Buruh Minyak AS Gelar Mogok Kerja Terbesar

Selasa, 03 Februari 2015 - 14:35 WIB
Buruh Minyak AS Gelar...
Buruh Minyak AS Gelar Mogok Kerja Terbesar
A A A
TEXAS - Berbagai serikat buruh Amerika Serikat (AS) menggelar mogok kerja di sembilan pengilangan minyak setelah gagal mencapai kesepakatan untuk kontrak nasional baru dengan perusahaanperusahaan minyak.

Ini mogok kerja nasional pertama sejak 1980 dan berdampak pada fasilitas-fasilitas yang mencakup lebih dari 10% kapasitas pengilangan minyak AS. United Steelworkers Union (USW) memulai mogok kerja pada Minggu (1/2) waktu setempat setelah kontrak baru mereka berakhir dan tidak ada kesepakatan yang tercapai meski telah ada lima proposal yang dibahas.

“Kami tidak memiliki pilihan. Industri ini terkaya di dunia dan dapat membuat perubahan yang kami tawarkan dalam negosiasi,” ungkap pernyataan International Vice President of Administration USW Tom Conway, dikutip BBC. “Masalahnya ialah perusahaan-perusahaan minyak itu terlalu serakah untuk membuat perubahan positif di tempat kerja dan mereka terus meningkatkan produksi dan laba melebihi kesehatan dan keamanan, pekerja dan masyarakat.”

Royal Dutch Shell, pemimpin negosiator industri, menyatakan, “Kami berharap kembali negosiasi secepat mungkin.” Langkah ini dilakukan pada masa sulit perusahaan-perusahaan minyak yang harus memangkas biaya dan memperketat belanja setelah turunnya harga minyak mentah dunia. Melimpahnya volume minyak global ditambah lagi dengan peningkatan produksi minyak dari shale oil.

USW menyatakan, pihaknya mewakili para pekerja di 65 pengilangan minyak AS yang memproduksi sekitar 64% minyak di Negeri Paman Sam tersebut. USW telah melakukan renegosiasi kontrak nasional tiga tahun sejak 21 Januari. Tawaran terbaru ialah proposal kelima yang ditolak oleh serikat buruh.

Serikat buruh menginginkan peningkatan dua kali lipat gaji tahunan dari kesepakatan sebelumnya, kenaikan tunjangan kesehatan dan pengurangan penggunaan pekerja kontrak nonserikat buruh. Shell, Marathon Petroleum, dan LyondellBasell turut mengalami dampak aksi pemogokan kerja, tapi telah menerapkan rencana darurat saat terjadi mogok kerja.

Mogok kerja nasional pernah digelar pada 1980 selama tiga bulan. Akhir bulan lalu Presiden Saudi Aramco Khalid al-Falih menilai harga minyak mentah dunia turun terlalu rendah. Dia menegaskan bahwa kekuatan pasar dan pemangkasan produksi yang tidak tergesa-gesa harus mengambil perannya. “Ini terlalu rendah bagi siapa saja. Saya pikir para konsumen mulai menderita dalam jangka panjang,” ujar Khalid al-Falih, dikutip kantor berita AFP.

Falih juga menjelaskan, produksi shale oil Amerika Serikat (AS) penting bagi masa depan energi jangka panjang dunia. Saudi Aramco juga menambahkan USD7 miliar untuk proyek shale oil milik mereka. Saudi Aramco merupakan raksasa energi milik Pemerintah Arab Saudi. Mereka menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia dalam jumlah produksi dan ekspor minyak mentah. Kerajaan Arab Saudi merupakan eksportir minyak utama dunia dan produsen minyak terbesar di Organisasi Negaranegara Pengekspor Minyak (OPEC).

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0706 seconds (0.1#10.140)