BBM Naik, Pemerintah Ramal Maret Inflasi
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan Maret akan terjadi inflasi, lantaran pemerintah telah menaikkan harga BBM pada awal Maret 2015 sebesar Rp200 per liter untuk premium menjadi Rp6.800 per liter.
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo mengatakan, harga gabah yang saat ini rendah juga menjadi penyokong.
"Ini kan kita baru mulai Maret. Biasanya Maret rendah. Karena tadi sudah diindikasikan oleh harga gabah yang rendah. Harga gabah kan menjadi lokomotif di sini. Kemudian harga BBM naik sedikit. Mungkin nanti saya rasa balance lah," ujar Sasmito di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Sasmito mengatakan, biasanya, deflasi terjadi di Maret dan April. Namun sekarang terjadi di Januari dan Februari. Namun, Sasmito tetap optimis pada Maret disebut berpeluang terkena inflasi. Hal ini dikarenakan kenaikan harga elpiji, beras dan sudah terjadinya deflasi dalam dua bulan berturut-turut.
"Dari kenaikan tersebut kemungkinan ada andil 0,04% dari harga elpiji jadi Rp130.000. Apalagi deflasi sudah kesedot di Januari dan Februari," kata dia.
Selain itu, Sasmito mengatakan, penyebab terbesar inflasi di Indonesia berasal dari beras dan BBM. Beras sendiri membunyai bobot 3,9% dalam menyumbang inflasi dari 200 komoditas yang diukur.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Februari 2015 Indonesia alami deflasi 0,36%. Ini deflasi kedua tertinggi selama 50 tahun terakhir. Tertinggi ada di 1985 sebesar 0,5%.
"Deflasinya tinggi kedua. Selama 50 tahun dari tahun 1966, itu ada 4-5 kali deflasi seingat saya sejak tahun itu sampai sekarang," pungkasnya.
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo mengatakan, harga gabah yang saat ini rendah juga menjadi penyokong.
"Ini kan kita baru mulai Maret. Biasanya Maret rendah. Karena tadi sudah diindikasikan oleh harga gabah yang rendah. Harga gabah kan menjadi lokomotif di sini. Kemudian harga BBM naik sedikit. Mungkin nanti saya rasa balance lah," ujar Sasmito di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Sasmito mengatakan, biasanya, deflasi terjadi di Maret dan April. Namun sekarang terjadi di Januari dan Februari. Namun, Sasmito tetap optimis pada Maret disebut berpeluang terkena inflasi. Hal ini dikarenakan kenaikan harga elpiji, beras dan sudah terjadinya deflasi dalam dua bulan berturut-turut.
"Dari kenaikan tersebut kemungkinan ada andil 0,04% dari harga elpiji jadi Rp130.000. Apalagi deflasi sudah kesedot di Januari dan Februari," kata dia.
Selain itu, Sasmito mengatakan, penyebab terbesar inflasi di Indonesia berasal dari beras dan BBM. Beras sendiri membunyai bobot 3,9% dalam menyumbang inflasi dari 200 komoditas yang diukur.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Februari 2015 Indonesia alami deflasi 0,36%. Ini deflasi kedua tertinggi selama 50 tahun terakhir. Tertinggi ada di 1985 sebesar 0,5%.
"Deflasinya tinggi kedua. Selama 50 tahun dari tahun 1966, itu ada 4-5 kali deflasi seingat saya sejak tahun itu sampai sekarang," pungkasnya.
(izz)