Ekspor Ditargetkan Naik 300%
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel tetap optimistis Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor 300% atau menjadi senilai USD459 miliar pada 2019.
Demi mencapai target itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sejak Senin (26/1) melakukan rapat kerja (raker) dengan semua pemangku kepentingan (stakeholder) perdagangan dalam rangka menyamakan visi untuk meningkatkan ekspor 300% dan penguatan pasar domestik. Mendag mengungkapkan beberapa hal yang mendorong optimisme peningkatan ekspor tiga kali lipat itu.
Antara lain program pemerintah untuk membanguninfrastrukturjalan, pelabuhan, bandar udara, dan listrik. Hal lainnya adalah penyederhanaan perizinan melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), komitmen mencapai kedaulatan pangan, serta potensi pasar dalam negeri.
“Pasar yang besar ini merupakan insentif yang tidak dimiliki negara lain di ASEAN. Kalau pasar besar ini mau jadi negara industri, harus membangun masyarakat industri. Kita harus bangun Standar Nasional Indonesia (SNI),” ujarnya di sela-sela raker di auditorium Kemendag, Jakarta, kemarin.
Mendag jugamenyatakandukungan atas upaya pemberantasan pencurian ikan yang digencarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurutnya, upaya tersebut berpeluang meningkatkan ekspor perikanan Indonesia berkali-kali lipat di tahun mendatang. Menanggapi hal itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya mengutamakan penguatan pasar dalam negeri dan selebihnya akan didorong untuk ekspor.
Susi tidak ingin memasang target ekspor yang terlalu ambisius. Namun, ia memastikan ekspor pada tahun ini naik dibanding tahun lalu. “Mudah-mudahan naiknya bisa 100%. Kalau udang, saya rasa tahun ini ekspornya pasti bisa naik sekitar 30%,” ungkapnya pada kesempatan yang sama. Menurut Susi, upaya peningkatan ekspor juga terkait aksi besar pemerintah dalam memberantas illegal fishing.
Dengan ditekannya aksi pencurian ikan, pasokan ikan di dalam negeri bisa lebih melimpah karena tidak lagi diangkut ke luar negeri secara ilegal. Dengan tersedianya ikan yang melimpah, ekspor bisa ditingkatkan. Namun, Susi juga meminta Kemendag dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memperjuangkan pembebasan tarif impor yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) terhadap produk udang dan tuna asal Indonesia.
Menurutnya, negara-negara di kawasan tersebut mengenakan tarif impor 14–25% terhadap produk udang dan tuna Indonesia atau sama dengan yang diberlakukan pada importir dari negara maju. “Padahal, kita kan negara berkembang. Saya minta Kemendag dan Kemenlu perjuangkan ini. Kalau berhasil, kita bisa dapat cash in USD300 juta (dari pajak impor yang semestinya tidak perlu),” tandasnya.
Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Syarif Hidayat menambahkan, investasi sektor perindustrian pada tahun lalu senilai Rp218 triliun dan ditargetkan mencapai Rp447 triliun pada 2019. Untuk mendukung target peningkatan ekspor 300%, industri harus melakukan penambahan kapasitas, diversifikasi produk, dan dukungan teknologi. “Sesuai program kita untuk hilirisasi, maka fokus perhatiannya adalah meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” tandasnya.
Inda susanti
Demi mencapai target itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sejak Senin (26/1) melakukan rapat kerja (raker) dengan semua pemangku kepentingan (stakeholder) perdagangan dalam rangka menyamakan visi untuk meningkatkan ekspor 300% dan penguatan pasar domestik. Mendag mengungkapkan beberapa hal yang mendorong optimisme peningkatan ekspor tiga kali lipat itu.
Antara lain program pemerintah untuk membanguninfrastrukturjalan, pelabuhan, bandar udara, dan listrik. Hal lainnya adalah penyederhanaan perizinan melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), komitmen mencapai kedaulatan pangan, serta potensi pasar dalam negeri.
“Pasar yang besar ini merupakan insentif yang tidak dimiliki negara lain di ASEAN. Kalau pasar besar ini mau jadi negara industri, harus membangun masyarakat industri. Kita harus bangun Standar Nasional Indonesia (SNI),” ujarnya di sela-sela raker di auditorium Kemendag, Jakarta, kemarin.
Mendag jugamenyatakandukungan atas upaya pemberantasan pencurian ikan yang digencarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurutnya, upaya tersebut berpeluang meningkatkan ekspor perikanan Indonesia berkali-kali lipat di tahun mendatang. Menanggapi hal itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya mengutamakan penguatan pasar dalam negeri dan selebihnya akan didorong untuk ekspor.
Susi tidak ingin memasang target ekspor yang terlalu ambisius. Namun, ia memastikan ekspor pada tahun ini naik dibanding tahun lalu. “Mudah-mudahan naiknya bisa 100%. Kalau udang, saya rasa tahun ini ekspornya pasti bisa naik sekitar 30%,” ungkapnya pada kesempatan yang sama. Menurut Susi, upaya peningkatan ekspor juga terkait aksi besar pemerintah dalam memberantas illegal fishing.
Dengan ditekannya aksi pencurian ikan, pasokan ikan di dalam negeri bisa lebih melimpah karena tidak lagi diangkut ke luar negeri secara ilegal. Dengan tersedianya ikan yang melimpah, ekspor bisa ditingkatkan. Namun, Susi juga meminta Kemendag dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memperjuangkan pembebasan tarif impor yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) terhadap produk udang dan tuna asal Indonesia.
Menurutnya, negara-negara di kawasan tersebut mengenakan tarif impor 14–25% terhadap produk udang dan tuna Indonesia atau sama dengan yang diberlakukan pada importir dari negara maju. “Padahal, kita kan negara berkembang. Saya minta Kemendag dan Kemenlu perjuangkan ini. Kalau berhasil, kita bisa dapat cash in USD300 juta (dari pajak impor yang semestinya tidak perlu),” tandasnya.
Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Syarif Hidayat menambahkan, investasi sektor perindustrian pada tahun lalu senilai Rp218 triliun dan ditargetkan mencapai Rp447 triliun pada 2019. Untuk mendukung target peningkatan ekspor 300%, industri harus melakukan penambahan kapasitas, diversifikasi produk, dan dukungan teknologi. “Sesuai program kita untuk hilirisasi, maka fokus perhatiannya adalah meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” tandasnya.
Inda susanti
(bbg)