Pemerintah Minta Pengusaha Eropa Tambah Investasi
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah meminta perusahaan asal Eropa yang selama ini telah beroperasi di Indonesia untuk menambah investasinya di Tanah Air.
Apalagi, saat ini pemerintah terus memperbaiki dan meningkatkan penyediaan infrastruktur dan penurunan biaya logistik agar produk-produk yang dihasilkan memiliki daya saing.
“Karena itu, pengusaha asal Eropa diharapkan untuk terus menanamkan investasinya di Indonesia karena iklim investasi di Indonesia sekarang ini sudah sangat kondusif,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin seusai melakukan pertemuan dengan delegasi Europe- ASEAN Business Alliance (EABA) di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, akhir pekan lalu.
Dalam pertemuan dengan delegasi EABA hadir beberapa perwakilan dari sektor industri makanan dan minuman, industri semikonduktor, serta industri terkait kesehatan dan energi. Di antaranya Shell, NXP, DSM, Heineken, Friesland Campina, dan Roche Diagnostics. Saat ini pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk periode 2014-2019 sebesar 7% sehingga diharapkan bisa menciptakan 2 juta lapangan kerja baru.
“Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan aktivitas ekonomi di berbagai bidang dan salah satu kuncinya adalah melalui peningkatan penanaman modal domestik dan asing,” kata Saleh. Dia melanjutkan, Kemenperin terus berupaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberikan kepastian hukum agar dunia usaha tetap bergairah dan nyaman melakukaninvestasinya diIndonesia. Menurut Saleh, pemerintah akan terbuka untuk berdialog dengan pihak mana pun yang betul-betul ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
“Karena itu, Kemenperin akan sepenuhnya mendukung realisasi penanaman modal perusahaan- perusahaan anggota EABA di bidang industri manufaktur,” ungkapnya. Chairman of Board EABA (Europe-Asean Business Alliance) Sahala Sianipar mengatakan, anggota EABA tertarik berinvestasi di Indonesia setelah mengetahui program pemerintah ke depan.
“Jadi tentunya sudah bukan hal baru lagi karena perusahaan Eropa sudah banyak yang berinvestasi di Indonesia. Selain itu, menurut kami, Indonesia juga mempunyai pertumbuhan yang besar dan menarik untuk lima tahun ke depan,” sebutnya. Dia menambahkan, Indonesia merupakan pasar paling besar dan sangat berpengaruh di kawasan ASEAN.
“Kami senang mendengar penekanan di infrastruktur, apalagi melihat anggaran untuk infrastruktur cukup besar. Penekanan infrastruktur akan sangat membantu bagi investor asing,” katanya. Saat ini, menurut ASEAN Business Outlook Survey 2014, Indonesia masih tetap dianggap sebagai tempat yang paling menarik untuk ekspansi bisnis, diikuti Vietnam, Thailand, dan Myanmar.
Uni Eropa (UE) merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Pada 2014 nilai investasi yang ditanamkan perusahaan UE di Indonesia mencapai USD3,2 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD2,4 miliar.
Oktiani endarwati
Apalagi, saat ini pemerintah terus memperbaiki dan meningkatkan penyediaan infrastruktur dan penurunan biaya logistik agar produk-produk yang dihasilkan memiliki daya saing.
“Karena itu, pengusaha asal Eropa diharapkan untuk terus menanamkan investasinya di Indonesia karena iklim investasi di Indonesia sekarang ini sudah sangat kondusif,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin seusai melakukan pertemuan dengan delegasi Europe- ASEAN Business Alliance (EABA) di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, akhir pekan lalu.
Dalam pertemuan dengan delegasi EABA hadir beberapa perwakilan dari sektor industri makanan dan minuman, industri semikonduktor, serta industri terkait kesehatan dan energi. Di antaranya Shell, NXP, DSM, Heineken, Friesland Campina, dan Roche Diagnostics. Saat ini pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk periode 2014-2019 sebesar 7% sehingga diharapkan bisa menciptakan 2 juta lapangan kerja baru.
“Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan aktivitas ekonomi di berbagai bidang dan salah satu kuncinya adalah melalui peningkatan penanaman modal domestik dan asing,” kata Saleh. Dia melanjutkan, Kemenperin terus berupaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberikan kepastian hukum agar dunia usaha tetap bergairah dan nyaman melakukaninvestasinya diIndonesia. Menurut Saleh, pemerintah akan terbuka untuk berdialog dengan pihak mana pun yang betul-betul ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
“Karena itu, Kemenperin akan sepenuhnya mendukung realisasi penanaman modal perusahaan- perusahaan anggota EABA di bidang industri manufaktur,” ungkapnya. Chairman of Board EABA (Europe-Asean Business Alliance) Sahala Sianipar mengatakan, anggota EABA tertarik berinvestasi di Indonesia setelah mengetahui program pemerintah ke depan.
“Jadi tentunya sudah bukan hal baru lagi karena perusahaan Eropa sudah banyak yang berinvestasi di Indonesia. Selain itu, menurut kami, Indonesia juga mempunyai pertumbuhan yang besar dan menarik untuk lima tahun ke depan,” sebutnya. Dia menambahkan, Indonesia merupakan pasar paling besar dan sangat berpengaruh di kawasan ASEAN.
“Kami senang mendengar penekanan di infrastruktur, apalagi melihat anggaran untuk infrastruktur cukup besar. Penekanan infrastruktur akan sangat membantu bagi investor asing,” katanya. Saat ini, menurut ASEAN Business Outlook Survey 2014, Indonesia masih tetap dianggap sebagai tempat yang paling menarik untuk ekspansi bisnis, diikuti Vietnam, Thailand, dan Myanmar.
Uni Eropa (UE) merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Pada 2014 nilai investasi yang ditanamkan perusahaan UE di Indonesia mencapai USD3,2 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD2,4 miliar.
Oktiani endarwati
(ars)