Perekonomian Terus Melambat

Jum'at, 06 Februari 2015 - 10:30 WIB
Perekonomian Terus Melambat
Perekonomian Terus Melambat
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, perekonomian Indonesia secara kumulatif pada 2014 hanya tumbuh sebesar 5,02%. Realisasi itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dalam lima tahun terakhir.

“Tren pertumbuhan ekonomi terjadi perlambatan sejak 2010. Sejak 2010 hingga 2013, pertumbuhan ekonomi menurun dari angka 6,2% hingga 5,58%,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, kemarin. Rilis produk domestik bruto (PDB) tahun 2014 mengikuti penghitungan tahun dasar berlaku yang terbaru yaitu tahun 2010, yang dimulai sejak triwulan IV/2014 dan menyertakan sebanyak 17 jenis sektor lapangan usaha.

Sebelumnya BPS menghitung PDB menggunakan tahun dasar berlaku 2000, yang hanya menghitung sembilan jenis sektor lapangan usaha. Berdasarkan tahun dasar seri 2000 tersebut, maka pertumbuhan ekonomi 2014 tercatat 5,06%. Suryamin menjelaskan, salah satu sektor yang memberikan distribusi terbesar terhadap PDB pada 2014 adalah industri pengolahan yaitu sebesar 21,02%.

Industri ini sepanjang tahun tumbuh 4,63%. Sektor lainnya adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh sepanjang 2014 sebesar 4,84% dan pertanian, kehutanan, serta perikanan yang tumbuh 4,18% yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,38%. “Sektor lainnya seperi konstruksi, pertambangan, transportasi, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas, jasa kesehatan, dan pengadaan air ikut memberikan kontribusi, walau share - nya tidak tinggi,” kata Suryamin.

Pengeluaran komponen konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga menyumbang PDB tertinggi setelah tumbuh 12,43% pada 2014, diikuti konsumsi rumah tangga 5,14%, pembentukan modal tetap bruto 4,12%, konsumsi pemerintah 1,98%, ekspor 1,02%, dan impor 2,19%.

“Konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi, karena ada pemilihan umum, mulai dari persiapan hingga penyelenggaraan. Sedangkan, konsumsi rumah tangga relatif stabil, meski harga BBM dan jumlah penduduk bertambah,” papar Suryamin. Namun, konsumsi rumah tangga masih menyumbang distribusi terbesar pada PDB yaitu 56,07%, diikuti pembentukan modal tetap bruto 32,57%, ekspor 23,72%, konsumsi pemerintah 9,54%, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga 1,18%, dan impor 24,77%.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 masih didorong oleh aktivitas perekonomian di Jawa yang tumbuh 5,59%, Sumatera 4,66%, Bali dan Nusa Tenggara 5,86%, Kalimantan 3,19%, Sulawesi 6,88% serta Maluku dan Papua 4,32%. Suryamin menambahkan, Jawa juga menyumbang struktur perekonomian tertinggi terhadap PDB yaitu mencapai 57,39%, diikuti Sumatera 23,16%, dan pulau-pulau lainnya kurang dari 10%.

Seluruh penghitungan perekonomian Indonesia ini diukur berdasarkan PDB atas dasar berlaku yang telah mencapai Rp10.542,7 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp41,8 juta atau sekitar USD3.531,5. Menanggapi laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 yang hanya mencapai angka 5,02%, Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani tetap optimistis dengan potensi investasi pada 2015.

“Saya melihat potensi masih besar,” ujarnya kepada media usai berdialog dengan pengusaha di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, kemarin. Franky mengungkapkan, pada 2014 investasi tumbuh 16%. Sementara, tahun ini menurutnya terdapat beberapa investasi yang masih terhambat atau bermasalah konstruksinya dan nilainya mencapai Rp400 triliun lebih. Minat berinvestasi juga cukup tinggi yaitu mencapai USD74 miliar.

“Sektornya beragam, mulai industri padat karya, industri bernilai tambah, listrik, maritim dan lainnya. Saya kira kita masih optimistis untuk 2015,” tandasnya. Franky menambahkan, keberadaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) akan lebih mempermudah dan mempercepat proses perizinan usaha. Menurutnya, sejak diluncurkan pada 26 Januari lalu terjadi lonjakan kunjungan ke BKPM/ PTSP Pusat yang signifikan dari para pengusaha atau calon investor yang sebelumnya 200 kunjungan menjadi lebih dari 300 kunjungan.

“Pada tahun 2015 ini kami mengejar pembentukan PTSP daerah di 24 provinsi dan 120 kabupaten/kota,” sebutnya. Terpisah, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,7% pada 2015, meskipun terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi di 2014.

“Saya mengerti, memang 2014 itu pelambatan. Maka dari itu, kita perlu mendorong 2015 dengan belanja infrastruktur,” kata Bambang, kemarin. Bambang mengakui, pelambatan ekonomi 2014 merupakan alarm keras bagi pemerintah agar lebih serius mendongkrak faktor-faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi.

Dia menuturkan, pemerintah masih mengandalkan aliran investasi, baik dari pemerintah, melalui optimalisasi belanja anggaran untuk pembangunan, dan juga mengoptimalkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan. Bambang meyakini, iklim investasi akan terus membaik di 2015 dan mendorong investasi swasta menjadi kontributor pendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah pun akan mengoptimalkan belanja anggaran dan akan tetap mengupayakan konsumsi rumah tangga terus membaik serta mendongkrak ekspansi daya beli masyarakat. “Seperti halnya penyertaan modal negara (PMN), itu kan investasi pemerintah,” ujar dia.

Ria martati/ Inda susanti/ant
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4802 seconds (0.1#10.140)