AirAsia X Tunda Pesanan Pesawat
A
A
A
KUALA LUMPUR - AirAsia X Bhd akan mengurangi penerbangan pada rute-rute yang tidak menguntungkan, menata ulang pegawai, dan menunda pengiriman beberapa pesawat untuk mengatasi kerugian.
Chief Executive Officer (CEO) AirAsia X Benyamin Ismail mengungkapkan sejumlah langkah itu kemarin. ”Pengurangan kapasitas dan pemangkasan biaya dalam organisasi akan menjadi dua strategi tahun ini,” tuturnya, dikutip kantor berita AFP . Seiring ketatnya persaingan di bisnis penerbangan Asia Tenggara, maskapai asal Malaysia itu merugi dalam lima kuartal terakhir.
Ismail berbicara setelah maskapai murah terbesar di Asia, AirAsia, melaporkan kerugian bersih pada kuartal keempat, akibat melemahnya ringgit dan tagihan dari sejumlah kontrak bahan bakar yang mengakibatkan sahamnya turun. Benyamin ditunjuk sebagai pelaksana CEO untuk periode yang tidak dibatasi setelah mantan CEO Azran Osman Rani yang mundur setelah pergantian manajemen bulan lalu.
Ismail menjelaskan, perusahaan itu fokus mengembalikan keuntungan bersih pada 2015. Meski demikian, Ismail tidak menyebutkan target pasti. Meski mengalami penurunan jumlah penumpang setelah kecelakaan pesawat yang dioperasikan perusahaan afiliasi Indonesia pada akhir Desember, Air- Asia X memperkirakan mencetak laba operasional pada kuartal I/2015.
CEO AirAsia X Group Kamarudin Meranun menegaskan, tidak ada rencana untuk melakukan pengumpulan dana tambahan setelah menerbitkan saham senilai USD109 juta yang diumumkan pada Januari, sebagai langkah memperkuat neraca keuangan AirAsia X. Air- Asia X Group mengelola sejumlah maskapai lainnya. Ismail menjelaskan, maskapai itu mungkin menunda beberapa pesanan pesawat dan menjual slot pengiriman pesawat.
”Jika ada alasan yang masuk akal dan ada pembeli untuk pesawat tersebut, kami mungkin menjual slot itu,” ujarnya. AirAsia X juga akan melakukan penilaian kapasitas yang diperlukan berdasarkan pesanan dan pengiriman pesawat dalam beberapa tahun mendatang. Ini termasuk meninjau lagi pesanan untuk pesawat Airbus A350 dan A330- neo. Maskapai itu memiliki pesanan 10 pesawat A350 dan memesan 50 pesawat A330neo pada tahun lalu.
Sementara, bulan lalu Qantas Airways Ltd berencana menaikkan tarif dasar tiket untuk menutupi penghapusan biaya tambahan bahan bakar. Langkah ini menepis seruan agar industri penerbangan menurunkan tarif tiket karena penurunan harga minyak mentah dunia. Maskapai Australia itu menyatakan, lebih dari setengah harga minyak selama enam bulan terakhir tidak cukupuntukmenutupi kuatn y a kompetisi tarif internasional.
Maskapai besar lainnya juga beralasan, tarif dasar tiket adalah fungsi permintaan, bukan biaya. Meski demikian, Qantas tampaknya menjadi yang pertama menggunakan alasan untuk mengimbangi biaya tambahan bahan bakar. ”Jika Anda lihat pada tren penerbangan global selama dekade lalu, biaya dan kompetisi telah meningkat sementara tarif dan keuntungan maskapai turun,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) Alan Joyce, dikutip kantor berita Reuters.
Syarifudin
Chief Executive Officer (CEO) AirAsia X Benyamin Ismail mengungkapkan sejumlah langkah itu kemarin. ”Pengurangan kapasitas dan pemangkasan biaya dalam organisasi akan menjadi dua strategi tahun ini,” tuturnya, dikutip kantor berita AFP . Seiring ketatnya persaingan di bisnis penerbangan Asia Tenggara, maskapai asal Malaysia itu merugi dalam lima kuartal terakhir.
Ismail berbicara setelah maskapai murah terbesar di Asia, AirAsia, melaporkan kerugian bersih pada kuartal keempat, akibat melemahnya ringgit dan tagihan dari sejumlah kontrak bahan bakar yang mengakibatkan sahamnya turun. Benyamin ditunjuk sebagai pelaksana CEO untuk periode yang tidak dibatasi setelah mantan CEO Azran Osman Rani yang mundur setelah pergantian manajemen bulan lalu.
Ismail menjelaskan, perusahaan itu fokus mengembalikan keuntungan bersih pada 2015. Meski demikian, Ismail tidak menyebutkan target pasti. Meski mengalami penurunan jumlah penumpang setelah kecelakaan pesawat yang dioperasikan perusahaan afiliasi Indonesia pada akhir Desember, Air- Asia X memperkirakan mencetak laba operasional pada kuartal I/2015.
CEO AirAsia X Group Kamarudin Meranun menegaskan, tidak ada rencana untuk melakukan pengumpulan dana tambahan setelah menerbitkan saham senilai USD109 juta yang diumumkan pada Januari, sebagai langkah memperkuat neraca keuangan AirAsia X. Air- Asia X Group mengelola sejumlah maskapai lainnya. Ismail menjelaskan, maskapai itu mungkin menunda beberapa pesanan pesawat dan menjual slot pengiriman pesawat.
”Jika ada alasan yang masuk akal dan ada pembeli untuk pesawat tersebut, kami mungkin menjual slot itu,” ujarnya. AirAsia X juga akan melakukan penilaian kapasitas yang diperlukan berdasarkan pesanan dan pengiriman pesawat dalam beberapa tahun mendatang. Ini termasuk meninjau lagi pesanan untuk pesawat Airbus A350 dan A330- neo. Maskapai itu memiliki pesanan 10 pesawat A350 dan memesan 50 pesawat A330neo pada tahun lalu.
Sementara, bulan lalu Qantas Airways Ltd berencana menaikkan tarif dasar tiket untuk menutupi penghapusan biaya tambahan bahan bakar. Langkah ini menepis seruan agar industri penerbangan menurunkan tarif tiket karena penurunan harga minyak mentah dunia. Maskapai Australia itu menyatakan, lebih dari setengah harga minyak selama enam bulan terakhir tidak cukupuntukmenutupi kuatn y a kompetisi tarif internasional.
Maskapai besar lainnya juga beralasan, tarif dasar tiket adalah fungsi permintaan, bukan biaya. Meski demikian, Qantas tampaknya menjadi yang pertama menggunakan alasan untuk mengimbangi biaya tambahan bahan bakar. ”Jika Anda lihat pada tren penerbangan global selama dekade lalu, biaya dan kompetisi telah meningkat sementara tarif dan keuntungan maskapai turun,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) Alan Joyce, dikutip kantor berita Reuters.
Syarifudin
(bbg)