Pertumbuhan Uang Beredar Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasi pertumbuhan uang beredar (M2) pada Januari 2015 meningkat 14,3% (YoY) menjadi Rp4.174,2 triliun dibandingkan Desember 2014 sebesar 11,9%.
Perkembangan uang beredar dipengaruhi meningkatnya aktiva luar negeri bersih dan operasi keuangan pemerintah pusat. “Selain itu, perkembangan uang beredar tersebut bersumber dari pertumbuhan uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi di mana tercatat M1 sebesar Rp918,1 triliun atau tumbuh dari 6,2% (YoY) menjadi 9%,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta kemarin.
Sementara itu, uang kuasi tercatat sebesar Rp3.233,2 triliun atau tumbuh meningkat dari 13,8% menjadi 16% (YoY). Menurutnya, kenaikan pertumbuhan uang beredar sempit tersebut terutama disebabkan naiknya pertumbuhan simpanan giro rupiah. Sementara peningkatan uang kuasi, terutama disebabkan naiknya pertumbuhan simpanan berjangka dan simpanan giro valas.
Sebagai komponen utama uang beredar, dana pihak ketiga (DPK) Januari 2015 mencapai Rp4.005,5 triliun atau tumbuh 14,1% (YoY) lebih tinggi dibanding Desember 2014 (12,1%, YoY). Secara bulanan, lanjut Tirta, posisi penghimpunan DPK Januari 2015 lebih rendah dibandingkan Desember 2014 sesuai dengan pola musiman. Namun demikian, penghimpunan DPK yang tercatat Januari 2015 relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dia mengungkapkan, peningkatan pertumbuhan DPK bersumber dari jenis simpanan giro dan simpanan berjangka. Giro tercatat sebesar Rp844,9 triliun atau tumbuh 11,2% (YoY) meningkat dibandingkan Desember 2014 (6,1%, YoY). “Peningkatan pertumbuhan tersebut bersumber dari peningkatan giro valas milik perusahaan bukan lembaga keuangan swasta dan BUMN,” ujarnya.
Sementara itu, simpanan berjangka tercatat sebesar Rp1.924,6 triliun, tumbuh 22,8% (YoY) lebih tinggi dibandingkan Desember 2014 (19,8%, YoY). Tabungan tercatat sebesar Rp1.236 triliun, tumbuh 4,3% (YoY) melambat dibandingkan Desember 2014 (6,1%, YoY). Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih pada Januari 2015 mencapai Rp1.194,2 triliun atau meningkat 15,3% (YoY), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (9,3%, YoY).
Tirta menuturkan, peningkatan tersebut bersumber dari kenaikan aktiva luar negeri sebesar Rp88,1 triliun dan penurunan kewajiban luar negeri sebesar Rp0,4 triliun. Faktor lain, lanjut dia, yang memengaruhi perkembangan uang beredar adalah operasi keuangan pemerintah pusat. Pada Januari 2015, operasi keuangan pemerintah pusat tumbuh 5,2% (YoY) lebih tinggi dibanding Desember 2014 (2,5%, YoY).
“Meskipun pola belanja pemerintah pusat masih rendah pada awal tahun, relatif lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” tukas Tirta. Ekonom INDEF Eko Listiyanto mengatakan, faktor utama meningkatnya pertumbuhan uang beredar karena kinerja perbankan yang memiliki kontribusi seiring dengan penyaluran kredit.
Selain itu, faktor lain yang menjadi pendorongnya yakni ada aktiva luar negeri, tagihan pemerintah dan lainlain. “Tapi secara umum, itu faktornya dari dalam negeri seperti aktiva dalam negeri bersih di dalamnya ada macam-macam seperti tagihan, kemudian kepada pemerintah, sektor lain dan ada juga terkait saham,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Kunthi fahmar sandy
Perkembangan uang beredar dipengaruhi meningkatnya aktiva luar negeri bersih dan operasi keuangan pemerintah pusat. “Selain itu, perkembangan uang beredar tersebut bersumber dari pertumbuhan uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi di mana tercatat M1 sebesar Rp918,1 triliun atau tumbuh dari 6,2% (YoY) menjadi 9%,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta kemarin.
Sementara itu, uang kuasi tercatat sebesar Rp3.233,2 triliun atau tumbuh meningkat dari 13,8% menjadi 16% (YoY). Menurutnya, kenaikan pertumbuhan uang beredar sempit tersebut terutama disebabkan naiknya pertumbuhan simpanan giro rupiah. Sementara peningkatan uang kuasi, terutama disebabkan naiknya pertumbuhan simpanan berjangka dan simpanan giro valas.
Sebagai komponen utama uang beredar, dana pihak ketiga (DPK) Januari 2015 mencapai Rp4.005,5 triliun atau tumbuh 14,1% (YoY) lebih tinggi dibanding Desember 2014 (12,1%, YoY). Secara bulanan, lanjut Tirta, posisi penghimpunan DPK Januari 2015 lebih rendah dibandingkan Desember 2014 sesuai dengan pola musiman. Namun demikian, penghimpunan DPK yang tercatat Januari 2015 relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dia mengungkapkan, peningkatan pertumbuhan DPK bersumber dari jenis simpanan giro dan simpanan berjangka. Giro tercatat sebesar Rp844,9 triliun atau tumbuh 11,2% (YoY) meningkat dibandingkan Desember 2014 (6,1%, YoY). “Peningkatan pertumbuhan tersebut bersumber dari peningkatan giro valas milik perusahaan bukan lembaga keuangan swasta dan BUMN,” ujarnya.
Sementara itu, simpanan berjangka tercatat sebesar Rp1.924,6 triliun, tumbuh 22,8% (YoY) lebih tinggi dibandingkan Desember 2014 (19,8%, YoY). Tabungan tercatat sebesar Rp1.236 triliun, tumbuh 4,3% (YoY) melambat dibandingkan Desember 2014 (6,1%, YoY). Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih pada Januari 2015 mencapai Rp1.194,2 triliun atau meningkat 15,3% (YoY), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (9,3%, YoY).
Tirta menuturkan, peningkatan tersebut bersumber dari kenaikan aktiva luar negeri sebesar Rp88,1 triliun dan penurunan kewajiban luar negeri sebesar Rp0,4 triliun. Faktor lain, lanjut dia, yang memengaruhi perkembangan uang beredar adalah operasi keuangan pemerintah pusat. Pada Januari 2015, operasi keuangan pemerintah pusat tumbuh 5,2% (YoY) lebih tinggi dibanding Desember 2014 (2,5%, YoY).
“Meskipun pola belanja pemerintah pusat masih rendah pada awal tahun, relatif lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” tukas Tirta. Ekonom INDEF Eko Listiyanto mengatakan, faktor utama meningkatnya pertumbuhan uang beredar karena kinerja perbankan yang memiliki kontribusi seiring dengan penyaluran kredit.
Selain itu, faktor lain yang menjadi pendorongnya yakni ada aktiva luar negeri, tagihan pemerintah dan lainlain. “Tapi secara umum, itu faktornya dari dalam negeri seperti aktiva dalam negeri bersih di dalamnya ada macam-macam seperti tagihan, kemudian kepada pemerintah, sektor lain dan ada juga terkait saham,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)