Bangun Pabrik Petrokimia, Ferrostaal Terganjal Pasokan Gas
A
A
A
JAKARTA - Industri petrokimia asal Jerman, Ferrostaal GmbH siap berinvestasi di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Namun, investasi yang dilakukan melalui pembangunan pabrik petrokimia ini masih terganjal pasokan gas yang belum jelas.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan, rencana investasi pabrikan asal Jerman tersebut sejatinya telah lama digaungkan. Bahkan, rencana tersebut telah ada sejak 2013 di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Salah satunya adalah Ferrostaal yang kemarin itu datang ke kita, memang mereka kan sudah lama rencana investasi di Teluk Bentuni untuk petrokimia," ucapnya di kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Saleh mengungkapkan, kendala pasokan gas tersebut terjadi lantaran harga gas yang diberikan belum disepakati kedua pihak. Saat ini pihaknya masih mendiskusikan masalah pasokan gas tersebut ke supplier-nya, yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas).
"Salah satu hambatannya, negosiasi masalah pasokan gas, berapa harga gas yang diberikan. Ini yang masih dibicarakan dengan pihak penyuplai, dalam hal ini Pertamina Gas," pungkas dia.
Sekadar informasi, kerja sama antara Indonesia dan Jerman soal pabrik tersebut sudah dimulai hampir dua tahun lalu. Pada Maret 2013, mantan Presiden SBY telah melakukan pertemuan dengan Direktur Ferrostaal GmbH Klaus Lesker.
Rencananya, pabrik yang menelan investasi sebesar USD2 miliar tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada 2019.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan, rencana investasi pabrikan asal Jerman tersebut sejatinya telah lama digaungkan. Bahkan, rencana tersebut telah ada sejak 2013 di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Salah satunya adalah Ferrostaal yang kemarin itu datang ke kita, memang mereka kan sudah lama rencana investasi di Teluk Bentuni untuk petrokimia," ucapnya di kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Saleh mengungkapkan, kendala pasokan gas tersebut terjadi lantaran harga gas yang diberikan belum disepakati kedua pihak. Saat ini pihaknya masih mendiskusikan masalah pasokan gas tersebut ke supplier-nya, yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas).
"Salah satu hambatannya, negosiasi masalah pasokan gas, berapa harga gas yang diberikan. Ini yang masih dibicarakan dengan pihak penyuplai, dalam hal ini Pertamina Gas," pungkas dia.
Sekadar informasi, kerja sama antara Indonesia dan Jerman soal pabrik tersebut sudah dimulai hampir dua tahun lalu. Pada Maret 2013, mantan Presiden SBY telah melakukan pertemuan dengan Direktur Ferrostaal GmbH Klaus Lesker.
Rencananya, pabrik yang menelan investasi sebesar USD2 miliar tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada 2019.
(izz)