Indonesia Harus Jadi Basis Produksi Sedan

Rabu, 28 Januari 2015 - 12:02 WIB
Indonesia Harus Jadi...
Indonesia Harus Jadi Basis Produksi Sedan
A A A
JAKARTA - Ekspor automotif pada 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor mobil pada 2014 menembus angka 200.000 unit, naik lebih dari 16% dari 170.958 unit pada 2013.

Demi menggenjot ekspor, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto menilai, Indonesia harus menjadi basis produksi sedan. “Produksi kita MPV melulu. Semua merek terjun ke Indonesia sehingga menjadikan Indonesia basis produksi MPV, sedangkan permintaan dunia bukan MPV tetapi sedan. Maka dari itu saya katakan, sekarang kita harus yakinkan pemerintah bahwa kita mau MPV dan sedan,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dia menambahkan, untuk menjadikan Indonesia basis produksi sedan, maka angka penjualan sedan perlu ditingkatkan. Dengan begitu, prinsipal akan terdorong untuk menempatkan produksi sedannya di Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 5%, Jongkie pun tidak puas dengan ekspor yang hanya sebesar 200.000 unit.

“Coba lihat Thailand ekspornya berapa? Gaikindo sudah mengusulkan kepada pemerintah bagaimana untuk meningkatkan ekspor. Kita mati-matian harus memperbesar pasar domestik supaya Indonesia dilirik dan dijadikan basis produksi tidak hanya mobil tetapi juga komponen,” tandasnya. Sejauh ini kapasitas produksi automotif di Indonesia tercatat terus meningkat.

Dari tahun 2013 terjadi peningkatan kapasitas sebesar 7,6% dari 1,3 juta unit menjadi 2 juta unit pada 2014. Peningkatan tersebut disebabkan adanya penambahan investasi dari sejumlah merek di Indonesia. Sementara untuk penjualan, Gaikindo mencatat, selama tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 1,8% dibanding tahun 2013 menjadi 1,2 juta unit. Berdasarkan perkembangan ekonomi saat ini, diperkirakan tahun 2015 angka penjualan masih akan sama dengan 2014 sebesar 1,2 juta unit.

Menurutnya, faktor-faktor penentu yang membuat industri automotif stagnan adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga acuan, nilai tukar, dan pajak dalam negeri. “Faktor yang dominan yang memengaruhi adalah pertumbuhan ekonomi yang pengaruhnya kepada pendapatan per kapita kita. Sementara, pelemahan rupiah berdampak pada kenaikan harga produk,” jelasnya.

Vice President sektor Automotif dan Transportasi Frost & Sullivan Asia Pasifik Vivek Vaidya mengatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% turut mendorong angka penjualan kendaraan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tergolong stabil menurutnya ikut membantu penjualan.

Namun, ketidakpastian ekonomi global membuat impor lebih mahal karena nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap dolar. Dalam hal ini mobil murah ramah lingkungan (LCGC) paling tidak terdampak karena tingginya tingkat kandungan lokal.

Oktiani endarwati
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5536 seconds (0.1#10.140)