BTN Optimis Penyaluran Kredit Tumbuh Diatas 20 %
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk(BTN) optimistis pertumbuhan kredit akan melampaui 20% jika perseroan diberikan kepercayaan dalam pembiayaan program satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah.
Tanpa program satu juta rumah BTN menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 18-19%. “Jadi, kalau ditambah dengan program satu juta rumah tentu pertumbuhan kredit akan lebih tinggi, bisa melampaui 20%,” papar Direktur Utama BTN Maryono dalam diskusi pasar modal “Gurihnya Program Satu Juta Rumah bagi Investor” di Jakarta akhir pekan lalu. Maryono menjelaskan mengenai program tersebut.
Jika harga rumah sekitar Rp120 juta per unit, maka kebutuhan dananya sekitar Rp120 triliun. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam hal pendanaan. “Selain dana bergulir dari pemerintah untuk program FLPP, dibutuhkan juga dukungan dari institusi seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) baik kesehatan maupun ketenagakerjaan dalam menempatkan dana untuk program ini,” harapnya.
Maryono menyambut baik usulan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar BTN diberi penyertaan modal pemerintah sebesar Rp5 triliun untuk kebutuhan pembiayaan perumahan rakyat. Usulan tersebut akan membuat langkah BTN semakin ringan dalam mencari pendanaan bagi program satu juta rumah.
Menurut Maryono, saat ini backlog perumahan di Indonesia ialah 13,6 juta rumah tangga belum memiliki rumah. Dari data tersebut, 7,2 juta rumah tangga yang masih menumpang, sisanya 6,4 juta rumah tangga, masih sewa rumah. “Kami optimistis bisa menuntaskan masalah backlog perumahan sebanyak 7,2 juta rumah tangga yang masih menumpang dengan menjalankan program satu juta rumah milik Jokowi,” ujarnya.
Maryono menuturkan, program ini tetap akan menemui sejumlah kendala seperti penyediaan lahan yang terbatas, peningkatan penduduk yang sangat cepat, masalah perizinan, infrastruktur, dan pembiayaan bank. “Kalau tanahnya ada, izinnya sudah ada, sertifikat ada. Tapi, kalau infrastruktur tidak ada, maka akan jadi hambatan. Ini tantangan bagi kami, tapi juga merupakan suatu peluang,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menegaskan, program satu juta rumah ini akan sangat menguntungkan bagi investor di sektor riil maupun investor saham. Selain, saham-saham properti dan konstruksi yang bisa dilirik dengan program ini, sahamperbankanyangikutandil dalam pembiayaan juga tak luput dari incaran investor. “Nah, bank yang sudah pengalaman dalam penyaluran pembiayaan perumahan yakni BTN. Jadi saya kira sangat layak BTN diberi kepercayaandalamprogramsatu juta rumah ini,” paparnya.
Menurut Haryajid, jika program satu juta rumah ini sukses, maka akan mendorong kinerja BTN lebih baik lagi, sehingga ini akan terefleksi dengan kenaikan saham perseroan. “Bukan tidak mungkin saham BBTN akan naik lagi ke Rp1.300-Rp1.400,” katanya. Pada akhir pekan lalu, saham BBTN melonjak 8,54% dari Rp995 ke Rp1.080.
Sementara itu, pengamat ekonomi Yanuar Rizky dalam program satu juta rumah ini pemerintah ingin memperlihatkan kepeduliannya terhadap kebutuhan papan masyarakat kelas menengah bawah.
Untuk itu perlu disinergiskan antara BUMN yang terkait dengan program tersebut seperti Perumnas dalam penyediaan lahan dan BTN dalam hal pembiayaan perumahannya.
Rakhmat Baihaqi
Tanpa program satu juta rumah BTN menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 18-19%. “Jadi, kalau ditambah dengan program satu juta rumah tentu pertumbuhan kredit akan lebih tinggi, bisa melampaui 20%,” papar Direktur Utama BTN Maryono dalam diskusi pasar modal “Gurihnya Program Satu Juta Rumah bagi Investor” di Jakarta akhir pekan lalu. Maryono menjelaskan mengenai program tersebut.
Jika harga rumah sekitar Rp120 juta per unit, maka kebutuhan dananya sekitar Rp120 triliun. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam hal pendanaan. “Selain dana bergulir dari pemerintah untuk program FLPP, dibutuhkan juga dukungan dari institusi seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) baik kesehatan maupun ketenagakerjaan dalam menempatkan dana untuk program ini,” harapnya.
Maryono menyambut baik usulan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar BTN diberi penyertaan modal pemerintah sebesar Rp5 triliun untuk kebutuhan pembiayaan perumahan rakyat. Usulan tersebut akan membuat langkah BTN semakin ringan dalam mencari pendanaan bagi program satu juta rumah.
Menurut Maryono, saat ini backlog perumahan di Indonesia ialah 13,6 juta rumah tangga belum memiliki rumah. Dari data tersebut, 7,2 juta rumah tangga yang masih menumpang, sisanya 6,4 juta rumah tangga, masih sewa rumah. “Kami optimistis bisa menuntaskan masalah backlog perumahan sebanyak 7,2 juta rumah tangga yang masih menumpang dengan menjalankan program satu juta rumah milik Jokowi,” ujarnya.
Maryono menuturkan, program ini tetap akan menemui sejumlah kendala seperti penyediaan lahan yang terbatas, peningkatan penduduk yang sangat cepat, masalah perizinan, infrastruktur, dan pembiayaan bank. “Kalau tanahnya ada, izinnya sudah ada, sertifikat ada. Tapi, kalau infrastruktur tidak ada, maka akan jadi hambatan. Ini tantangan bagi kami, tapi juga merupakan suatu peluang,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menegaskan, program satu juta rumah ini akan sangat menguntungkan bagi investor di sektor riil maupun investor saham. Selain, saham-saham properti dan konstruksi yang bisa dilirik dengan program ini, sahamperbankanyangikutandil dalam pembiayaan juga tak luput dari incaran investor. “Nah, bank yang sudah pengalaman dalam penyaluran pembiayaan perumahan yakni BTN. Jadi saya kira sangat layak BTN diberi kepercayaandalamprogramsatu juta rumah ini,” paparnya.
Menurut Haryajid, jika program satu juta rumah ini sukses, maka akan mendorong kinerja BTN lebih baik lagi, sehingga ini akan terefleksi dengan kenaikan saham perseroan. “Bukan tidak mungkin saham BBTN akan naik lagi ke Rp1.300-Rp1.400,” katanya. Pada akhir pekan lalu, saham BBTN melonjak 8,54% dari Rp995 ke Rp1.080.
Sementara itu, pengamat ekonomi Yanuar Rizky dalam program satu juta rumah ini pemerintah ingin memperlihatkan kepeduliannya terhadap kebutuhan papan masyarakat kelas menengah bawah.
Untuk itu perlu disinergiskan antara BUMN yang terkait dengan program tersebut seperti Perumnas dalam penyediaan lahan dan BTN dalam hal pembiayaan perumahannya.
Rakhmat Baihaqi
(ftr)