Kiki, untuk modal disetor bagi PT Angkasa Pura Adhilenka yang mencapai Rp250 miliar, Adhi Karya akan menggunakan belanja modal tahun ini. APMS adalah moda transportasi angkutan penumpang seperti monorel yang memudahkan perpindahan dari satu terminal ke terminal yang lain di wilayah bandara.
Jalur ini akan menghubungkan Terminal 1- Integration Building-Terminal 2 dan Terminal 3. Kapasitas angkutnya setiap tujuan mencapai 12.000 penumpang per jam. Monorel ini akan didukung mesin yang mampu melaju maksimal 80 kilometer/jam.
Pada bagian lain, ADHI juga berencana membangun jalur monorel dengan investasi Rp8,11 triliun dengan rute Bekasi Timur-Cawang, Cibubur- Cawang, dan Cawang-Kuningan. Masa pengerjaan proyek tersebut diperkirakan selama tiga tahun dan total panjang rel mencapai 39 kilometer (km). Analis Bahana Securities Bob Setiadi dalam risetnya menyatakan, kebijakan pemerintah yang akan mendorong proyekproyek infrastruktur memberikan sentimen positif terhadap kinerja Adhi Karya.
Menurutnya, potensi kenaikan harga saham di sektor konstruksi masih terbuka lebar, meskipun tahun lalu sektor ini mengalami kenaikan hingga 56%. “Ini seiring kebijakan pemerintah menaikkan anggaran infrastruktur pada tahun ini yang mencapaiduakalilipat,” kataBob.
PSC on Tiket
Sementara, mulai 1 Februari 2015 maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menyatukan biaya passenger service charge (PSC) ke dalam tiket. Dengan demikian, biaya PSC akan dikenakan saat penumpang membeli tiket penerbangan di berbagai channel distribusi seperti kantor penjualan Garuda Indonesia, contact center, travel agent, maupun melalui web atau online channel.
Namun, pengutipan biaya PSC tersebut hanya berlaku bagi tiket penumpang yang akan melaksanakan penerbangan mulai pada tanggal 1 Maret 2015. “Bagi penumpang yang terbang sebelum tanggal 1 Maret 2015 tetap harus membayar di bandara saat check-in,” ujar VP Corporate Communications Garuda Indonesia Pujobroto di Jakarta kemarin.
Pengutipan biaya PSC sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI No. KP/447/2014 tanggal 9 September 2014 mengenai ketentuan pembayaran PSC pada tiket.
Pelaksanaan Ketentuan tersebut bekerja sama dengan pihak PT Angkasa Pura I & II, maskapai penerbangan, dan International Air Transport Association (IATA).
Heru febrianto/ Denny irawan
(ars)