BKPM Dorong Realisasi Investasi Asing
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, komitmen penanaman modal asing (PMA) yang dinilai serius dalam rentang waktu Januari-Februari 2015 baru USD2,7 miliar, dari total minat sebesar USD43 miliar.
”Kami mencatat, sampai Februari 2015 terdapat minat investasi asing sebesar USD43 miliar, tapi dari jumlah tersebut yang sudah serius baru sekitar USD2,7 miliar,” ujar Kepala Marketing Officer BKPM Ikmal Lukman di Jakarta kemarin. Komitmen investasi senilai USD2,7 miliar tersebut menurutnya terdiri atas investasi di bidang industri padat karya sebesar USD1,26 miliar, substitusi impor USD1,16 miliar, hilirisasi pertanian (kakao, karet, minyak sawit mentah/CPO) USD216 juta, dan kelistrikan USD10 juta.
Selanjutnya, BKPM memberi waktu enam bulan bagi para investor asing yang dinilai serius ini untuk mengajukan izin prinsip. Jika investor yang bersangkutan tidak mengajukan izin prinsip dalam jangka waktu tersebut, maka BKPM akan menurunkan kriteria mereka ke level minat. Ikmal menjelaskan, BKPM menerapkan kriteria level investor asing berdasarkan tingkat keseriusannya.
BKPM memiliki tiga level yaitu serius, minat, dan prospektif. ”Kriteria investor yang serius yaitu mereka yang sudah beberapa kali bertemu dengan marketing officer BKPM di Indonesia dan sudah meninjau lokasi yang akan digunakan untuk proyek investasi mereka,” jelasnya. Selain itu, investor asing tersebut harus memiliki mitra lokal sebagai rekan kerja mereka di Indonesia, dan juga rencana bisnis yang jelas.
Minimal, investor tersebut sudah mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk investasinya, mulai dari luas lahan, penyerapan tenaga kerja, kapasitas produksi, impor mesin-mesin, dan persentase ekspor produk. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria minat, jelas Ikmal, adalah investor yang baru sekali bertemu dengan marketing officer BKPM di Jakarta, dan masih mempertimbangkan kendala dalam menjalankan proyeknya.
”Misalnya ada investor yang mau membangun pabrik obat, tapi mereka mendengar ada kesulitan untuk memperoleh izin BPOM, maka kita akan dampingi dan sebisa mungkin kami carikan jalan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada,” terangnya. Adapun, kriteria prospektif adalah investor yang masih dalam tahap penjajakan oleh tim marketing officer BKPM berdasarkan informasi yang didapat dari kantor perwakilan di beberapa negara dan juga kedutaan besar Indonesia di seluruh dunia.
Menurut Ikmal, BKPM menargetkanmampumenerbitkanizin prinsip senilai Rp5.864 triliun untuk penanaman modal asing sepanjang 2015-2019. Sedangkan, target penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang dipatok dalam rentang waktu tersebut adalah Rp2.158 triliun. Pada 2014 BKPM mencatat realisasi investasi mencapai Rp463,1 triliun, melampaui targetyangditetapkansebelumnya yaitu sebesar Rp456,6 triliun.
Tahun ini BKPM menarget investasisebesarRp519,5triliun atau tumbuh sekitar 14% dari pencapaian tahun lalu. Target investasi tersebut terdiri atas PMDN sebesar Rp175,8 triliun danPMARp343,7triliun. BKPM menyatakan akan fokus menarik investasi dari AS, ASEAN, Jepang, China dan Korea Selatan. Hal itu dikaitkan dengan proyeksi ekonomi global bahwa AS dan Asia akan menjadi penggerak ekonomi dunia tahun ini.
Saat ini BKPM telah memiliki kantor perwakilan promosi investasi Indonesia di delapan negara yaitu Amerika Serikat (New York), Inggris (London), Australia (Sidney), Korea (Seoul), Jepang (Tokyo), Taiwan (Taipei), Abu Dhabi, dan Singapura. BKPM kini tengah berencana membuka kantor perwakilan promosi investasi terbaru di China. Ekonom Indef Eko Listianto menilai, secara keseluruhan, pada tahun ini prospek penanaman modal asing dirasa masih moderat.
Tetapi jika BKPM kemudian menargetkan terlalu tinggi, kemungkinan realisasinya tidak jauh dari pencapaian tahun lalu. ”Karena begini, investasi asing itu biasanya melihat dari berbagai macam implementasi, kita sebetulnya ada modal dari yang melakukan penghematan anggaran belanja modal sekitar Rp300 triliun. Tapi, ini tentu saja akan dilihat oleh sisi-sisi lain, artinya apakah uang belanja modal atau ruang fiskal yang meningkat itu bisa diekspos pemerintah atau tidak,” ujar dia kepada KORAN SINDO.
Dia mengatakan, banyaknya program-program infrastruktur yang digarap pemerintah seharusnya dapat mendorong masuknya investasi langsung. ”Cuma saya rasa, dalam beberapa bulan ini investor masih wait and see ,” ujarnya. Eko mengandaikan, jika investasi langsung telah masuk ke Indonesia, tentu saja nilai tukar rupiah tidak kedodoran seperti saat ini karena ada aliran valas yang masuk.
Namun, dengan situasi seperti sekarang, investor masih menunggu apakah program-program unggulan pemerintah bisa dieksekusi atau tidak. Dia menambahkan, target BKPM dalam lima tahun ke depan akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia baik maka target bisa terealisasi, begitu juga sebaliknya. ”BKPM target lima tahun ke depan harus melihat perkembangan ekonomi. Kalau seperti sekarang, ya memang agak berat,” tandasnya.
Kunthi fahmar sandy/Ant
”Kami mencatat, sampai Februari 2015 terdapat minat investasi asing sebesar USD43 miliar, tapi dari jumlah tersebut yang sudah serius baru sekitar USD2,7 miliar,” ujar Kepala Marketing Officer BKPM Ikmal Lukman di Jakarta kemarin. Komitmen investasi senilai USD2,7 miliar tersebut menurutnya terdiri atas investasi di bidang industri padat karya sebesar USD1,26 miliar, substitusi impor USD1,16 miliar, hilirisasi pertanian (kakao, karet, minyak sawit mentah/CPO) USD216 juta, dan kelistrikan USD10 juta.
Selanjutnya, BKPM memberi waktu enam bulan bagi para investor asing yang dinilai serius ini untuk mengajukan izin prinsip. Jika investor yang bersangkutan tidak mengajukan izin prinsip dalam jangka waktu tersebut, maka BKPM akan menurunkan kriteria mereka ke level minat. Ikmal menjelaskan, BKPM menerapkan kriteria level investor asing berdasarkan tingkat keseriusannya.
BKPM memiliki tiga level yaitu serius, minat, dan prospektif. ”Kriteria investor yang serius yaitu mereka yang sudah beberapa kali bertemu dengan marketing officer BKPM di Indonesia dan sudah meninjau lokasi yang akan digunakan untuk proyek investasi mereka,” jelasnya. Selain itu, investor asing tersebut harus memiliki mitra lokal sebagai rekan kerja mereka di Indonesia, dan juga rencana bisnis yang jelas.
Minimal, investor tersebut sudah mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk investasinya, mulai dari luas lahan, penyerapan tenaga kerja, kapasitas produksi, impor mesin-mesin, dan persentase ekspor produk. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria minat, jelas Ikmal, adalah investor yang baru sekali bertemu dengan marketing officer BKPM di Jakarta, dan masih mempertimbangkan kendala dalam menjalankan proyeknya.
”Misalnya ada investor yang mau membangun pabrik obat, tapi mereka mendengar ada kesulitan untuk memperoleh izin BPOM, maka kita akan dampingi dan sebisa mungkin kami carikan jalan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada,” terangnya. Adapun, kriteria prospektif adalah investor yang masih dalam tahap penjajakan oleh tim marketing officer BKPM berdasarkan informasi yang didapat dari kantor perwakilan di beberapa negara dan juga kedutaan besar Indonesia di seluruh dunia.
Menurut Ikmal, BKPM menargetkanmampumenerbitkanizin prinsip senilai Rp5.864 triliun untuk penanaman modal asing sepanjang 2015-2019. Sedangkan, target penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang dipatok dalam rentang waktu tersebut adalah Rp2.158 triliun. Pada 2014 BKPM mencatat realisasi investasi mencapai Rp463,1 triliun, melampaui targetyangditetapkansebelumnya yaitu sebesar Rp456,6 triliun.
Tahun ini BKPM menarget investasisebesarRp519,5triliun atau tumbuh sekitar 14% dari pencapaian tahun lalu. Target investasi tersebut terdiri atas PMDN sebesar Rp175,8 triliun danPMARp343,7triliun. BKPM menyatakan akan fokus menarik investasi dari AS, ASEAN, Jepang, China dan Korea Selatan. Hal itu dikaitkan dengan proyeksi ekonomi global bahwa AS dan Asia akan menjadi penggerak ekonomi dunia tahun ini.
Saat ini BKPM telah memiliki kantor perwakilan promosi investasi Indonesia di delapan negara yaitu Amerika Serikat (New York), Inggris (London), Australia (Sidney), Korea (Seoul), Jepang (Tokyo), Taiwan (Taipei), Abu Dhabi, dan Singapura. BKPM kini tengah berencana membuka kantor perwakilan promosi investasi terbaru di China. Ekonom Indef Eko Listianto menilai, secara keseluruhan, pada tahun ini prospek penanaman modal asing dirasa masih moderat.
Tetapi jika BKPM kemudian menargetkan terlalu tinggi, kemungkinan realisasinya tidak jauh dari pencapaian tahun lalu. ”Karena begini, investasi asing itu biasanya melihat dari berbagai macam implementasi, kita sebetulnya ada modal dari yang melakukan penghematan anggaran belanja modal sekitar Rp300 triliun. Tapi, ini tentu saja akan dilihat oleh sisi-sisi lain, artinya apakah uang belanja modal atau ruang fiskal yang meningkat itu bisa diekspos pemerintah atau tidak,” ujar dia kepada KORAN SINDO.
Dia mengatakan, banyaknya program-program infrastruktur yang digarap pemerintah seharusnya dapat mendorong masuknya investasi langsung. ”Cuma saya rasa, dalam beberapa bulan ini investor masih wait and see ,” ujarnya. Eko mengandaikan, jika investasi langsung telah masuk ke Indonesia, tentu saja nilai tukar rupiah tidak kedodoran seperti saat ini karena ada aliran valas yang masuk.
Namun, dengan situasi seperti sekarang, investor masih menunggu apakah program-program unggulan pemerintah bisa dieksekusi atau tidak. Dia menambahkan, target BKPM dalam lima tahun ke depan akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia baik maka target bisa terealisasi, begitu juga sebaliknya. ”BKPM target lima tahun ke depan harus melihat perkembangan ekonomi. Kalau seperti sekarang, ya memang agak berat,” tandasnya.
Kunthi fahmar sandy/Ant
(bbg)