Penyapu Jalanan yang Penuh Ketulusan

Senin, 16 Maret 2015 - 09:53 WIB
Penyapu Jalanan yang Penuh Ketulusan
Penyapu Jalanan yang Penuh Ketulusan
A A A
Alkisah, ada seorang tukang sapu jalanan yang sudah tua. Ia tak punya sanak keluarga. Hidupnya sebatang kara.

Tanpa disadarinya, seorang pemuda terus memperhatikan gerak-geriknya setiap hari. Dari menyapu jalanan di pagi buta, menyingkirkan sampah di pinggir jalan, hingga membersihkan paku-paku kecil yang bisa membahayakan pengguna jalan. Ia melakukan semua itu dengan sepenuh hati. Barangkali, di benaknya, satu gagang sapu dan serok pengumpul sampah itulah yang jadi “saudara”-nya.

Hampir setiap hari si orang tua tadi terus melakukan tugasnya dengan senang hati. Ia sering bersiul riang, menyanyikan lagu apa pun yang ia bisa. Kadang, saat beristirahat ketika terik mentari membakar kulitnya, ia juga membagikan sedikit makanan kepada kucing jalanan yang sudah seperti teman bermainnya. Meski keringat mengucur deras dan hanya makan seadanya, ia juga tak lupa membagi rempahan sisa makanan kepada burung-burung merpati yang kadang berkeliaran di sekitar taman tempat bekerjanya.

Melihat ketulusan dan keikhlasannya bekerja, pemuda yang sering kali memperhatikan gerak-gerik si orang tua memutuskan untuk bertanya kepada si orang tua, apa yang membuat dirinya bisa terus bekerja sungguh-sungguh dan seolah tak pernah bosan mengerjakan hal yang begitu-begitu saja. “Kakek, boleh aku bertanya?” sapa si pemuda. “Silakan Dik, apa yang bisa kubantu?” jawab si orang tua.

“Begini Kek, saya ini berasal dari sebuah lembaga sosial. Saya ditugaskan untuk mencari orang-orang yang membutuhkan, namun dipandang memiliki kemauan dan etika kerja yang tinggi, untuk kami bantu agar derajat kehidupannya bisa lebih baik. Kebetulan, sudah beberapa hari ini saya memperhatikan kerja Kakek yang sangat luar biasa. Bekerja dari pagi hingga sore hari, namun seolah tak pernah lelah dan selalu dengan senang hati. Kalau boleh tahu, apa rahasia Kakek sehingga bisa terus bekerja sekeras ini, meski usia sudah tak muda lagi?”

“Sebelumnya, kakek ucapkan terima kasih atas perhatianmu. Sebenarnya, kakek bekerja seperti ini memang karena ada alasannya. Dulu, suatu kali, kakek hidup bahagia bersama keluarga. Suatu kali, kakek pergi bersama istri dan anak, mengendarai motor di jalan ini. Sore itu, jalanan sangat ramai. Tiba-tiba ban motor meletus dan motor pun oleng. Kami pun terjatuh dan saat itulah, kakek harus berpisah dengan orang yang disayangi karena mereka meninggal saat sebuah mobil menabrak motor kami yang jatuh.

Belakangan, kakek baru tahu bahwa motor oleng karena beberapa paku yang ada di jalan. Kakek sangat sedih. Dan, satusatunya yang bisa membahagiakan kakek adalah membersihkan jalanan dari kotoran dan paku- paku kecil yang mungkin bisa mencegah orang lain mengalami nasib seperti kakek ini,” terang si orang tua terbata-bata, mengingat kejadian yang memisahkan dengan orang-orang yang dicintainya.

“Hal kecil inilah yang membuatku terus bisa merasa dekat dengan mereka yang meninggalkanku lebih cepat.” Tak terasa, air mata mengalir di pipi si pemuda. Ia tak menyangka, di balik keceriaan si orang tua, ada kisah sedih yang mendasari pengabdiannya.

Dan, yang lebih membuat terpana, kesedihan itu bukannya membuatnya tenggelam dalam duka, tapi justru mendorongnya untuk bekerja demi menyelamatkan orang lain agar tak mengalami nasib sepertinya. Tindakan kecil itu mungkin tak akan pernah disadari manfaatnya oleh para pengguna jalan. Tapi, hal itu sudah cukup membuat si orang tua selalu bahagia, sekaligus mengenang kehangatan bersama keluarganya.

The Cup of Wisdom

Orang-orang seperti si orang tua dalam kisah tadi, barangkali perannya sering tak kita sadari. Tapi, mereka inilah yang kerap mengabdi pada profesinya seperti juga penyapu jalan, tukang sampah, petugas layanan publik, atau profesi lainnya dengan setulus hati, akan menjadi manusia yang seutuhnya.

Mungkin, jasanya kurang sebanding dengan upah yang diterima. Tetapi, mereka terus bekerja dan bekerja, demi kebaikan sesama. Barangkali, mereka memang tak akan dikenang seperti pahlawan, tapi mereka adalah “bibit” kehidupan yang mungkin perannya justru bisa mengubah hidup banyak orang. Sebab bisa jadi, apa yang dilakukan, menyelamatkan, memudahkan, dan membantu orang lain untuk berkembang.

Mari, jangan pernah meremehkan apa yang kita lakukan. Jangan pernah mengecilkan peran apa pun yang kita emban. Mungkin saja, apa yang telah, sedang, dan yang akan kita lakukan justru memberi kekuatan yang membawa kebaikan bagi banyak orang. Apa pun yang kita lakukan saat ini, syukuri.

Lakukan pekerjaan dengan tekun, tulus, ikhlas. Maka semua yang dijalankan, pasti akan menghadirkan kebaikan dan kebahagiaan. Salam sukses luar biasa!
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6879 seconds (0.1#10.140)