Pagar Pembatas Pulau Jalan Kapten Muslim Dirusak
A
A
A
MEDAN - Pagar pembatas trotoar di Jalan Kapten Muslim tepatnya di dekat Pasar Sei Kambing, rusak. Tidak diketahui siapa pelaku perusakan pagar tersebut. Beberapa batang besi terlihat terpotong sehingga menjadi celah bagi warga untuk menerobos melintas jalan.
“Sebelumnya pagar itu utuh dan menjadi penghalang bagi warga untuk tidak menyeberang jalan. Jika bisa menerobos seperti selama ini, PKL akan ramai berjualan di kawasan ini, yang akhirnya membuat macet,” kata Haryono, 34, warga Medan Helvetia, Rabu (11/2).
Ironisnya pembangunan pagar tersebut luput dari pantauan pihak terkait, sehingga ada oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya mematahkan besi-besi pagar tersebut. Menurutnya, pembuatan pagar pembatas tersebut memberi dampak positif dan negatif.
Apabila dipagar, warga yang ingin melintas terpaksa memutar arah. Sedangkan jika dibebaskan, jalan ini akan semrawut dengan kehadiran PKL. Secara pribadi dia menilai keberadaan pagar pembatas tersebut sangat bagus untuk mengurangi kemacetan. Dia menyesalkan kurangnya pengawasan dinas terkait.
Dia menduga pengambilan besi pagar tersebut bukan hanya untuk memudahkan warga menerobos jalan, tetapi bisa saja diperjualbelikan kembali karena saat ini banyak pembeli yang menampung besi. “Lihat saja banyak besi yang terpotong, bisa saja itu ulah pencuri,” katanya.
Hal yang sama disampaikan Helena, 43, warga jalan Gatot Subroto yang hendak berbelanja ke Pasar Sei Kambing. Dia memanfaatkan betul pagar pembatas yang bolong. Dengan begitu dia tidak perlu menempuh jalan memutar. Dia mengakui jika menerobos pagar pembatas yang bolong itu salah, tetapi karena banyaknya warga yang menggunakan, dia pun ikut-ikutan.
“Namanya pagar berarti tanda tidak boleh dilewati, tapi untuk apa kita memutar lagi. Lebih baik lewat sini lebih cepat. Kalau tidak ramai dan tidak macet tidak apa-apa kan,” katanya.
Irwan siregar
“Sebelumnya pagar itu utuh dan menjadi penghalang bagi warga untuk tidak menyeberang jalan. Jika bisa menerobos seperti selama ini, PKL akan ramai berjualan di kawasan ini, yang akhirnya membuat macet,” kata Haryono, 34, warga Medan Helvetia, Rabu (11/2).
Ironisnya pembangunan pagar tersebut luput dari pantauan pihak terkait, sehingga ada oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya mematahkan besi-besi pagar tersebut. Menurutnya, pembuatan pagar pembatas tersebut memberi dampak positif dan negatif.
Apabila dipagar, warga yang ingin melintas terpaksa memutar arah. Sedangkan jika dibebaskan, jalan ini akan semrawut dengan kehadiran PKL. Secara pribadi dia menilai keberadaan pagar pembatas tersebut sangat bagus untuk mengurangi kemacetan. Dia menyesalkan kurangnya pengawasan dinas terkait.
Dia menduga pengambilan besi pagar tersebut bukan hanya untuk memudahkan warga menerobos jalan, tetapi bisa saja diperjualbelikan kembali karena saat ini banyak pembeli yang menampung besi. “Lihat saja banyak besi yang terpotong, bisa saja itu ulah pencuri,” katanya.
Hal yang sama disampaikan Helena, 43, warga jalan Gatot Subroto yang hendak berbelanja ke Pasar Sei Kambing. Dia memanfaatkan betul pagar pembatas yang bolong. Dengan begitu dia tidak perlu menempuh jalan memutar. Dia mengakui jika menerobos pagar pembatas yang bolong itu salah, tetapi karena banyaknya warga yang menggunakan, dia pun ikut-ikutan.
“Namanya pagar berarti tanda tidak boleh dilewati, tapi untuk apa kita memutar lagi. Lebih baik lewat sini lebih cepat. Kalau tidak ramai dan tidak macet tidak apa-apa kan,” katanya.
Irwan siregar
(bhr)