BBM Turun, Januari Deflasi 0,24%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 2015 terjadi deflasi 0,24% dan 6,96% year on year (yoy). Penurunan harga BBM dan tarif angkutan serta beberapa komoditas sayuran mendorong terjadinya deflasi.
”Perubahan harga premium 15,33% karena pemerintah telah melakukan perubahan harga. Januari terjadi dua kali penurunan harga. Pertama premium dari Rp8.600 jadi Rp7.600, dan 19 Januari 2015 turun lagi jadi Rp6.700, Bali 7.000, dan Rp6.600 di luar Jawa dan Bali. Penurunan terjadi di seluruh kota IHK,” ungkap Ketua BPS Suryamin di Jakarta kemarin.
Beberapa komoditas tercatat mengalami penurunan harga pada Januari 2015 antara lain bensin, cabai merah, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, cabai rawit, solar, buncis, kacang panjang, dan ketimun. Jika dikelompokkan, andil kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,78%. Suryamin mengatakan, penurunan harga cabai dan cabai rawit disebabkan karena pasokan meningkat.
Sementara tarif angkutan udara turun karena penurunan permintaan. Sedangkan penurunan tarif angkutan kota baru terjadi di 22 kota IHK. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Januari adalah daging ayam ras, ikan segar, beras, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, tarif kereta api, mobil, wortel, bawang merah, nasi dengan lauk, tarif sewa rumah, dan upah tukang bukan mandor.
Selain itu juga tarif listrik, ikan diawetkan, bayam, tomat sayur, melon, mi, rokok kretek, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, pasir, upah pembantu rumah tangga, tarif rumah sakit, tarif rekreasi, dan tarif pemeliharaan. Kelompok yang memberikan andil inflasi adalah bahan makanan 0,12%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,11%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,2%, kelompok sandang 0,06%, kelompok kesehatan 0,03%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,02%.
Menurut Suryamin, sejak 1973 hanya tiga kali terjadi deflasi yakni di 1973 terjadi deflasi 1,65%, 2009 mengalami deflasi 0,07%, dan sekarang 0,24. Januari ini dari 82 kota IHK ada 51 kota mengalami deflasi dan 31 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Padang mencapai 1,98%, deflasi terendah di Bandung dan Madiun 0,05%, sementara inflasi tertinggi di Ambon 2,37%.
Sementara inflasi komponen inti, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen bergejolak untuk Januari masing-masing 0,61%, -3,51% dan 0,55%. Sedangkan inflasi tahun ke tahun masing-masing 4,99%, 12,31%, dan 8,35%. Komponen energi pada Januari mengalami deflasi 6,48% atau terjadi penurunan indeks dari 154,56 pada Desember menjadi 144,54 pada Januari.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, kemungkinan tren Januari tidak akan berlanjut pada Februari. Bahan makanan seperti padi belum memasuki masa panen. Selain itu, tidak ada insentif penurunan harga beberapa komoditas pemerintah.
Meski begitu, karena tarif transportasi yang turun baru 22 kota dari 82 kota IHK, masih ada peluang penurunan tarif di 60 kota IHK. Jika penurunan biaya transportasi terjadi di 60 kota tersebut, akan bisa menekan inflasi. Secara historis inflasi pada Februari biasanya di kisaran 0,5%.
”Ya, mudah-mudahan bisa lebih kecil. Kita lihat dampak dari penurunan BBM berlanjut, cuma memang biasanya responsnya lebih lambat. Kalau ini bisa direspons dengan penurunan transportasi dan BBM, ada responsnya di Februari. Kita harapkan inflasinya tidak terlalu besar di Februari,” tambah Sasmito.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan, deflasi kali ini memang lebih rendah dari perkiraan. ”Ini memang pengaruh dari dua kali penurunan harga BBM, pengaruhnya ke transportasi, padahal baru 22 kota yang turun. Jadi masih ada peluang untuk deflasi, tapi di Maret,” tambahnya.
Untuk Februari, kemungkinan deflasi kecil karena panen raya agak bergeser di Maret, dan untuk bulan ini beberapa komoditas seperti daging ayam, telur ayam diperkirakan masih akan naik karena masalah logistik yang disebabkan cuaca buruk. Pada pertengahan tahun diperkirakan inflasi lebih rendah dan ke arah 6% tahun ini. ”Nanti baru menjelang puasa dan hari raya Juli dan Agustus inflasi,” tambahnya.
Sementara itu, Senior Regional Ekonom Barclays Capital Wai Ho Leong mengatakan, inflasi turun pada Januari di 7% dari Desember 8,4%, November 6,2% sesuai dengan ekspektasi. Namun, lebih rendah dari perkiraan konsensus yaitu 7,5%. ”Inflasi energi dan bahan makanan turun tajam sejak puncaknya di Desember sebagai dampak rezim subsidi tetap pada 31 Desember 2014, dan pengumuman penurunan harga bahan bakar minyak pada 19 Januari 2015,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.
Ria martati
”Perubahan harga premium 15,33% karena pemerintah telah melakukan perubahan harga. Januari terjadi dua kali penurunan harga. Pertama premium dari Rp8.600 jadi Rp7.600, dan 19 Januari 2015 turun lagi jadi Rp6.700, Bali 7.000, dan Rp6.600 di luar Jawa dan Bali. Penurunan terjadi di seluruh kota IHK,” ungkap Ketua BPS Suryamin di Jakarta kemarin.
Beberapa komoditas tercatat mengalami penurunan harga pada Januari 2015 antara lain bensin, cabai merah, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, cabai rawit, solar, buncis, kacang panjang, dan ketimun. Jika dikelompokkan, andil kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,78%. Suryamin mengatakan, penurunan harga cabai dan cabai rawit disebabkan karena pasokan meningkat.
Sementara tarif angkutan udara turun karena penurunan permintaan. Sedangkan penurunan tarif angkutan kota baru terjadi di 22 kota IHK. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Januari adalah daging ayam ras, ikan segar, beras, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, tarif kereta api, mobil, wortel, bawang merah, nasi dengan lauk, tarif sewa rumah, dan upah tukang bukan mandor.
Selain itu juga tarif listrik, ikan diawetkan, bayam, tomat sayur, melon, mi, rokok kretek, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, pasir, upah pembantu rumah tangga, tarif rumah sakit, tarif rekreasi, dan tarif pemeliharaan. Kelompok yang memberikan andil inflasi adalah bahan makanan 0,12%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,11%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,2%, kelompok sandang 0,06%, kelompok kesehatan 0,03%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,02%.
Menurut Suryamin, sejak 1973 hanya tiga kali terjadi deflasi yakni di 1973 terjadi deflasi 1,65%, 2009 mengalami deflasi 0,07%, dan sekarang 0,24. Januari ini dari 82 kota IHK ada 51 kota mengalami deflasi dan 31 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Padang mencapai 1,98%, deflasi terendah di Bandung dan Madiun 0,05%, sementara inflasi tertinggi di Ambon 2,37%.
Sementara inflasi komponen inti, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen bergejolak untuk Januari masing-masing 0,61%, -3,51% dan 0,55%. Sedangkan inflasi tahun ke tahun masing-masing 4,99%, 12,31%, dan 8,35%. Komponen energi pada Januari mengalami deflasi 6,48% atau terjadi penurunan indeks dari 154,56 pada Desember menjadi 144,54 pada Januari.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, kemungkinan tren Januari tidak akan berlanjut pada Februari. Bahan makanan seperti padi belum memasuki masa panen. Selain itu, tidak ada insentif penurunan harga beberapa komoditas pemerintah.
Meski begitu, karena tarif transportasi yang turun baru 22 kota dari 82 kota IHK, masih ada peluang penurunan tarif di 60 kota IHK. Jika penurunan biaya transportasi terjadi di 60 kota tersebut, akan bisa menekan inflasi. Secara historis inflasi pada Februari biasanya di kisaran 0,5%.
”Ya, mudah-mudahan bisa lebih kecil. Kita lihat dampak dari penurunan BBM berlanjut, cuma memang biasanya responsnya lebih lambat. Kalau ini bisa direspons dengan penurunan transportasi dan BBM, ada responsnya di Februari. Kita harapkan inflasinya tidak terlalu besar di Februari,” tambah Sasmito.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan, deflasi kali ini memang lebih rendah dari perkiraan. ”Ini memang pengaruh dari dua kali penurunan harga BBM, pengaruhnya ke transportasi, padahal baru 22 kota yang turun. Jadi masih ada peluang untuk deflasi, tapi di Maret,” tambahnya.
Untuk Februari, kemungkinan deflasi kecil karena panen raya agak bergeser di Maret, dan untuk bulan ini beberapa komoditas seperti daging ayam, telur ayam diperkirakan masih akan naik karena masalah logistik yang disebabkan cuaca buruk. Pada pertengahan tahun diperkirakan inflasi lebih rendah dan ke arah 6% tahun ini. ”Nanti baru menjelang puasa dan hari raya Juli dan Agustus inflasi,” tambahnya.
Sementara itu, Senior Regional Ekonom Barclays Capital Wai Ho Leong mengatakan, inflasi turun pada Januari di 7% dari Desember 8,4%, November 6,2% sesuai dengan ekspektasi. Namun, lebih rendah dari perkiraan konsensus yaitu 7,5%. ”Inflasi energi dan bahan makanan turun tajam sejak puncaknya di Desember sebagai dampak rezim subsidi tetap pada 31 Desember 2014, dan pengumuman penurunan harga bahan bakar minyak pada 19 Januari 2015,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.
Ria martati
(bbg)