Custom Homes Mulai Jadi Tren
A
A
A
PT Paramount Land menghadirkan hunian dengan konsep custom homes di perumahan Gading Serpong, Tangerang. Di sini, konsumen dapat memilih rumah sesuai selera dan kebutuhan. Sebanyak 1.010 unit rumah custom ditawarkan di Malibu Village yang berada di area seluas 11 hektare.
Tersedia rumah custom tipe LB/LT: 55/48 dan 68/56 yang dipasarkan mulai Rp800 jutaan per unit. Malibu Village menawarkan 9 gaya rumah, masing-masing memiliki dua desain fasad berbeda, yaitu gaya Classic, American, Scandinavian, Japan, Mediteranian, Modern, Victorian, Colonial, dan Art Deco.
Aryo Tri Ananto, Direktur Paramount Land, mengatakan, “Dengan konsep custom homes , kami ingin memberi kesempatan kepada para konsumen mendesain rumahnya sesuai dengan keinginan pribadi. Setiap unit rumah di Malibu Village memiliki dua kamar tidur dengan kamar tidur utama yang luas, satu kamar tidur untuk asisten rumah tangga, dapur, gudang dan ruang jemur.
Ditambah adanya garansi kebocoran selama 24 bulan.” Pamount Land bekerja sama dengan Indonesia Property Watch menggelar acara roadshow seminar “Indonesian Property Outlook 2015” di 10 kota besar di Indonesia. Menurut Ali, pada tahun 2015 akan menjadi tonggak kebangkitan properti Indonesia.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi tersebut, antara lain inflasi, BI rate , dan bunga KPR. Kebijakan pemerintah yang menurunkan BI rate dari 7,75% ke level 7,5% beberapa waktu lalu disambut baik oleh pasar. Hal ini meningkatkan daya beli masyarakat, terutama konsumen yang akan membeli rumah.
Selain itu, adanya cadangan dana pemerintah dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang akan dialihkan untuk menggenjot infrastruktur memberikan keuntungan bagi pembangunan properti. “Industri properti menengah atas mulai jenuh dan bergeser ke segmen menengah yang sebagian besar adalah end user (pengguna),” kata Ali.
Oleh karena itu, saat ini pengembang telah membidik pasar tersebut dengan melakukan strategi resizing dengan menjual tipe-tipe yang lebih kecil dengan harga berkisar antara Rp500 juta- Rp1 miliar yang akan menjadi primadona pasar properti. Di sisi lain, menurut Ali, ada beberapa lokasi yang menunjukkan pertumbuhan dan menyimpan potensi pasar yang tinggi, di antaranya kawasan Serpong-Tangerang.
Dengan melihat analisis di atas dapat disimpulkan bahwa optimistis sektor properti akan berjalan positif pada tahun ini, khususnya untuk rumah tapak (residential ). Namun, pengembang harus jeli memanfaatkan pasar dan memberikan strategi yang tepat dengan menawarkan produk yang berbeda dan sesuai keinginan konsumen.
Andreas Nawawi, Managing Director Paramount Land, menyampaikan pada 2014 dan awal 2015 ini, semua sektor usaha mengalami koreksi, termasuk industri properti. Namun, perlambatan siklus pasar ini bukan berarti bisnis dan peluang investasi tidak berkembang. “Nilai properti akan terus meningkat karena properti merupakan objek investasi sepanjang masa,” ujarnya.
Rendra hanggara/muhamad marwan
Tersedia rumah custom tipe LB/LT: 55/48 dan 68/56 yang dipasarkan mulai Rp800 jutaan per unit. Malibu Village menawarkan 9 gaya rumah, masing-masing memiliki dua desain fasad berbeda, yaitu gaya Classic, American, Scandinavian, Japan, Mediteranian, Modern, Victorian, Colonial, dan Art Deco.
Aryo Tri Ananto, Direktur Paramount Land, mengatakan, “Dengan konsep custom homes , kami ingin memberi kesempatan kepada para konsumen mendesain rumahnya sesuai dengan keinginan pribadi. Setiap unit rumah di Malibu Village memiliki dua kamar tidur dengan kamar tidur utama yang luas, satu kamar tidur untuk asisten rumah tangga, dapur, gudang dan ruang jemur.
Ditambah adanya garansi kebocoran selama 24 bulan.” Pamount Land bekerja sama dengan Indonesia Property Watch menggelar acara roadshow seminar “Indonesian Property Outlook 2015” di 10 kota besar di Indonesia. Menurut Ali, pada tahun 2015 akan menjadi tonggak kebangkitan properti Indonesia.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi tersebut, antara lain inflasi, BI rate , dan bunga KPR. Kebijakan pemerintah yang menurunkan BI rate dari 7,75% ke level 7,5% beberapa waktu lalu disambut baik oleh pasar. Hal ini meningkatkan daya beli masyarakat, terutama konsumen yang akan membeli rumah.
Selain itu, adanya cadangan dana pemerintah dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang akan dialihkan untuk menggenjot infrastruktur memberikan keuntungan bagi pembangunan properti. “Industri properti menengah atas mulai jenuh dan bergeser ke segmen menengah yang sebagian besar adalah end user (pengguna),” kata Ali.
Oleh karena itu, saat ini pengembang telah membidik pasar tersebut dengan melakukan strategi resizing dengan menjual tipe-tipe yang lebih kecil dengan harga berkisar antara Rp500 juta- Rp1 miliar yang akan menjadi primadona pasar properti. Di sisi lain, menurut Ali, ada beberapa lokasi yang menunjukkan pertumbuhan dan menyimpan potensi pasar yang tinggi, di antaranya kawasan Serpong-Tangerang.
Dengan melihat analisis di atas dapat disimpulkan bahwa optimistis sektor properti akan berjalan positif pada tahun ini, khususnya untuk rumah tapak (residential ). Namun, pengembang harus jeli memanfaatkan pasar dan memberikan strategi yang tepat dengan menawarkan produk yang berbeda dan sesuai keinginan konsumen.
Andreas Nawawi, Managing Director Paramount Land, menyampaikan pada 2014 dan awal 2015 ini, semua sektor usaha mengalami koreksi, termasuk industri properti. Namun, perlambatan siklus pasar ini bukan berarti bisnis dan peluang investasi tidak berkembang. “Nilai properti akan terus meningkat karena properti merupakan objek investasi sepanjang masa,” ujarnya.
Rendra hanggara/muhamad marwan
(bbg)