Personal Branding Ala Milenial

Minggu, 15 Februari 2015 - 09:27 WIB
Personal Branding Ala Milenial
Personal Branding Ala Milenial
A A A
Untuk ke sekian kali saya diundang ”Indonesia Morning Show” NET TV, Jumat (13/2) kemarin.

Seperti biasa, saya diminta mengomentari sosok creativepreneur yang menggunakan media sosial untuk membangun pengaruh di ranah online. Bintang tamunya kali ini adalah Edho Zell Pratama seorang entertainer, MC, dan presenter TV. Bagi saya, Edho adalah kasus personal branding gaya baru yang menarik, yaitu personal branding dengan berolah media sosial.

Edho adalah tipikal generasi milenial (sering juga disebut Gen-Y) yang konfiden abis , superkreatif, achiever - kompetitif alias suka bersaing, hyper - connected dengan teman dan komunitasnya, lumayan narsis, dan social media freak. Tak mengherankan jika personal branding yang dikembangkannya sangat khas generasi milenial. Ia secara masif memanfaatkan media sosial untuk building brand , membangun reputasi sebagai entertainer, mengelola komunitas audiensnya baik secara offline maupun online , dan so pasti untuk jualan, jualan, dan jualan.

Jualannya tentu saja bukan jualan hardsell , tapi jualan softsell khas media sosial. Saya adalah orang yang belajar dari siapa saja tak peduli siapa pun dia. Saya bisa belajar dari teorinya pakar kelas dunia, streetsmart entrepreneur yang dibesarkan di lapangan, atau bahkan tukang becak yang piawai memasarkan jasanya dengan menggunakan Facebook. Dan kali ini saya belajar banyak mengenai personal branding dari Edho, seorang yang mungkin umurnya separuh umur saya... great !!! Berikut ini pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapat.

Multi-Platform

Untuk membangun personal brand - nya, Edho menggunakan banyak platform sosial media untuk menjangkau para audiensnya. Ia menggunakan laman: www.edhozell .com yang berfungsi sebagai ”etalase” komunikasi ke target audiens. Saya sebut etalase, karena di situlah ia menampilkan informasi mengenai siapa dia, prestasi-prestasinya, beberapa creative projects yang sedang ia kerjakan, atau jasa yang bisa ia tawarkan ke target pasarnya (misalnya MC).

Laman ini dirancang serius dan apik, melalui laman inilah ia ”menjual” ekspertisnya di jagat bisnis entertainment . Di samping itu, Edho menggunakan platform video dengan memanfaatkan kanal YouTube (www.youtube/ edhozell) berisi video-video parodi ngocol yang rutin di-upload tiap minggu. Klip parodi ”Sakitnya Tuh Di Sini” yang di-upload 4 bulan lalu misalnya, kini sudah ditonton 2 juta lebih pemirsa.

Sampai akhir tahun lalu, video-videonya di YouTube sudah ditonton lebih dari 14 juta pemirsa. Di samping itu ia juga menggunakan platform gambar dengan Instagram (www.instagram/edhozell) yang berisi mini klip mengenai guyonan atau tips-tips yang tak kalah ngocol dan kreatif. Di samping itu Edho juga memanfaatkan Twitter (@edhozell) walaupun tak seaktif YouTube dan Instagram.

Seperti diakuinya, Edho lebih fokus untuk menggunakan platform visual karena dampak engagement -nya yang lebih impactful . ”Ya, karena You- Tube dan Instagram lebih mudah diperbincangkan oleh netizen ,” ujarnya. Memang, generasi milenial lebih menyukai bahasa gambar yang lebih instan, spontan, dan ekspresif dibanding tulisan. Seluruh kanal media sosial ini menghasilkan percakapan dan viral yang luar biasa baginya karena konten- konten yang ngaco, ngocol, dan superkreatif.

Owned + Earned

Edho juga piawai mengombinasikan owned dan earned media untuk menghasilkan dampak personal branding yang powerful. Owned media adalah media yang kita punyai seperti website, microsite, atau kanal media sosial yang bisa kontrol kontennya.

Sementara earned media adalah interaksi atau percakapan konsumen mengenai brand kita baik offline atau online. Ingat, konsumen kini bisa mem-forward atau meng-RT pesan, sehingga mereka kini juga bisa menjadi media yang potensial untuk membangun personal brand . Nah, rahasia sukses personal branding Edho sesungguhnya terletak pada kejeliannya mengolah konten di owned media yang dia kelola (website, YouTube, Instagram, Twitter) untuk menciptakan interaksi dan viral percakapan (earned media ) di kalangan target audiensnya.

Bagaimana caranya? Caranya adalah menciptakan konten-konten bermuatan humor nan ngocol yang menjadikan netizen rela mem-forward dan menyebarkannya ke netizen lain. Jika interaksi dan percakapan itu berlangsung terus-menerus dan konsisten, pada gilirannya ia akan membangun awareness, image, dan reputation Edho sebagai entertainer. Perlu diingat, awareness, image, dan reputation merupakan aset berharga yang menjadikan proses jualan menjadi begitu mudah.

Jualan bukan dengan cara hardsell, tapi jualan softsell. Inilah yang disebut inbound selling , di mana bukan Anda yang datang ke konsumen memaksa beli produk atau layanan Anda, tapi konsumenlah yang datang ke Anda. Seperti halnya saya, Anda pun harus belajar dari Edho.

Dan kalau Anda adalah musisi, pelawak, pesulap, politisi, dokter, pembicara publik, trainer, konsultan, pengacara, psikolog, aktivis LSM, atau wirausahawan UKM, bahkan saya berani mengatakan ”wajib” hukumnya Anda melakukan apa-apa yang sudah dilakukan Edho. Tentu saja konten dan medianya harus Anda pilih sesuai dengan jasa yang Anda tawarkan. Selamat mencoba!!!

Yuswohady
Managing Partner Inventure , Blog: www.yuswohady.com @yuswohady
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7733 seconds (0.1#10.140)