Indonesia Bergerak ke Arah Baru

Sabtu, 21 Maret 2015 - 10:31 WIB
Indonesia Bergerak ke...
Indonesia Bergerak ke Arah Baru
A A A
NEW YORK - Fleksibilitas kurs mata uang dan manajemen makroekonomi selama 18 bulan terakhir telah memperkuat kredibilitas kebijakan dan ketangguhan Indonesia menghadapi guncangan.

Para ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan hal itu dalam laporan hasil survei kesehatan ekonomi di berbagai negara di dunia. “Fundamental makroekonomi dan cadangan devisa Indonesia juga menguat melakukan kerangka kebijakan yang jelas dan koordinasi kebijakan yang lebih baik,” papar laporan tersebut, dalam website IMF kemarin.

Dalam penilaian tahunan kondisi ekonomi Indonesia, para ekonom IMF menyatakan, pemerintah negara itu mengambil aksi kebijakan yang tegas menghadapi berakhirnya quantitative easing (QE) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) dan menurunnya harga komoditas.

Pasar merespons dengan baik, dibuktikan dengan masuknya investasi asing dalam jumlah besar pada 2014, didukung oleh berbagai faktor global. “Pertumbuhan Indonesia diperkirakan 5,25% tahun ini,” ungkap laporan IMF.

Outlook jangka pendek ini secara umum positif, meski permintaan lemah untuk ekspor komoditas dan ketidakpastian global. Didukung oleh perkiraan peningkatan investasi publik, pertumbuhan dapat mencapai sekitar 5,25% tahun ini. Inflasi harus sesuai target Bank Indonesia sebesar 3-5% pada 2015, sesuai dengan keadaan moneter saat ini dan harga bahan bakar yang turun.

Defisit transaksi berjalan akan berkurang, dengan tagihan impor minyak yang lebih kecil yang mengimbangi ekspor komoditas non-minyak yang lebih rendah, sementara cadangan devisa akan tetap mencukupi.

“Meski demikian, risiko tetap ada, sebagian besar dari luar negeri. Yang paling utama bagi Indonesia ialah melemahnya pasar di negara berkembang yang menjadi mitra dagang dan meningkatnya guncangan pasar keuangan global,” ungkap laporan IMF.

Risiko-risiko tersebut dapat meningkatkan potensi kerentanan dalam sektor perbankan dan korporat. Reformasi yang lebih lamban dibandingkan rencana mungkin juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

“Sesuai kesimpulan pada Maret, Indonesia berada dalam transisi menuju model pertumbuhan baru. Dengan harga komoditas yang turun, para pembuat kebijakan berupaya mengubah ekonomi dari berbasis komoditas menjadi lebih pada pertumbuhan yang didorong daya saing,” papar laporan IMF.

Selama lima tahun terakhir kontribusi sektor komoditas pada produk domestik bruto (PDB) menurun sekitar 5% poin, dengan permintaan melemah di beberapa pasar penting, terutama China. Barubaru ini ekspor manufaktur menguat, didukung oleh investasi langsung asing dan melemahnya rupiah.

“Meski demikian, diperlukan lebih banyak kerja keras untuk mengembangkan penggerak baru pertumbuhan,” ungkap laporan IMF.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0697 seconds (0.1#10.140)