Penyebab Merger Bank BUMN Sulit Tercapai
A
A
A
JAKARTA - Wacana yang mendorong adanya merger antara dua bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) diperkirakan sulit tercapai.
Menurut Direktur Utama BNI Gatot Suwondo, kebijakan pemerintah untuk menyatukan kedua bank akan sulit tercapai lantaran masalah timing. Menurutnya, saat ini waktunya belum tepat.
"Mengapa merger bisa gagal, pertama timing. Kedua pemilihan partner, kalau tidak bisa pas juga gagal, ketiga gagal dalam melakukan persiapan, pendekatan dan konsolidasi internal. Sehingga menghindari perubahan gejolak di karyawan, sampai mereka feel confident (percaya merger ini menguntungkan)," ujarnya di Plaza Central, Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Gatot juga mempertanyakan pemerintah terkait kesiapan kedua bank pelat merah. Jangan sampai data penting perusahaan justru hilang karena karyawan yang belum terkonsolidasi dengan baik.
"Saya pernah alami waktu di Danamon, ingin merger, belum terkonsolidasi. Ada data yang hilang, data visa kredit nasabah hilang semua. Bagi nasabah ini Alhamdulillah, bagi kita astaghfirullah," kata dia.
Selain itu, jika kebijakan yang diterapkan tidak tepat akan mewujudkan perkiraan terkena dampak middle income trap pada 2030. "Kalau hal itu terjadi angka risiko kredit bermasalah diperkirakan akan meningkat. Tingkat konsumsi tinggi belum disertai pendapatan yang memadai," pungkas Gatot.
(Baca: Dirut BNI: Merger BNI-Mandiri Kemungkinan Sangat Sulit)
Menurut Direktur Utama BNI Gatot Suwondo, kebijakan pemerintah untuk menyatukan kedua bank akan sulit tercapai lantaran masalah timing. Menurutnya, saat ini waktunya belum tepat.
"Mengapa merger bisa gagal, pertama timing. Kedua pemilihan partner, kalau tidak bisa pas juga gagal, ketiga gagal dalam melakukan persiapan, pendekatan dan konsolidasi internal. Sehingga menghindari perubahan gejolak di karyawan, sampai mereka feel confident (percaya merger ini menguntungkan)," ujarnya di Plaza Central, Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Gatot juga mempertanyakan pemerintah terkait kesiapan kedua bank pelat merah. Jangan sampai data penting perusahaan justru hilang karena karyawan yang belum terkonsolidasi dengan baik.
"Saya pernah alami waktu di Danamon, ingin merger, belum terkonsolidasi. Ada data yang hilang, data visa kredit nasabah hilang semua. Bagi nasabah ini Alhamdulillah, bagi kita astaghfirullah," kata dia.
Selain itu, jika kebijakan yang diterapkan tidak tepat akan mewujudkan perkiraan terkena dampak middle income trap pada 2030. "Kalau hal itu terjadi angka risiko kredit bermasalah diperkirakan akan meningkat. Tingkat konsumsi tinggi belum disertai pendapatan yang memadai," pungkas Gatot.
(Baca: Dirut BNI: Merger BNI-Mandiri Kemungkinan Sangat Sulit)
(izz)