HT: Pelemahan Rupiah Perburuk Kesenjangan Sosial
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo (HT) mengemukakan, kesenjangan semakin lebar dengan adanya pelemahan rupiah terhadap dolar AS (USD). Untuk itu, butuh langkah cepat dan tepat guna memperbaiki perekonomian Indonesia.
“Dulu kita impor barang-barang mewah. Tapi sekarang kita impor bahan-bahan pokok. Ketika dolar (USD) naik masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya,” ujar HT dalam dialog kebangsaan bersama para jajaran pengurus Himpunan Pengusaha Profesional Kristen Indonesia (HIPPKI), di DPP Partai Perindo, Jakarta, Sabtu (14/3/2015).
Seperti diketahui, Jumat (14/3) berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai rupiah mencapai Rp13.191 per USD. Sekadar catatan, nilai tersebut pernah terjadi di awal Agustus 1998 dimana rupiah bergerak di kisaran Rp13.000 per USD.
“Pelemahan rupiah menyebabkan kesenjangan semakin melebar sebab biaya untuk memenuhi kebutuhan semakin tinggi. Ambil kebijakan yang cepat dan tepat, kembalikan kepercayaan pasar,” kata HT.
Struktur Perekonomian
HT menjelaskan saat ini kesenjangan Indonesia pada puncak tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Hal ini terlihat dari gini ratio saat ini di atas 0,41. Rasio gini adalah parameter kesenjangan sosial. Semakin tinggi nilai rasio tersebut, semakin Indonesia mengalami ketimpangan. “Makro kita mengalami pertumbuhan. Tapi lihat bagaimana distribusinya,” kata CEO MNC Group ini.
HT menambahkan saat ini pertumbuhan ekonomi dinikmati masyarakat menengah-atas. Namun tidak dengan masyarakat bawah. Sebab belum ada kebijakan konkret dari pemerintah yang bisa meningkatkan produktivitas masyarakat bawah.
Contohnya usaha mikro yang sulit untuk memperoleh modal. Selain itu bungannya pun jauh lebih tinggi dibanding korporasi. Begitu juga untuk pertanian dan nelayan.
“Seharusnya usaha mikro diberi kemudahan akses. Diperlukan bank khusus untuk UMKM beri bunga murah sekitar 4%-5%,” kata HT.
Sebagai gambaran saat ini bunga pinjaman kredit korporasi sekitar 12%-13%. Sedangkan untuk bunga untuk kredit mikro berkisar 20%-25%.
Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat bawah, maka akan semakin banyak penggerak ekonomi. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi bisa melesat di kisaran 8%-9%, dibandingkan saat ini yang berkisar 5,3% - 5,5%.
HT mengatakan, diperlukan konsep dalam perekonomian Indonesia. Ada berbagai hal yang harus dibenahi. “Di negeri yang sangat kaya ini, cadangan devisa kita sangat kecil, hanya sekitar USD100 miliar,” kata HT.
Sebagai informasi, per Februari 2015 cadangan devisa Indonesia sebesar USD115,5 miliar. Pembenahan di sektor pendidikan baik pendidikan formal maupun keterampilan dibutuhkan. Selain itu pemangkasan birokrasi dan korupsi. Juga kepastian hukum dibutuhkan. Dengan pembenahan hal-hal tersebut perekonomian Indonesia bisa melaju lebih kencang.
“Untuk melakukan pembenahan dibutuhkan kebijakan yang tepat. Untuk itu Partai Perindo hadir, memenangkan Pemilu dan membuat kebijakan yang tepat untuk masyarakat bawah,” tandasnya.
“Dulu kita impor barang-barang mewah. Tapi sekarang kita impor bahan-bahan pokok. Ketika dolar (USD) naik masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya,” ujar HT dalam dialog kebangsaan bersama para jajaran pengurus Himpunan Pengusaha Profesional Kristen Indonesia (HIPPKI), di DPP Partai Perindo, Jakarta, Sabtu (14/3/2015).
Seperti diketahui, Jumat (14/3) berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai rupiah mencapai Rp13.191 per USD. Sekadar catatan, nilai tersebut pernah terjadi di awal Agustus 1998 dimana rupiah bergerak di kisaran Rp13.000 per USD.
“Pelemahan rupiah menyebabkan kesenjangan semakin melebar sebab biaya untuk memenuhi kebutuhan semakin tinggi. Ambil kebijakan yang cepat dan tepat, kembalikan kepercayaan pasar,” kata HT.
Struktur Perekonomian
HT menjelaskan saat ini kesenjangan Indonesia pada puncak tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Hal ini terlihat dari gini ratio saat ini di atas 0,41. Rasio gini adalah parameter kesenjangan sosial. Semakin tinggi nilai rasio tersebut, semakin Indonesia mengalami ketimpangan. “Makro kita mengalami pertumbuhan. Tapi lihat bagaimana distribusinya,” kata CEO MNC Group ini.
HT menambahkan saat ini pertumbuhan ekonomi dinikmati masyarakat menengah-atas. Namun tidak dengan masyarakat bawah. Sebab belum ada kebijakan konkret dari pemerintah yang bisa meningkatkan produktivitas masyarakat bawah.
Contohnya usaha mikro yang sulit untuk memperoleh modal. Selain itu bungannya pun jauh lebih tinggi dibanding korporasi. Begitu juga untuk pertanian dan nelayan.
“Seharusnya usaha mikro diberi kemudahan akses. Diperlukan bank khusus untuk UMKM beri bunga murah sekitar 4%-5%,” kata HT.
Sebagai gambaran saat ini bunga pinjaman kredit korporasi sekitar 12%-13%. Sedangkan untuk bunga untuk kredit mikro berkisar 20%-25%.
Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat bawah, maka akan semakin banyak penggerak ekonomi. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi bisa melesat di kisaran 8%-9%, dibandingkan saat ini yang berkisar 5,3% - 5,5%.
HT mengatakan, diperlukan konsep dalam perekonomian Indonesia. Ada berbagai hal yang harus dibenahi. “Di negeri yang sangat kaya ini, cadangan devisa kita sangat kecil, hanya sekitar USD100 miliar,” kata HT.
Sebagai informasi, per Februari 2015 cadangan devisa Indonesia sebesar USD115,5 miliar. Pembenahan di sektor pendidikan baik pendidikan formal maupun keterampilan dibutuhkan. Selain itu pemangkasan birokrasi dan korupsi. Juga kepastian hukum dibutuhkan. Dengan pembenahan hal-hal tersebut perekonomian Indonesia bisa melaju lebih kencang.
“Untuk melakukan pembenahan dibutuhkan kebijakan yang tepat. Untuk itu Partai Perindo hadir, memenangkan Pemilu dan membuat kebijakan yang tepat untuk masyarakat bawah,” tandasnya.
(dmd)