Cadangan Devisa Masih di Level Aman
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2015 sebesar USD114,2 miliar, meningkat dari posisi akhir Desember 2014 sebesar USD111,9 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut dapat membiayai 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menilai level cadangan devisa yang dimiliki Indonesia tersebut sangat aman. “Biasanya bulan impor yang aman itu kan lima ke atas dan sekitar 6,5 bulan untuk impor dan pembayaran utang pemerintah,” ungkapnya kepada KORAN SINDO .
Meski terbilang tinggi, menurut Lana, nominal cadangan devisa yang dimiliki Indonesia masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan sejumlah negara lain. Namun, level cadangan devisa tersebut cukup untuk Indonesia, mengingat impor negara ini pun tidak sebanyak negara-negara dengan perekonomian yang jauh lebih tinggi.
Lana menambahkan, Februari ini masih ada potensi cadangan devisa untuk naik. Ada beberapa faktor pendukung antara lain ditopang oleh kenaikan devisa hasil ekspor dan penempatan valas bank yang ada di Bank Indonesia. “BI kan mencoba menyiasati supaya dolar yang dipegang ini bersedia ditempatkan di sini,” sebutnya.
Namun, lanjut dia, bila ada kenaikan suku bunga oleh The Fed pada April nanti, cadangan devisa bisa turun. Karena itu, Lana berharap sebelum ada kenaikan tingkat bunga oleh The Fed, Indonesia bisa memperbaiki peringkat utangnya sehingga investor yang menempatkan dananya di sini tidak lantas menarik investasinya karena melihat bahwa imbal hasil yang masih wajar dan berkurangnya risiko.
“Itu yang bisa mengurangi keluarnya dana dari Indonesia sebab saya kira kalau The Fed menaikkan suku bunganya, orang akan mulai antisipasi, bukan hanya dari Indonesia, melainkan dari seluruh emerging market pasti keluar,” ungkap dia.
Lana menambahkan, jika Indonesia bisa memperbaiki kinerja makroekonomi, mempertahankan inflasi yang relatif rendah, serta mengurangi defisit transaksi berjalan hingga di bawah 3% dari produk domestik bruto (PDB), itu juga akan membantu menahan keluarnya modal. “Alangkah lebih baik kalau sudah mulai ada perbaikan struktural di sektor manufaktur karena kita tahu bahwa komoditas tidak bisa diandalkan,” tuturnya.
Sebelumnya Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs menyebutkan, cadanga devisa Januari meningkat antara lain berkat penerbitan obligasi global oleh pemerintah, simpanan deposito valas bank-bank di BI, serta hasil ekspor migas pemerintah. Selain itu, ada pula penerimaan lain dalam valuta asing yang melebihi pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Peter menegaskan, BI yakin level cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Posisi cadangan devisa saat ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Kunthi Fahmar Sandy
Posisi cadangan devisa tersebut dapat membiayai 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menilai level cadangan devisa yang dimiliki Indonesia tersebut sangat aman. “Biasanya bulan impor yang aman itu kan lima ke atas dan sekitar 6,5 bulan untuk impor dan pembayaran utang pemerintah,” ungkapnya kepada KORAN SINDO .
Meski terbilang tinggi, menurut Lana, nominal cadangan devisa yang dimiliki Indonesia masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan sejumlah negara lain. Namun, level cadangan devisa tersebut cukup untuk Indonesia, mengingat impor negara ini pun tidak sebanyak negara-negara dengan perekonomian yang jauh lebih tinggi.
Lana menambahkan, Februari ini masih ada potensi cadangan devisa untuk naik. Ada beberapa faktor pendukung antara lain ditopang oleh kenaikan devisa hasil ekspor dan penempatan valas bank yang ada di Bank Indonesia. “BI kan mencoba menyiasati supaya dolar yang dipegang ini bersedia ditempatkan di sini,” sebutnya.
Namun, lanjut dia, bila ada kenaikan suku bunga oleh The Fed pada April nanti, cadangan devisa bisa turun. Karena itu, Lana berharap sebelum ada kenaikan tingkat bunga oleh The Fed, Indonesia bisa memperbaiki peringkat utangnya sehingga investor yang menempatkan dananya di sini tidak lantas menarik investasinya karena melihat bahwa imbal hasil yang masih wajar dan berkurangnya risiko.
“Itu yang bisa mengurangi keluarnya dana dari Indonesia sebab saya kira kalau The Fed menaikkan suku bunganya, orang akan mulai antisipasi, bukan hanya dari Indonesia, melainkan dari seluruh emerging market pasti keluar,” ungkap dia.
Lana menambahkan, jika Indonesia bisa memperbaiki kinerja makroekonomi, mempertahankan inflasi yang relatif rendah, serta mengurangi defisit transaksi berjalan hingga di bawah 3% dari produk domestik bruto (PDB), itu juga akan membantu menahan keluarnya modal. “Alangkah lebih baik kalau sudah mulai ada perbaikan struktural di sektor manufaktur karena kita tahu bahwa komoditas tidak bisa diandalkan,” tuturnya.
Sebelumnya Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs menyebutkan, cadanga devisa Januari meningkat antara lain berkat penerbitan obligasi global oleh pemerintah, simpanan deposito valas bank-bank di BI, serta hasil ekspor migas pemerintah. Selain itu, ada pula penerimaan lain dalam valuta asing yang melebihi pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Peter menegaskan, BI yakin level cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Posisi cadangan devisa saat ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Kunthi Fahmar Sandy
(ftr)