Kepercayaan Konsumen Jerman Menguat

Kamis, 29 Januari 2015 - 12:00 WIB
Kepercayaan Konsumen Jerman Menguat
Kepercayaan Konsumen Jerman Menguat
A A A
FRANKFURT - Kepercayaan konsumen di Jerman berada pada level tertinggi sejak 2001, saat optimisme terhadap ekonomi meningkat. Harapan peningkatan gaji membuat para konsumen Jerman semakin berani membelanjakan uangnya.

“Konsumen semakin yakin saat mereka memasuki tahun baru dan keadaan konsumen semakin membaik. Harapan terhadap ekonomi dan pendapatan, serta kecenderungan berbelanja terlihat meningkat,” ungkap pernyataan perusahaan riset pasar GfK, dikutip kantor berita AFP. Untuk bulan depan, indeks kepercayaan rumah tangga GfK diproyeksikan menguat menjadi 9,3 poin pada Februari dari 9,0 poin pada Januari.

“Itu level tertinggi sejak November 2001. Tren penguatan ini berlanjut pada kondisi konsumen. Outlook untuk belanja konsumen terlihat semakin cerah,” papar GfK. Permintaan domestik menjadi faktor utama dalam pemulihan tahun ini, sesuai prediksi GfK. Sentimen di negara ekonomi terkuat di Eropa itu meningkat, saat euro melemah dan penurunan harga minyak mendorong para eksportir Jerman.

Awal pekan ini indeks iklim bisnis Ifo naik untuk ketiga kali berturut-turut menuju level tertinggi dalam enam bulan. Sementara, pengangguran di Prancis mencapai rekor baru pada Desember, sesuai data statistik resmi yang dirilis kemarin. Menurut data itu, sebanyak 3,496 juta orang mengklaim tunjangan pengangguran.

Data itu menunjukkan peningkatan 8.100 orang dalam antrean pengangguran dibandingkan bulan sebelumnya, naik 0,2%. Secara keseluruhan, pada 2014 ada lebih 189.100 orang yang keluar dari pekerjaan dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat 5,7%. Presiden Prancis Francois Hollande berjanji tidak akan mencalonkan lagi pada pemilu 2017 jika dia gagal mengurangi tingkat pengangguran di negeri itu.

Ekonomi Prancis mengalami pertumbuhan hanya 0,3% pada kuartal III/2014. Pemerintah berupaya memanfaatkan rendahnya harga minyak dan melemahnya euro untuk mendorong perekonomian. Pasalnya, turunnya harga minyak dan lemahnya euro membuat ekspor semakin murah.

Pemerintah juga menargetkan pertumbuhan 0,4% pada tahun 2014. Meski demikian, sebagian besar ekonom yakin Prancis memerlukan tingkat pertumbuhan sekitar 1,5% untuk menciptakan lapangan kerja. Hollande telah meluncurkan dua program untuk mengatasi pengangguran.

Pertama, dikenal sebagai Pakta Tanggung jawab yakni serangkaian pemangkasan pajak untuk bisnis dengan imbalan penciptaanlapangankerja. Kedua, paket reformasi yang bertujuan membuka perekonomian Prancis yang tertutup, termasuk memperbanyak jumlah hari Minggu per tahun saat toko-toko dapat membuka pintu mereka.

Kendati demikian, kedua reformasi itu sangat kontroversial dan membuat ribuan orang berunjuk rasa di jalanan. “Penerapan Pakta Tanggung Jawab dan perbaikan lingkungan ekonomi akan menambah lapangan kerja pada 2015. Apapun yang terjadi, pemerintah tidak akan menyerah dengan upayanya,” papar pernyataan Kementerian Tenaga Kerja Prancis.

Sementara, meningkatnya biaya pinjaman Yunani dan melemahnya saham-saham perbankan membuat Bursa Saham Athens rontok pada Selasa (24/1) waktu setempat atau kemarin WIB. Kondisi itu terjadi setelah pemilu akhir pekan lalu yang dimenangkan Partai Syriza yang menolak dana talangan (bailout) internasional.

Hasil pemilu itu diprediksi akan membuat hubungan pemerintahan baru Yunani dan para kreditor semakin buruk. Rontoknya Bursa Saham Athens itu juga terkait langkah Partai Syriza yang membentuk koalisi untuk menegosiasikan ulang pembayaran utang Yunani dan mencabut kebijakan penghematan anggaran yang diberlakukan sebagai syarat bailout Uni Eropa (UE) dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Yield obligasi pemerintah tiga tahun naik di atas 14%. Ini merupakan peningkatan 4% poin sejak pemilu akhir pekan lalu, meskipun turun dari 16% pada awal tahun, sebelum Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan rencana mendorong perekonomian zona euro dengan membeli obligasi. “Ada kekhawatiran umum tentang situasi di Yunani dan bagaimana ini semua akan berlangsung,” kata Jakob Christensen, ekonom senior di lembaga broker utang Exotic.

Hanya satu dari empat by safeweb">investor pasar modal yang disurvei perusahaan Jerman, Sentix, yang melihat risiko Yunani keluar zona euro pada tahun depan. Meski demikian, sebagian kekhawatiran tetap ada terkait bagaimana Yunani akan mengelola anggaran dan memulihkan perekonomian yang lemah.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4941 seconds (0.1#10.140)