Kredit Perbankan Tumbuh 11,4%
A
A
A
JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan pada Januari 2015 mencapai Rp3.662,6 triliun atau tumbuh 11,4% (yoy) dibanding periode Desember 2014.
Pertumbuhan kredit yang relatif tetap tersebut dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit untuk jenis penggunaan konsumsi dan modal kerja (KMK), yang terjadi bersamaan dengan peningkatan kredit investasi (KI). “Perkembangan kredit tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta kemarin.
Tirta melanjutkan, peningkatan penyaluran kredit investasi terjadi di sektor industri pengolahan yang posisinya tercatat sebesar Rp186,6 triliun atau tumbuh 23,6% (yoy) meningkat dibandingkan Desember 2014 (22,3%,yoy).
Di sisi lain, kredit konsumsi dan modal kerja yang diberikan kepada sektor industri pengolahan tercatat sebesar Rp464,3 triliun atau tumbuh melambat dari 11,1% (yoy) di Desember 2014 menjadi 10,7% (yoy) pada Januari 2015. Menurutnya, perlambatan penyaluran KMK tersebut diindikasikan sejalan dengan masih relatif rendahnya aktivitas produksi di awal tahun.
Selain itu, lanjut Tirta, perlambatan penyaluran KMK juga terjadi pada sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan yang tercatat sebesar Rp204 triliun atau tumbuh 12% (yoy) melambat dibandingkan Desember 2014 (13,6%, yoy). Adapun perlambatan kredit konsumsi terutama terjadi pada KPR/KPA dan kredit kendaraan bermotor (KKB), yang masingmasing tumbuh 12,6% (yoy) dan 13,9%(yoy), melambat dibandingkan Desember 2014 (12,8% dan 17,8%).
“Perlambatan KMK yang diberikan kepada sektor real estat dan kredit konsumsi berupa KPR/KPA selanjutnya berdampak pada perkembangan penyaluran kredit properti pada Januari 2015 yang tercatat sebesar Rp545,6 triliun atau tumbuh 16,7% (yoy) melambat dibandingkan Desember 2014 (17,3% yoy),” paparnya.
Tirta mengungkapkan, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah juga mengalami perlambatan pada Januari 2015. Kredit UMKM tercatat Rp653,3 triliun atau tumbuh 9,8% (yoy), melambat dibandingkan Desember 2014 sebesar 10,3%.
Perlambatan tersebut terjadi pada kredit UMKM untuk skala usaha menengah yang tercatat tumbuh 7%, melambat dibandingkan Desember 2014 (8,5%). Kredit yang disalurkan untuk skala usaha mikro dan kecil masing-masing tumbuh 18,8% dan 8,7% meningkat dibandingkan Desember 2014 (18% dan 8,4%).
Pada Januari 2015, rata-rata suku bunga kredit sebesar 12,95% sedikit lebih rendah dibandingkan Desember 2014 yang berada di level 12,96%. Sementara itu, rata-rata suku bunga deposito berjangka 1,3,6 dan 12 bulan pada Januari 2015 masing-masing sebesar 8,45%, 8,9%, 9,24%, dan 8,82% turun dibandingkan Desember 2014 yang masing-masing sebesar 8,57%, 8,95%, 9,32%, dan 8,86%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, jika inflasi bisa terjaga maka dapat meningkatkan kredit di semester II/2015. Bahkan, jika pemerintah berhasil menggunakan anggaran belanja modal, itu akan meningkatkan penyaluran kredit.
“Kemarin kan ada belanja modal cukup tinggi, jadi kalau itu bisa digunakan dengan pembangunan infrastruktur, swasembada pangan mulai jalan bisa mendorong kredit. Apalagi situasinya itu cenderung mau ekspansi,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Pertumbuhan kredit di Januari tercatat meningkat sebesar 11,4% atau stabil dengan bulan sebelumnya dinilai akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia. Menurut dia, peningkatan pertumbuhan kredit yang terjadi pada Januari dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan dan deflasi serta optimisme konsumen yang cukup tinggi.
“Ada rencana pemerintah yang mencanangkan pertumbuhan ekonomi 5,7%, kemudian nilai tukar yang dipatok Rp12.500 per dolar AS. Biasanya juga di Januari, dunia usaha sudah memiliki planning (di akhir Desember sebelumnya) untuk tahun depan dan biasanya mereka akan memulai di Januari,” tutur Eko.
Kunthi fahmar sandy
Pertumbuhan kredit yang relatif tetap tersebut dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit untuk jenis penggunaan konsumsi dan modal kerja (KMK), yang terjadi bersamaan dengan peningkatan kredit investasi (KI). “Perkembangan kredit tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta kemarin.
Tirta melanjutkan, peningkatan penyaluran kredit investasi terjadi di sektor industri pengolahan yang posisinya tercatat sebesar Rp186,6 triliun atau tumbuh 23,6% (yoy) meningkat dibandingkan Desember 2014 (22,3%,yoy).
Di sisi lain, kredit konsumsi dan modal kerja yang diberikan kepada sektor industri pengolahan tercatat sebesar Rp464,3 triliun atau tumbuh melambat dari 11,1% (yoy) di Desember 2014 menjadi 10,7% (yoy) pada Januari 2015. Menurutnya, perlambatan penyaluran KMK tersebut diindikasikan sejalan dengan masih relatif rendahnya aktivitas produksi di awal tahun.
Selain itu, lanjut Tirta, perlambatan penyaluran KMK juga terjadi pada sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan yang tercatat sebesar Rp204 triliun atau tumbuh 12% (yoy) melambat dibandingkan Desember 2014 (13,6%, yoy). Adapun perlambatan kredit konsumsi terutama terjadi pada KPR/KPA dan kredit kendaraan bermotor (KKB), yang masingmasing tumbuh 12,6% (yoy) dan 13,9%(yoy), melambat dibandingkan Desember 2014 (12,8% dan 17,8%).
“Perlambatan KMK yang diberikan kepada sektor real estat dan kredit konsumsi berupa KPR/KPA selanjutnya berdampak pada perkembangan penyaluran kredit properti pada Januari 2015 yang tercatat sebesar Rp545,6 triliun atau tumbuh 16,7% (yoy) melambat dibandingkan Desember 2014 (17,3% yoy),” paparnya.
Tirta mengungkapkan, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah juga mengalami perlambatan pada Januari 2015. Kredit UMKM tercatat Rp653,3 triliun atau tumbuh 9,8% (yoy), melambat dibandingkan Desember 2014 sebesar 10,3%.
Perlambatan tersebut terjadi pada kredit UMKM untuk skala usaha menengah yang tercatat tumbuh 7%, melambat dibandingkan Desember 2014 (8,5%). Kredit yang disalurkan untuk skala usaha mikro dan kecil masing-masing tumbuh 18,8% dan 8,7% meningkat dibandingkan Desember 2014 (18% dan 8,4%).
Pada Januari 2015, rata-rata suku bunga kredit sebesar 12,95% sedikit lebih rendah dibandingkan Desember 2014 yang berada di level 12,96%. Sementara itu, rata-rata suku bunga deposito berjangka 1,3,6 dan 12 bulan pada Januari 2015 masing-masing sebesar 8,45%, 8,9%, 9,24%, dan 8,82% turun dibandingkan Desember 2014 yang masing-masing sebesar 8,57%, 8,95%, 9,32%, dan 8,86%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, jika inflasi bisa terjaga maka dapat meningkatkan kredit di semester II/2015. Bahkan, jika pemerintah berhasil menggunakan anggaran belanja modal, itu akan meningkatkan penyaluran kredit.
“Kemarin kan ada belanja modal cukup tinggi, jadi kalau itu bisa digunakan dengan pembangunan infrastruktur, swasembada pangan mulai jalan bisa mendorong kredit. Apalagi situasinya itu cenderung mau ekspansi,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Pertumbuhan kredit di Januari tercatat meningkat sebesar 11,4% atau stabil dengan bulan sebelumnya dinilai akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia. Menurut dia, peningkatan pertumbuhan kredit yang terjadi pada Januari dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan dan deflasi serta optimisme konsumen yang cukup tinggi.
“Ada rencana pemerintah yang mencanangkan pertumbuhan ekonomi 5,7%, kemudian nilai tukar yang dipatok Rp12.500 per dolar AS. Biasanya juga di Januari, dunia usaha sudah memiliki planning (di akhir Desember sebelumnya) untuk tahun depan dan biasanya mereka akan memulai di Januari,” tutur Eko.
Kunthi fahmar sandy
(ftr)