Investor Indonesia Paling Percaya Diri di Asia
A
A
A
JAKARTA - PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia melakukan survei mengenai tingkat kepercayaan diri investor dan memberi hasil bahwa Indonesia menduduki posisi tertinggi dibandingkan negara lain di Asia.
Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Nur Hasan mengungkapkan, sebanyak 85% investor puas dengan kondisi finansial mereka saat ini.
"Sebanyak 69% merasa kondisi mereka saat ini lebih baik dari pada dua tahun lalu. Bahkan 73% percaya bahwa kondisi keuangan mereka akan lebih baik dalam dua tahun ke depan," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Optimisme para investor, menurutnya, juga terlihat dari pandangan mereka terhadap kondisi finansial generasi berikutnya.Sebanyak 80% percaya bahwa kondisi finansial anak mereka akan menjadi jauh lebih baik.
Sementara itu, 72% mengatakan bahwa mereka akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik pada usia pensiun.
"Dengan persentase tertinggi di Asia, investor Indonesia juga yakin bahwa masa sekarang adalah saat yang tepat untuk berinvestasi," jelasnya.
Namun demikian, masyarakat dinilainya perlu mengingat bahwa kondisi yang baik tak mungkin berlangsung terus-menerus, bahkan di tengah perekonomian yang sedang tumbuh.
Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Nur Hasan mengungkapkan, sebanyak 85% investor puas dengan kondisi finansial mereka saat ini.
"Sebanyak 69% merasa kondisi mereka saat ini lebih baik dari pada dua tahun lalu. Bahkan 73% percaya bahwa kondisi keuangan mereka akan lebih baik dalam dua tahun ke depan," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Optimisme para investor, menurutnya, juga terlihat dari pandangan mereka terhadap kondisi finansial generasi berikutnya.Sebanyak 80% percaya bahwa kondisi finansial anak mereka akan menjadi jauh lebih baik.
Sementara itu, 72% mengatakan bahwa mereka akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik pada usia pensiun.
"Dengan persentase tertinggi di Asia, investor Indonesia juga yakin bahwa masa sekarang adalah saat yang tepat untuk berinvestasi," jelasnya.
Namun demikian, masyarakat dinilainya perlu mengingat bahwa kondisi yang baik tak mungkin berlangsung terus-menerus, bahkan di tengah perekonomian yang sedang tumbuh.
(rna)