Output Industri Korsel Turun
A
A
A
SEOUL - Output industri Korea Selatan (Korsel) turun 3,7% pada Januari, penurunan bulanan terbesar dalam enam tahun. Penurunan terjadi akibat melemahnya produksi mesin dan automotif.
”Penurunan output industri terjadi dalam produksi pertambangan, manufaktur, gas, dan listrik, setelah peningkatan 3% pada Desember,” ungkap data Pemerintah Korsel, dikutip kantor berita AFP . Adapun, tingkat pertumbuhan bulanan pada Desember merupakan yang tertinggi dalam lima tahun.
Penurunan pada Januari merupakan yang paling tajam sejak Desember 2008, saat output turun 10,5%. Produksi mobil turun 7,7% dari bulan sebelumnya dan produksi mesin turun 6,8%. Penjualan ritel pun turun 3,1% pada bulan tersebut. ”Kenaikan harga rokok hingga 80% yang berlaku sejak Januari turut memberikan dampak penurunan konsumsi rokok,” ungkap pejabat Kementerian Keuangan Korsel, dikutip kantor berita Yonhap.
Investasi juga merosot 7,1% karena penurunan belanja oleh para produsen mobil dan mesin. Disisilain, Korselbukukanrekor surplus neraca berjalan selama dua tahun berturut-turut seiring kuatnya ekspor produk teknologi. Surplus USD89,4 miliar pada 2014 mengalahkan rekor sebelumnya USD81,1 miliar pada 2013, menurut data awal BankSentralKorea.
Pada Desember saja surplus neraca berjalan mencapai USD7,2 miliar. Neraca berjalan yang mengukur perdagangan asing untuk barang dan jasa kembali positif selama dua tahun 10 bulan, periode surplus terlama sejak 1989. Eksporyangmencakuplebihdari setengah ekonomi Korsel, sebesar USD621,5 miliar pada 2014, naik 0,5% dari tahun sebelumnya.
Impor turun 1,3% menjadi USD528,7 miliar, membukukan surplus tahunan USD92,9 miliar pada neraca barang. Ekspor semikonduktor naik 9,2%, adapun pengiriman perangkat teknologi termasuk smartphone dan tablet naik 6,3%. Pengiriman ke luar negeri untuk produk baja dan kapal yang menjadieksporutamaKorseljuganaik 8,9% dan 7% secara berurutan.
Neraca jasa, termasuk belanja perjalanan luar negeri dan pembayaran royalti, mengalami pertumbuhan menjadi USD8,2 miliar pada 2014 dibandingkan USD6,5 miliar pada 2013. Neraca pendapatan yang melacak gaji serta pendapatan investasi keuangan membukukan surplus USD10,2 miliar karena peningkatan dividen dan pendapatan bunga.
Sebelumnya dilaporkan, Korsel membukukan rekor ekspor terbesar pada tahun lalu meski pertumbuhan ekonomi di China melemah dan pemulihan yang lamban di Eropa. Selama 2014 pengiriman ke luar negeri tumbuh 2,4% mencapai USD573,1 miliar dan impor naik 2,0% menjadi USD525,70 miliar.
”Sebagai hasilnya, surplus perdagangan Korsel meningkat, mencapai rekor tertinggi sebesar USD47,41 miliar,” ungkap laporan Kementerian Perdagangan Korsel, dikutip kantor berita AFP. Neraca perdagangan kembali positif sejak Februari 2012. Pada Desember ekspor tumbuh 3,7% year on year (yoy) menjadi USD49,74 miliar, adapun impor turun 0,9% menjadi USD43,96 miliar. Surplus perdagangan bertambah menjadi USD5,78 miliar pada Desember dari bulan sebelumnya yang sebesar USD5,51 miliar.
Syarifudin
”Penurunan output industri terjadi dalam produksi pertambangan, manufaktur, gas, dan listrik, setelah peningkatan 3% pada Desember,” ungkap data Pemerintah Korsel, dikutip kantor berita AFP . Adapun, tingkat pertumbuhan bulanan pada Desember merupakan yang tertinggi dalam lima tahun.
Penurunan pada Januari merupakan yang paling tajam sejak Desember 2008, saat output turun 10,5%. Produksi mobil turun 7,7% dari bulan sebelumnya dan produksi mesin turun 6,8%. Penjualan ritel pun turun 3,1% pada bulan tersebut. ”Kenaikan harga rokok hingga 80% yang berlaku sejak Januari turut memberikan dampak penurunan konsumsi rokok,” ungkap pejabat Kementerian Keuangan Korsel, dikutip kantor berita Yonhap.
Investasi juga merosot 7,1% karena penurunan belanja oleh para produsen mobil dan mesin. Disisilain, Korselbukukanrekor surplus neraca berjalan selama dua tahun berturut-turut seiring kuatnya ekspor produk teknologi. Surplus USD89,4 miliar pada 2014 mengalahkan rekor sebelumnya USD81,1 miliar pada 2013, menurut data awal BankSentralKorea.
Pada Desember saja surplus neraca berjalan mencapai USD7,2 miliar. Neraca berjalan yang mengukur perdagangan asing untuk barang dan jasa kembali positif selama dua tahun 10 bulan, periode surplus terlama sejak 1989. Eksporyangmencakuplebihdari setengah ekonomi Korsel, sebesar USD621,5 miliar pada 2014, naik 0,5% dari tahun sebelumnya.
Impor turun 1,3% menjadi USD528,7 miliar, membukukan surplus tahunan USD92,9 miliar pada neraca barang. Ekspor semikonduktor naik 9,2%, adapun pengiriman perangkat teknologi termasuk smartphone dan tablet naik 6,3%. Pengiriman ke luar negeri untuk produk baja dan kapal yang menjadieksporutamaKorseljuganaik 8,9% dan 7% secara berurutan.
Neraca jasa, termasuk belanja perjalanan luar negeri dan pembayaran royalti, mengalami pertumbuhan menjadi USD8,2 miliar pada 2014 dibandingkan USD6,5 miliar pada 2013. Neraca pendapatan yang melacak gaji serta pendapatan investasi keuangan membukukan surplus USD10,2 miliar karena peningkatan dividen dan pendapatan bunga.
Sebelumnya dilaporkan, Korsel membukukan rekor ekspor terbesar pada tahun lalu meski pertumbuhan ekonomi di China melemah dan pemulihan yang lamban di Eropa. Selama 2014 pengiriman ke luar negeri tumbuh 2,4% mencapai USD573,1 miliar dan impor naik 2,0% menjadi USD525,70 miliar.
”Sebagai hasilnya, surplus perdagangan Korsel meningkat, mencapai rekor tertinggi sebesar USD47,41 miliar,” ungkap laporan Kementerian Perdagangan Korsel, dikutip kantor berita AFP. Neraca perdagangan kembali positif sejak Februari 2012. Pada Desember ekspor tumbuh 3,7% year on year (yoy) menjadi USD49,74 miliar, adapun impor turun 0,9% menjadi USD43,96 miliar. Surplus perdagangan bertambah menjadi USD5,78 miliar pada Desember dari bulan sebelumnya yang sebesar USD5,51 miliar.
Syarifudin
(bbg)