Pasar Modal Diyakini Masih Didominasi Asing
A
A
A
JAKARTA - Tahun ini dana asing di pasar saham Indonesia diperkirakan masih akan mendominasi. Hal ini dipicu dua faktor utama yakni ketersediaan arus dana dan pertumbuhan laba korporasi.
“Ketersediaan arus dana ditentukan oleh tinggi atau rendahnya likuiditas pada sistem, baik domestik maupun global,” ujar Global Strategist Eastspring Investments Robert Rountree di Jakarta kemarin. Robert melanjutkan, di sisi lain akan muncul sentimen dari kebijakan pemerintah dan kestabilan politik sehingga akan memengaruhi keputusan investor menggelontorkandananya.
“Perkiraan pertumbuhan laba juga akan memengaruhi pergerakan karena pada akhirnya keputusan investasi tetap harus bersandar pada perkiraan tingkat pengambilan investasi,” katanya. Dia memperkirakan, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/ the Fed) tidak akan dinaikkan terlalu tinggi pada tahun ini. Sementara, dampak stimulus pelonggaran kuantitatif di Eropa pun tidak akan terlalu berdampak seperti kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh AS beberapa tahun lalu.
“Pasar saham Indonesia masih memiliki harapan kuat untuk tumbuh secara positif. Tantangan terdepan yakni kenaikan harga minyak yang dikhawatirkan meningkatkan biaya perusahaan sehingga menekan sebagian masyarakat Indoneisa,” ucapnya. Sementara, CEO Eastspring Investments Indonesia Riki Frindos meyakini, tahun ini perekonomian dunia akan tumbuh meski tidak merata di setiap wilayah. Sehingga, kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan harga komoditas dunia.
Pada bagian lain, Presiden Direktur Panin Asset Management Winston Sual mengatakan, penurunan harga komoditas global termasuk harga minyak dunia yang disertai dengan ekspektasi tingkat inflasi rendah di 2015 diyakini mampu membuat ekonomi Indonesia tumbuh positif. Presiden Direktur Panin Asset Management Winston Sual mengatakan, “Penurunan harga minyak dunia dapat memengaruhi tiga komponen utama seperti APBN, inflasi, dan defisit neraca perdagangan,” ujar dia di Jakarta kemarin.
Lebih lanjut Winston mengungkapkan, efek penurunan harga minyak dunia ke pasar modal bisa menjadi pendorong meningkatnya likuiditas perbankan dan perekonomian Indonesia dan dapat menarik capital inflow ke pasar modal. “Di sini sangat penting peningkatan likuiditas perbankan. Kami juga melihat ada faktorfaktor yang memengaruhi uang beredar. Kalaudilihatpadatahun 2014 lalu, dana yang masuk dalam bentuk peningkatan cadangan devisa (cadev ),” papar dia.
Menurut Winston, apabila defisit transaksi berjalan melebar, maka investor cenderung tidak ingin masuk ke pasar Indonesia karena akan memengaruhi nilai tukar Indonesia. Namun, jika kita memperbaiki defisit transaksi berjalan, maka likuditas akan bertambah baik dan capital inflow di Indonesia juga akan alami perbaikan. Menurut dia, harga minyak turun juga bisa membuat laju inflasi sampai akhir tahun ini bisa rendah.
“Sifat inflasi itu kalau sudah naik ya naiknya gampang, tapi kalau sudah turun, susah turunnya. Hasil simulasi kita, apabila minyak di level USD50 atau USD55 per barel, dan apabila BBM tidak bisa mengikuti harga minyak dunia, maka bukan tidak mungkin inflasi melewati 4%,” kata dia.
Arsy ani s/ Kunthi fahmar sandy
“Ketersediaan arus dana ditentukan oleh tinggi atau rendahnya likuiditas pada sistem, baik domestik maupun global,” ujar Global Strategist Eastspring Investments Robert Rountree di Jakarta kemarin. Robert melanjutkan, di sisi lain akan muncul sentimen dari kebijakan pemerintah dan kestabilan politik sehingga akan memengaruhi keputusan investor menggelontorkandananya.
“Perkiraan pertumbuhan laba juga akan memengaruhi pergerakan karena pada akhirnya keputusan investasi tetap harus bersandar pada perkiraan tingkat pengambilan investasi,” katanya. Dia memperkirakan, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/ the Fed) tidak akan dinaikkan terlalu tinggi pada tahun ini. Sementara, dampak stimulus pelonggaran kuantitatif di Eropa pun tidak akan terlalu berdampak seperti kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh AS beberapa tahun lalu.
“Pasar saham Indonesia masih memiliki harapan kuat untuk tumbuh secara positif. Tantangan terdepan yakni kenaikan harga minyak yang dikhawatirkan meningkatkan biaya perusahaan sehingga menekan sebagian masyarakat Indoneisa,” ucapnya. Sementara, CEO Eastspring Investments Indonesia Riki Frindos meyakini, tahun ini perekonomian dunia akan tumbuh meski tidak merata di setiap wilayah. Sehingga, kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan harga komoditas dunia.
Pada bagian lain, Presiden Direktur Panin Asset Management Winston Sual mengatakan, penurunan harga komoditas global termasuk harga minyak dunia yang disertai dengan ekspektasi tingkat inflasi rendah di 2015 diyakini mampu membuat ekonomi Indonesia tumbuh positif. Presiden Direktur Panin Asset Management Winston Sual mengatakan, “Penurunan harga minyak dunia dapat memengaruhi tiga komponen utama seperti APBN, inflasi, dan defisit neraca perdagangan,” ujar dia di Jakarta kemarin.
Lebih lanjut Winston mengungkapkan, efek penurunan harga minyak dunia ke pasar modal bisa menjadi pendorong meningkatnya likuiditas perbankan dan perekonomian Indonesia dan dapat menarik capital inflow ke pasar modal. “Di sini sangat penting peningkatan likuiditas perbankan. Kami juga melihat ada faktorfaktor yang memengaruhi uang beredar. Kalaudilihatpadatahun 2014 lalu, dana yang masuk dalam bentuk peningkatan cadangan devisa (cadev ),” papar dia.
Menurut Winston, apabila defisit transaksi berjalan melebar, maka investor cenderung tidak ingin masuk ke pasar Indonesia karena akan memengaruhi nilai tukar Indonesia. Namun, jika kita memperbaiki defisit transaksi berjalan, maka likuditas akan bertambah baik dan capital inflow di Indonesia juga akan alami perbaikan. Menurut dia, harga minyak turun juga bisa membuat laju inflasi sampai akhir tahun ini bisa rendah.
“Sifat inflasi itu kalau sudah naik ya naiknya gampang, tapi kalau sudah turun, susah turunnya. Hasil simulasi kita, apabila minyak di level USD50 atau USD55 per barel, dan apabila BBM tidak bisa mengikuti harga minyak dunia, maka bukan tidak mungkin inflasi melewati 4%,” kata dia.
Arsy ani s/ Kunthi fahmar sandy
(ftr)