Utang Dolar Tekan Kinerja Emiten Telekomunikasi
A
A
A
JAKARTA - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini harus diwaspadai sejumlah emiten operator telekomunikasi nasional.
Berlanjutnya penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi menekan kinerja keuangan perusahaan.
“Berdasarkan laporan keuangan tahunan sejumlah emiten operator telekomunikasi, terlihat beberapa mengalami rugi karena memiliki utang yang besar dalam dolar AS,” kata analis dari Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta kemarin. Tiga operator telekomunikasi yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT) dilaporkan telah menyampaikan kinerja keuangan tahun buku 2014 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari laporan keuangan tiga operator yang menguasai sekitar 85% pangsa pasar telekomunikasi nasional itu, terlihat hanya Telkom yang mencatat keuntungan di tengah pukulan kondisi makro, terutama depresiasi rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2014. Menurutnya, pertumbuhan yang dialami emiten telekomunikasi biasanya cerminan dari fokus pembangunan infrastruktur dan pemasaran yang dilakukan.
Indosat sesungguhnya sudah mencoba mengonversi sebagian utang dolarnya ke rupiah, sedangkan XL lebih karena aksi korporasi membeli Axis dan berutang dalam dolar AS. “Kalau dilihat, Telkom konsisten dalam membangun jaringan serta pemasaran karena itu bisa tumbuh dan untung,” paparnya. Untuk catatan, Telkom sepanjang 2014 meraih pendapatan Rp89,70 triliun, tumbuh 8,11% dibanding tahun sebelumnya.
Perseroan juga mampu menekan rugi selisih kurs sepanjang 12 bulan sebesar 94,38% menjadi Rp14 miliar dibanding 2013. Akibat itu, laba tahun berjalan perseroan naik 5,72% dibanding tahun sebelumnyamenjadiRp21,45triliun. Sementara itu, EXCL tahun lalu membukukan rugi Rp891 miliar, berbanding terbalik dengan 2013 yang untung Rp1,033 triliun.
Induk usaha Indosat, Ooredoo, telah mengumumkan kinerjanya secara grup dan anak-anak usaha di portal resmi korporasinya pekan lalu. Indosat pada 2014 diprediksi merugi sebesar USD154,8 juta atau setara Rp2,036 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS) . Keberhasilan Telkom mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan tahun lalu ditambah ekspektasi pertumbuhan ke depan mendorong sejumlah analis menaikkan target harga saham dengan kode TLKM untuk 12 bulan ke depan.
RHB OSK Securities merevisi naik target harga saham TLKM dari Rp3.200 menjadi Rp3.600 dengan rekomendasi beli. CIMB Securities juga merevisi naik target harga saham TLKM. Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia ini direkomendasikan add (potensi return di atas 10%) dengan target harga dinaikkan dari Rp2.950 menjadi Rp3.200.
Heru febrianto
Berlanjutnya penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi menekan kinerja keuangan perusahaan.
“Berdasarkan laporan keuangan tahunan sejumlah emiten operator telekomunikasi, terlihat beberapa mengalami rugi karena memiliki utang yang besar dalam dolar AS,” kata analis dari Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta kemarin. Tiga operator telekomunikasi yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT) dilaporkan telah menyampaikan kinerja keuangan tahun buku 2014 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari laporan keuangan tiga operator yang menguasai sekitar 85% pangsa pasar telekomunikasi nasional itu, terlihat hanya Telkom yang mencatat keuntungan di tengah pukulan kondisi makro, terutama depresiasi rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2014. Menurutnya, pertumbuhan yang dialami emiten telekomunikasi biasanya cerminan dari fokus pembangunan infrastruktur dan pemasaran yang dilakukan.
Indosat sesungguhnya sudah mencoba mengonversi sebagian utang dolarnya ke rupiah, sedangkan XL lebih karena aksi korporasi membeli Axis dan berutang dalam dolar AS. “Kalau dilihat, Telkom konsisten dalam membangun jaringan serta pemasaran karena itu bisa tumbuh dan untung,” paparnya. Untuk catatan, Telkom sepanjang 2014 meraih pendapatan Rp89,70 triliun, tumbuh 8,11% dibanding tahun sebelumnya.
Perseroan juga mampu menekan rugi selisih kurs sepanjang 12 bulan sebesar 94,38% menjadi Rp14 miliar dibanding 2013. Akibat itu, laba tahun berjalan perseroan naik 5,72% dibanding tahun sebelumnyamenjadiRp21,45triliun. Sementara itu, EXCL tahun lalu membukukan rugi Rp891 miliar, berbanding terbalik dengan 2013 yang untung Rp1,033 triliun.
Induk usaha Indosat, Ooredoo, telah mengumumkan kinerjanya secara grup dan anak-anak usaha di portal resmi korporasinya pekan lalu. Indosat pada 2014 diprediksi merugi sebesar USD154,8 juta atau setara Rp2,036 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS) . Keberhasilan Telkom mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan tahun lalu ditambah ekspektasi pertumbuhan ke depan mendorong sejumlah analis menaikkan target harga saham dengan kode TLKM untuk 12 bulan ke depan.
RHB OSK Securities merevisi naik target harga saham TLKM dari Rp3.200 menjadi Rp3.600 dengan rekomendasi beli. CIMB Securities juga merevisi naik target harga saham TLKM. Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia ini direkomendasikan add (potensi return di atas 10%) dengan target harga dinaikkan dari Rp2.950 menjadi Rp3.200.
Heru febrianto
(ars)