BNI Catat Transaksi Trade Finance USD31,1 M
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk membukukan volume transaksi trade finance sebesar USD31,1 miliar atau meningkat 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Transaksi trade finance di BNI saat ini didominasi oleh segmen korporasi, meliputi sektor agriculture (29%), oil, gas & mining (21%), food and beverages (17%), chemical (13%), retail & wholesalers (9%), engineering & construction (7%), dan electricity (2%).
“Segmen small medium enterprise (SME) saat ini juga digarap oleh BNI dalam mengembangkan transaksi trade finance terutama untuk sektor retail & wholesalers, food & beverages, dan agriculture ,” kata Direktur Tresuri & IF BNI Suwoko Singoastro di Jakarta kemarin. Dia mengatakan, jumlah transaksi incoming transfer sepanjang tahun 2014 mencapai 1.963.417 transaksi dan outgoing transfer sebanyak 373.159 transaksi.
Sedangkan, nominal uang yang ditransfer dari Luar Negeri ke Indonesia melalui BNI selama tahun 2014 mencapai USD40 miliar serta kiriman uang dari Indonesia ke luar negeri melalui BNI mencapai USD42 miliar. Suwoko mengungkapkan, pihaknya menargetkan transaksi internasional tahun ini dapat mencapai sekitar USD40,43 miliar. “Transaksi perdagangan internasional ini ditarget naik 20-30% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai USD31,1 miliar,” ujardia.
Dia menegaskan, meski realisasi ekspor pada akhir tahun 2014 meleset, tidak memengaruhi pendapatan BNI. Tahun ini ada peluang kenaikan transaksi perdagangan internasional lantaran diwajibkannya ekspor komoditas CPO, batu bara, mineral, dan migas menggunakan letter of credit (LC). Ketentuan ekspor menggunakan LC ini, menurut Suwoko, bisa menjadi salah satu faktor pendorong, di samping banyak nasabah existing eksportir di sektor-sektor unggulan.
Demi menopang transaksi luar negeri yang meningkat, BNI yakin ketersediaan valas bisa memenuhi kebutuhan. Suwoko pun menyatakan bahwa likuiditas valas cukup. Di samping itu, BNI akan mendampingi Bank Victoria dalam melakukan transaksi internasional. Penandatanganan nota kesepahaman ini akan lebih meningkatkan sinergi bisnis antara BNI dan Bank Victoria dalam mengembangkan bisnis perbankan, baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
“Ini akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dalam bentuk peningkatan kompetensi dan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan di dunia perbankan yang semakin ketat,” ujar Direktur Utama Bank Victoria Eko Rachmansyah Gindo. Dia melanjutkan, kerja sama ini sangat penting seiring dengan tujuan Bank Victoria untuk mendapatkan izin sebagai Bank Devisa.
Adanya kerja sama BNI Bank Victoria dalam transaksi perbankan, khususnya transaksi internasional, baik transaksi trade finance, remittance maupun treasury , akan meningkatkan daya saing Bank Victoria di industri perbankan.
“Pendampingan yang dilakukan ini selama 2 hingga 3 bulan. Setelah itu, Bank Victoria akan memproses untuk menjadi bank devisa,” kata dia.
Kunthi fahmar sandy
Transaksi trade finance di BNI saat ini didominasi oleh segmen korporasi, meliputi sektor agriculture (29%), oil, gas & mining (21%), food and beverages (17%), chemical (13%), retail & wholesalers (9%), engineering & construction (7%), dan electricity (2%).
“Segmen small medium enterprise (SME) saat ini juga digarap oleh BNI dalam mengembangkan transaksi trade finance terutama untuk sektor retail & wholesalers, food & beverages, dan agriculture ,” kata Direktur Tresuri & IF BNI Suwoko Singoastro di Jakarta kemarin. Dia mengatakan, jumlah transaksi incoming transfer sepanjang tahun 2014 mencapai 1.963.417 transaksi dan outgoing transfer sebanyak 373.159 transaksi.
Sedangkan, nominal uang yang ditransfer dari Luar Negeri ke Indonesia melalui BNI selama tahun 2014 mencapai USD40 miliar serta kiriman uang dari Indonesia ke luar negeri melalui BNI mencapai USD42 miliar. Suwoko mengungkapkan, pihaknya menargetkan transaksi internasional tahun ini dapat mencapai sekitar USD40,43 miliar. “Transaksi perdagangan internasional ini ditarget naik 20-30% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai USD31,1 miliar,” ujardia.
Dia menegaskan, meski realisasi ekspor pada akhir tahun 2014 meleset, tidak memengaruhi pendapatan BNI. Tahun ini ada peluang kenaikan transaksi perdagangan internasional lantaran diwajibkannya ekspor komoditas CPO, batu bara, mineral, dan migas menggunakan letter of credit (LC). Ketentuan ekspor menggunakan LC ini, menurut Suwoko, bisa menjadi salah satu faktor pendorong, di samping banyak nasabah existing eksportir di sektor-sektor unggulan.
Demi menopang transaksi luar negeri yang meningkat, BNI yakin ketersediaan valas bisa memenuhi kebutuhan. Suwoko pun menyatakan bahwa likuiditas valas cukup. Di samping itu, BNI akan mendampingi Bank Victoria dalam melakukan transaksi internasional. Penandatanganan nota kesepahaman ini akan lebih meningkatkan sinergi bisnis antara BNI dan Bank Victoria dalam mengembangkan bisnis perbankan, baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
“Ini akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dalam bentuk peningkatan kompetensi dan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan di dunia perbankan yang semakin ketat,” ujar Direktur Utama Bank Victoria Eko Rachmansyah Gindo. Dia melanjutkan, kerja sama ini sangat penting seiring dengan tujuan Bank Victoria untuk mendapatkan izin sebagai Bank Devisa.
Adanya kerja sama BNI Bank Victoria dalam transaksi perbankan, khususnya transaksi internasional, baik transaksi trade finance, remittance maupun treasury , akan meningkatkan daya saing Bank Victoria di industri perbankan.
“Pendampingan yang dilakukan ini selama 2 hingga 3 bulan. Setelah itu, Bank Victoria akan memproses untuk menjadi bank devisa,” kata dia.
Kunthi fahmar sandy
(ars)