Kawasan Industri Morowali Operasi April

Selasa, 03 Februari 2015 - 14:40 WIB
Kawasan Industri Morowali...
Kawasan Industri Morowali Operasi April
A A A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan Kawasan Industri Morowali Tsingshan paling siap untuk segera beroperasi dibandingkan 15 kawasan industri lain yang dibangun dalam lima tahun ke depan.

Kawasan industri yang berlokasi di Bahodopi, Sulawesi Tengah ini bahkan akan memulai proses produksi pada April mendatang. ”Morowali siap berproduksi pada April 2015,” ujar Saleh Husin saat berkunjung ke Redaksi MNC Group di Jakarta kemarin. Menurut Saleh, kawasan industri seluas 1.200 hektare (ha) ini fokus pada industri feronikel hingga industri hilir.

Di kawasan industri ini akan menyerap sekitar 80.000 tenaga kerja. Itu akan terealisasi, lanjut Saleh, bila pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan beberapa industri hilir yang ada di kawasan tersebut telah beroperasi. Pabrik stainless steel tersebut ditargetkan beroperasi pada 2019. Keberadaan kawasan industri Morowali yang menelan investasi sebesar USD4,2 miliar ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.

Apalagi Kemenperin telah mencanangkan peran wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri akan terus meningkat dari 28% pada 2013 menjadi 40% pada 2035. Saleh menambahkan, pengembangan kawasan industri merupakan upaya mendorong pertumbuhan industri nasional. Pengembangan kawasan industri di daerah merupakan upaya untuk penyebaran industri.

”Diperlukan upaya mendorong agar sektor industri dapat lebih merata dengan pengembangan pusat pertumbuhan industri melalui pembangunan kawasan industri,” katanya. Kawasan industri ini dibangun oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park beserta grup. Kawasan Industri Morowali Tsingshan sudah dimulai dengan pembangunan smelter tahap pertama oleh PT Sulawesi Mining Investment yang merupakan perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan investor Tiongkok, Tsingshan Group.

Smelter dibangun di atas lahan seluas 230 ha dengan kapasitas 300.000 ton dan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 kali 65 mega watt yang telah memasuki 85% tahap penyelesaian dengan perkiraan operasi komersial April 2015. ”Kawasan industri Morowali kami jadikan pilot project bagi kawasan industri lainnya,” kata Saleh. Saleh menambahkan, dengan terbangunnya kawasan industri tersebut, para investor yang berminat di sektor industri tambang dan agro sangat besar.

”Kita lihat yang investasi di pertambangan seperti smelter sangat besar. Di dalam industri ini butuh waktu 2-3 tahun untuk melihat hasilnya. Kalau itu sudah terlaksana, lapangan kerja akan terbuka lebar, nilai tambah akan sangat besar, dan akhirnya apa yang dihadirkan bisa membuat multiefek yang sangat luar biasa,” paparnya.

Dia melanjutkan, Kemenperin memberikan berbagai macam kemudahan dalam pembangunan kawasan industri termasuk industri-industri yang berorientasi ekspor dan berbahan baku lokal. ”Kita memberikan berbagai macam fasilitas termasuk insentif- insentif sehingga industri cepat tumbuh dan mempunyai daya saing yang kuat,” tuturnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan, pembangunan industri selama ini menghasilkan kesenjangan dan kesejahteraan. ”Semangat kita yang baru tidak hanya mengejar pertumbuhan industri, tetapi juga penyebaran industri terutama ke seluruh Indonesia,” sebutnya.

Dia menambahkan, dalam mempercepat penyebaran industri didasari oleh empat hal yaitu rencana tata ruang wilayah, sumber daya industri dalam skala nasional, daya saing di daerah setempat, dan potensi nilai tambah yang ada. ”Dari sana kita lihat bagaimana mempercepat penyebaran industri. Membangun sentrasentra IKM (industri kecil menengah) di luar Pulau Jawa tentunya berdasarkan kondisi di kabupaten dan kota setempat,” ungkapnya.

Di sisi lain Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari mengatakan, arah kebijakan pembangunan industri nasional pada periode 2015-2019 antara lain membangun 22 sentra industri kecil dan menengah (SIKIM) yang terdiri atas 11 di kawasan Indonesia bagian barat dan 11 di Indonesia timur. Selain itu juga akan menambah sekitar 9.000 usaha industri berskala besar dan sedang, di mana 50% tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya industri kecil sekitar 20.000 unit usaha. ”Untuk itu, kita sedang siapkan berbagai regulasi untuk mendorong arah kebijakan industri nasional tersebut,” ujar Ansari.

Oktiani endarwati
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0882 seconds (0.1#10.140)