Perbedaan Investasi Properti denganInvestasi Finansial

Rabu, 18 Maret 2015 - 09:27 WIB
Perbedaan Investasi Properti denganInvestasi Finansial
Perbedaan Investasi Properti denganInvestasi Finansial
A A A
Investasi properti berbeda dengan investasi finansial seperti saham, obligasi, deposito, sertifikat SBI, dan lain-lain. Investasi properti berwujud barang (tanah dan bangunan), sementara investasi finansial berbentuk kertas yang bernilai.

Perbedaan yang paling hakiki adalah investasi finansial seperti saham sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh seorang investor. Artinya, kenaikan nilai saham sangat bergantung pada kenaikan kinerja sebuah perusahaan dalam meningkatkan laba atau keuntungan agar terus bertumbuh.

Akan tetapi, sejarah membuktikan keberadaan perusahaanperusahaan yang ada di dunia ini datang dan pergi. Contoh yang paling hangat adalah perusahaan sekuritas Lehman Brothers yang ambruk pada 2008 lalu setelah 158 tahun berdiri. Perusahaan-perusahaan apa pun dan sebesar apa pun pasti rentan terhadap terpaan krisis, terutama krisis keuangan global seperti yang terjadi pada 2008.

Hal ini berbeda dengan properti yang umurnya lebih panjang, bahkan bisa dikatakan abadi. Contohnya, tanah di Jakarta sudah dihuni oleh berbagai macam orang secara bergantian dan turun-temurun, tetapi tanah tersebut masih utuh. Itulah yang membuat propertimenjadi investasi yang sangat solid, karena tanah tidak berubah dan lokasinya tidak bergeser.

Jadi secara jangka panjang, investasi properti tidak sebanding dengan investasi lain di sektor finansial. Secara singkat, ada tiga belas faktor yang membedakan investasi properti dengan investasi finansial. Pendapatan potensial properti didapat dari hasil menyewakan properti tersebut& mdash;bisa berupa rumah, ruko, atau kios kepada pihak lain.

Nilai sewa bergantung pada harga pasar dan kemampuan penghuni untuk membayar sewa padawaktu tertentu. Di sisi lain, investasi di sektor finansial seperti deposito, pendapatan yang diperoleh berupa bunga (interest), sementara berinvestasi dalam bentuk saham akanmendapat dividen setiap tahun.

Kenaikan harga sewa properti tentu saja lebih pasti ketimbang kenaikan hasil saham dan lain-lain, karena pada dasarnya semua orang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan ruko atau kios sebagai tempat berusaha.Nilai sewa properti tergantung pada nilai ekonominya, sementara nilai yang diperoleh dari sektor finansial tergantung pada kinerja perusahaan dan kondisi ekonomi yang terjadi pada saat itu.

Bisa dipastikan, dalam kondisi ekonomi yang paling buruk pun investasi properti relatif akan selalu menguntungkan, karena properti adalah kebutuhan primer manusia. Karena memiliki sifat langka, harga tanah dan bangunan sudah pasti akan naik relatif terhadap harga-harga barang lain. Pasalnya, faktor kelangkaan menciptakan nilai ekonomi tersendiri. Contohnya, sebuah rumah yang terletak di lokasi yang secara ekonomi terus bertumbuh.

Bila pertumbuhan ekonomi terus meningkat di lokasi itu, semakin banyak orang yang ingin tinggal di daerah tersebut, untuk sekadar tinggal, berdagang, atau bersekolah. Karena jumlah rumah di sana tetap, maka harga rumah pun menjadi tinggi. Infrastruktur dan pembangunan jalan yang baik di kawasan tersebut juga dapatmendongkrak harga rumah.

Potensi kenaikan harga rumah pun semakin tinggi apabila rumah diperbaiki atau dibuat dengan langgam arsitektur yang bagus. Hal ini tentu saja berbeda dengan investasi di sektor finansial. Harga selembar saham akan naik jika kinerja perusahaanmenurun atau memburuk. Sementara itu, pemilik sahamtidak bisa mengubah kenaikan harga saham sekehendak hati.Kenaikan harga tanah dan bangunan setiap tahunnya sudahterbukti lebihtinggi dari laju inflasi.Kenaikan harga tanah di lokasi yang berkembang minimal15% sementara tingkat inflasi berada di bawahangka 10%.

Di sisi lain, harga semen, baja,dan besi selalu naik di atas tingkat inflasi, yakni rata-rata 10- 12%. Inilah yang menyebabkan tanahdan bangunanberupa rumahruko, dan apartemen merupakan aset yang paling tahan terhadap gerusan inflasi. Sebaliknya, sektor finansial sangat sulit menghadang inflasi, karena investasi berupauang (kertas),nilainya bisa termakan inflasi.Kondisi ini menyebabkan investor disektor financial tidakbisa memeliharadayabelimereka.

Likuiditas merupakankelemahanproperti karena memerlukanwaktuyang relatif cukup lama untuk dijual, terutamaketika pemilik propertimembutuhkanuang cash .Dalam kasus Indonesia, untuk menjualproperti kitamemerlukanwaktu sekitar tiga bulan. Sementaradi sektor finansial,nyaris setiap saat seorang investor bisa mencairkandananya.

Pasar properti sangat tergantung lokasi.Dengan demikian, penjual dan pembeli tidakmungkin bersaing secara sempurna. Berbeda dengan pasar finansial, di mana hampir semua pembeli dan penjualmengetahui informasi yang sama terhadap sebuah produk. Ini menyebabkan pasar finansial disebut pasar yang nyaris sempurna.

DR IR PANANGIAN SIMANUNGKALIT MSC
Pendiri Panangian School of Property
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3368 seconds (0.1#10.140)