Pertamina-Akuo Energy Kembangkan Energi Terbarukan
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan Akuo Energy hari ini menandatangani kesepakatan kerja sama pengembangan energi baru dan terbarukan untuk ketenagalistrikan di Indonesia.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani dan CEO Akuo Energy Eric Scotto. Kerja sama akan difokuskan pada pengembangan energi angin (Wind), Solar PV, dan Ocean Thermal Energy Convertion (OTEC).
Yenni mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik telah memicu pertumbuhan permintaan listrik rata-rata sekitar 8,5% per tahun sejak 2011.
"Pertamina dan Akuo Energy melalui kerja sama ini ingin mendukung pemerintah dalam hal penyediaan energi listrik berbasis energi baru dan terbarukan. Kami akan melakukan identifikasi lokasi-lokasi sesuai dengan ketiga jenis EBT yang akan dikerjasamakan," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Seperti diketahui, pemerintah memiliki perhatian lebih terhadap daerah-daerah terpencil yang listriknya masih bergantung pada diesel. Pada tahap ini kami akan fokus ke wilayah-wilayah tersebut.
"Pada tahap awal, Pertamina dan Akuo Energy akan menetapkan tiga pulau untuk lokasi pembangkit listrik dengan mempertimbangkan luasan pulau, populasi penduduk, dan kebutuhan listriknya. Konstruksi pembangkit listrik pertama diharapkan berupa Solar PV dengan kapasitas 5 MW pada 2016," jelasnya.
Pada tahun berikutnya, Pertamina dan Akuo Energy akan mulai membangun tambahan pembangkit listrik berbasis Solar PV berkapasitas 5MW dan juga pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 60 MW.
Dia juga mengungkapkan pada 2018 kedua perusahaan menargetkan untuk dapat mulai membangun pembangkit listrik berbasis EBT dengan skala lebih besar, sehingga kombinasi pembangkitan listrik berbasis Wind, Solar PV, dan OTEC nantinya memiliki kapasitas total sebesar 560 MW.
"Pada 2018, kami harapkan pengembangan Wind, Solar PV, dan OTEC dalam skala lebih besar sudah dimulai sehingga kapasitas total pembangkitan listrik berbasis ketiga jenis EBT tersebut mencapai 560 MW," tuturnya.
Dengan demikian, kerjasama ini tidak sekadar berkontribusi positif bagi lingkungan dengan membangun pembangkit listrik yang bebas emisi, tetapi juga menjadikan posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam pengembangan EBT di kawasan ASEAN.
"Untuk konstruksi proyek-proyek EBT ini, kami juga akan optimalkan pemanfaatan konten lokal," tandasnya.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani dan CEO Akuo Energy Eric Scotto. Kerja sama akan difokuskan pada pengembangan energi angin (Wind), Solar PV, dan Ocean Thermal Energy Convertion (OTEC).
Yenni mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik telah memicu pertumbuhan permintaan listrik rata-rata sekitar 8,5% per tahun sejak 2011.
"Pertamina dan Akuo Energy melalui kerja sama ini ingin mendukung pemerintah dalam hal penyediaan energi listrik berbasis energi baru dan terbarukan. Kami akan melakukan identifikasi lokasi-lokasi sesuai dengan ketiga jenis EBT yang akan dikerjasamakan," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Seperti diketahui, pemerintah memiliki perhatian lebih terhadap daerah-daerah terpencil yang listriknya masih bergantung pada diesel. Pada tahap ini kami akan fokus ke wilayah-wilayah tersebut.
"Pada tahap awal, Pertamina dan Akuo Energy akan menetapkan tiga pulau untuk lokasi pembangkit listrik dengan mempertimbangkan luasan pulau, populasi penduduk, dan kebutuhan listriknya. Konstruksi pembangkit listrik pertama diharapkan berupa Solar PV dengan kapasitas 5 MW pada 2016," jelasnya.
Pada tahun berikutnya, Pertamina dan Akuo Energy akan mulai membangun tambahan pembangkit listrik berbasis Solar PV berkapasitas 5MW dan juga pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 60 MW.
Dia juga mengungkapkan pada 2018 kedua perusahaan menargetkan untuk dapat mulai membangun pembangkit listrik berbasis EBT dengan skala lebih besar, sehingga kombinasi pembangkitan listrik berbasis Wind, Solar PV, dan OTEC nantinya memiliki kapasitas total sebesar 560 MW.
"Pada 2018, kami harapkan pengembangan Wind, Solar PV, dan OTEC dalam skala lebih besar sudah dimulai sehingga kapasitas total pembangkitan listrik berbasis ketiga jenis EBT tersebut mencapai 560 MW," tuturnya.
Dengan demikian, kerjasama ini tidak sekadar berkontribusi positif bagi lingkungan dengan membangun pembangkit listrik yang bebas emisi, tetapi juga menjadikan posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam pengembangan EBT di kawasan ASEAN.
"Untuk konstruksi proyek-proyek EBT ini, kami juga akan optimalkan pemanfaatan konten lokal," tandasnya.
(izz)