AAEI: Merger Bank Butuh Persiapan Matang
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menilai, merger antara Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Mandiri yang digulirkan oleh Menteri Keuangan beberapa waktu lalu tidak mudah untuk dilakukan. Pasalnya, banyak pertimbangan yang harus dipersiapkan.
"Konsolidasi itu perlu persiapan yang matang dan memang sebetulnya tidak mudah untuk konsolidasi. Merger juga perlu memikirkan nama baru setelah itu," kata Haryajid.
Jika antara Bank BNI dan Bank Mandiri dipaksakan merger, menurut dia, tidak bagus karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan social cost yang besar. Dia berpendapat, BNI bisa jalan sendiri tanpa perlu dimerger.
"Tanpa kapitalisasi ini dibuat, BNI sebetulnya sudah bisa jalan sendiri. Lagipula BNI dan Mandiri beda mainannya, yang satu di mikro yang lain di institusi," sambung Haryajid.
Pada intinya, dia menegaskan, proses merger itu harus matang dikemukakan kepada publik. Bahkan, harus dijelaskan apakah bermanfaat bagi semua orang atau tidak, selain bagi pemerintah.
"Harus dijelaskan, benefit ini bagi BNI atau Mandiri? Bagi saya, benefit ya harus semuanya. Bukan hanya BNI atau Mandiri saja, tapi bagi pemerintah juga," terangnya.
Menurut dia, merger kedua bank besar bisa menghasilkan potensi benefit yang sangat kecil karena semakin terkomplek perusahaan perbankan dan semakin menjadi sedikit perbankan di Indonesia, maka Indonesia akan semakin terpojok oleh bank asing yang masuk.
"Nah perbankan asing kan makin banyak masuknya. Tapi kalau bank di Indonesia banyak, ini kan kita bisa serang. Sekarang kita semakin dipojokan oleh bank asing, namun kalau kita disatukan nanti kita bisa fokus atau tidak?," tukasnya.
"Konsolidasi itu perlu persiapan yang matang dan memang sebetulnya tidak mudah untuk konsolidasi. Merger juga perlu memikirkan nama baru setelah itu," kata Haryajid.
Jika antara Bank BNI dan Bank Mandiri dipaksakan merger, menurut dia, tidak bagus karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan social cost yang besar. Dia berpendapat, BNI bisa jalan sendiri tanpa perlu dimerger.
"Tanpa kapitalisasi ini dibuat, BNI sebetulnya sudah bisa jalan sendiri. Lagipula BNI dan Mandiri beda mainannya, yang satu di mikro yang lain di institusi," sambung Haryajid.
Pada intinya, dia menegaskan, proses merger itu harus matang dikemukakan kepada publik. Bahkan, harus dijelaskan apakah bermanfaat bagi semua orang atau tidak, selain bagi pemerintah.
"Harus dijelaskan, benefit ini bagi BNI atau Mandiri? Bagi saya, benefit ya harus semuanya. Bukan hanya BNI atau Mandiri saja, tapi bagi pemerintah juga," terangnya.
Menurut dia, merger kedua bank besar bisa menghasilkan potensi benefit yang sangat kecil karena semakin terkomplek perusahaan perbankan dan semakin menjadi sedikit perbankan di Indonesia, maka Indonesia akan semakin terpojok oleh bank asing yang masuk.
"Nah perbankan asing kan makin banyak masuknya. Tapi kalau bank di Indonesia banyak, ini kan kita bisa serang. Sekarang kita semakin dipojokan oleh bank asing, namun kalau kita disatukan nanti kita bisa fokus atau tidak?," tukasnya.
(rna)