Membangun Komitmen; Meningkatkan Kinerja
A
A
A
Kinerja baik menghasilkan performa tinggi. Tidak ada hasil dan performa tinggi yang diperoleh dari kinerja buruk. Kinerja adalah sebuah proses, interaksi dan integrasi yang sinkron satu dengan lain sehingga menimbulkan sinergi, daya untuk meningkatkan hasil.
Memang, dalam praktik ada yang terlalu fokus pada kinerja, bangga dengan itu, namun hasilnya minim, jauh di bawah target. Sebaliknya ada yang terlalu fokus dengan hasil yang akan dicapai, kerja tanpa batas waktu dan aturan, pada akhirnya mereka yang terlibat mengalami kelelahan dan berakhir dengan frustrasi dan kekecewaan mendalam.
Ahli manajemen, Cam Caldwell, PhD, dari Washington State University menulis di Graziado Business Review (Volume 17, Issue 3), bagaimana membangun dan meningkatkan komitmen karyawan berpotensi dengan HPWS (high performance work systems). Sistem ini sebetulnya telah diterapkan secara luas di berbagai perusahaan di Amerika sejak 1980-an yakni sebuah sistem untuk membangun komitmen kerja yang kuat dan menghasilkan performa yang tinggi melalui kinerja yang baik.
HPWS menjadikan karyawan berpotensi atau karyawan kunci sebagai mitra dalam mencapai sasaran, bukan sekadar menerima perintah dan menjalankannya, melainkan melibatkan mereka secara penuh, mengutamakan dalam membangun komitmen, bukan dengan kontrol yang ketat.
Sistem ini juga menyadarkan dan mendorong semua pihak yang terlibat untuk mencapai tingkat yang terbaik atau tertinggi (pursuit of excellence), memiliki kompetensi dan terus menerus melakukan perbaikan. Oleh karena itu, penerapan HPWS diyakini dapat dan akan ikut meningkatkan daya saing baik secara individu karyawan, departemen di mana ia berada dan daya saing perusahaan secara keseluruhan.
Berikut adalah cara-cara yang merupakan elemen kunci: a. Ensuring Employee Security. Perusahaan terbiasa melakukan efisiensi dengan terlebih dahulu menciutkan organisasi, memangkas biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan, mempekerjakan dengan sistem kontrak dan paruh waktu.
Namun dalam kenyataannya tindakan tersebut memperburuk situasi jika tidak dilakukan hati-hati karena dapat mengakibatkan turunnya semangat dan berkurangnya komitmen dari pihak karyawan. Sebaliknya perusahaan yang mengutamakan kesejahteraan karyawan dan tidak mengorbankannya demi efisiensi, justru lebih baik situasinya. b. Selective Hiring.
Merekrut karyawan yang memiliki komitmen baik terhadap dirinya maupun perusahaan, memiliki kompetensi atas tugasnya serta memiliki ambisi yang sehatmaju dalam karier-merupakan perpaduan faktor penting bagi sebuah kinerja baik. c. Decentralized Decision-Making.
Keputusan sentral apalagi dengan birokrasi serta hierarki yang panjang, akan memperlamban pengambilan keputusan, sebaliknya desentralisasi terhadap bawahan yang tidak memiliki kompetensi dan integritas akan menimbulkan kekisruhan dan kebobolan jika itu berkaitan dengan keuangan. d. High Results-Based Compensation. Kompensasi yang layak harus disediakan perusahaan bagi mereka yang berprestasi dengan kinerja baik dan performa tinggi, bukan atas dasar hubungan keluarga, pertemanan dan loyalitas semata.
e. Training by Commitment. Pelatihan diberikan biasanya dalam meningkatkan keterampilan, keahlian, namun yang cukup penting juga adalah bagaimana meningkatkan komitmen. f. Reduced Status Barriers. Atasan yang lebih dekat dengan bawahan dengan meniadakan dan mengurangi jarak akan memperoleh dukungan lebih besar dari bawahannya karena instruksi-instruksinya lebih mudah dipahami.
Banyak atasan menjaga jarak-membangun gap-agar bawahan lebih takut dan hormat kepadanya, namun tanpa disadari itu akan menjauhkan dirinya dari mereka dan karenanya lebih sulit saling memahami dan lebih sulit lagi memperoleh dukungan. g. Sharing Key Information.
Ada informasi-informasi yang dapat dibagikan kepada seluruh karyawan-bersifat umum-ada juga yang khusus ditujukan kepada karyawan-karyawan tertentu. HPWS terbukti dapat membangun komitmen, meningkatkan kinerja dan menghasilkan performa tinggi, mengapa tidak dicoba?
DR ELIEZER H HARDJO PHD, CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) &
Ketua Institute Certified Professional Managers (ICPM)
Memang, dalam praktik ada yang terlalu fokus pada kinerja, bangga dengan itu, namun hasilnya minim, jauh di bawah target. Sebaliknya ada yang terlalu fokus dengan hasil yang akan dicapai, kerja tanpa batas waktu dan aturan, pada akhirnya mereka yang terlibat mengalami kelelahan dan berakhir dengan frustrasi dan kekecewaan mendalam.
Ahli manajemen, Cam Caldwell, PhD, dari Washington State University menulis di Graziado Business Review (Volume 17, Issue 3), bagaimana membangun dan meningkatkan komitmen karyawan berpotensi dengan HPWS (high performance work systems). Sistem ini sebetulnya telah diterapkan secara luas di berbagai perusahaan di Amerika sejak 1980-an yakni sebuah sistem untuk membangun komitmen kerja yang kuat dan menghasilkan performa yang tinggi melalui kinerja yang baik.
HPWS menjadikan karyawan berpotensi atau karyawan kunci sebagai mitra dalam mencapai sasaran, bukan sekadar menerima perintah dan menjalankannya, melainkan melibatkan mereka secara penuh, mengutamakan dalam membangun komitmen, bukan dengan kontrol yang ketat.
Sistem ini juga menyadarkan dan mendorong semua pihak yang terlibat untuk mencapai tingkat yang terbaik atau tertinggi (pursuit of excellence), memiliki kompetensi dan terus menerus melakukan perbaikan. Oleh karena itu, penerapan HPWS diyakini dapat dan akan ikut meningkatkan daya saing baik secara individu karyawan, departemen di mana ia berada dan daya saing perusahaan secara keseluruhan.
Berikut adalah cara-cara yang merupakan elemen kunci: a. Ensuring Employee Security. Perusahaan terbiasa melakukan efisiensi dengan terlebih dahulu menciutkan organisasi, memangkas biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan, mempekerjakan dengan sistem kontrak dan paruh waktu.
Namun dalam kenyataannya tindakan tersebut memperburuk situasi jika tidak dilakukan hati-hati karena dapat mengakibatkan turunnya semangat dan berkurangnya komitmen dari pihak karyawan. Sebaliknya perusahaan yang mengutamakan kesejahteraan karyawan dan tidak mengorbankannya demi efisiensi, justru lebih baik situasinya. b. Selective Hiring.
Merekrut karyawan yang memiliki komitmen baik terhadap dirinya maupun perusahaan, memiliki kompetensi atas tugasnya serta memiliki ambisi yang sehatmaju dalam karier-merupakan perpaduan faktor penting bagi sebuah kinerja baik. c. Decentralized Decision-Making.
Keputusan sentral apalagi dengan birokrasi serta hierarki yang panjang, akan memperlamban pengambilan keputusan, sebaliknya desentralisasi terhadap bawahan yang tidak memiliki kompetensi dan integritas akan menimbulkan kekisruhan dan kebobolan jika itu berkaitan dengan keuangan. d. High Results-Based Compensation. Kompensasi yang layak harus disediakan perusahaan bagi mereka yang berprestasi dengan kinerja baik dan performa tinggi, bukan atas dasar hubungan keluarga, pertemanan dan loyalitas semata.
e. Training by Commitment. Pelatihan diberikan biasanya dalam meningkatkan keterampilan, keahlian, namun yang cukup penting juga adalah bagaimana meningkatkan komitmen. f. Reduced Status Barriers. Atasan yang lebih dekat dengan bawahan dengan meniadakan dan mengurangi jarak akan memperoleh dukungan lebih besar dari bawahannya karena instruksi-instruksinya lebih mudah dipahami.
Banyak atasan menjaga jarak-membangun gap-agar bawahan lebih takut dan hormat kepadanya, namun tanpa disadari itu akan menjauhkan dirinya dari mereka dan karenanya lebih sulit saling memahami dan lebih sulit lagi memperoleh dukungan. g. Sharing Key Information.
Ada informasi-informasi yang dapat dibagikan kepada seluruh karyawan-bersifat umum-ada juga yang khusus ditujukan kepada karyawan-karyawan tertentu. HPWS terbukti dapat membangun komitmen, meningkatkan kinerja dan menghasilkan performa tinggi, mengapa tidak dicoba?
DR ELIEZER H HARDJO PHD, CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) &
Ketua Institute Certified Professional Managers (ICPM)
(bbg)