Penjualan Rumah Baru AS Meningkat
A
A
A
WASHINGTON - Penjualan rumah baru untuk keluarga tunggal di Amerika Serikat (AS) meningkat pada Februari, ke level tertinggi dalam tujuh tahun. Ini merupakan peningkatan dalam tiga bulan berturut-turut.
Penjualan rumah baru naik 7,8% pada Februari, dari Januari, menjadi tingkat tahunan 539.000 unit. Sebagian besar analis memperkirakan penurunan 3,3% pada bulan tersebut, yang biasanya ditandai oleh musim dingin yang buruk di sebagian besar wilayah AS. ”Dibandingkan setahun lalu, penjualan rumah baru pada Februari naik 24,8%,” ungkap laporan Departemen Perdagangan AS, dikutip kantor berita AFP .
Pada Februari harga rata-rata rumah baru turun 4,8% menjadi USD275.500. Jumlah rumah baru di pasar pada akhir Februari sebanyak 210.000. Pada level penjualan saat ini, itu mewakili suplai 4,7 bulan. ”Ini memberikan dampak positif pada jumlah perusahaan dan memberi dukungan untuk beberapa bulan mendatang,” papar Jennifer Lee dari BMO Capital Markets dalam catatan risetnya.
Adapun, harga konsumen AS naik pada Februari saat harga energi kembali menguat. Indeks harga konsumen (consumer price index /CPI) naik 0,2% bulan per bulan pada Februari, setelah tiga bulan berturut- turut melemah, termasuk penurunan 0,7% pada Januari. Itu menjadi penurunan paling tajam sejak krisis keuangan 2008.
Dibandingkan setahun lalu, CPI tidak berubah. Pada Januari indeks melemah 0,1%, penurunan selama 12 bulan berturut- turut sejak Oktober 2009. CPI inti juga naik 0,2% setelah peningkatan 0,1% pada Januari. Harga energi naik 1% pada Februari, setelah penurunan tujuh bulan berturut-turut saat harga minyak mentah stabil dari penurunan drastis sejak Juni.
Harga bensin naik 2,4% setelah turun 18,7% pada Januari. Harga pangan naik 0,2% setelah flat pada Januari, kembali ke penguatan yang sama pada kuartal IV/2014. CPI memberi gambaran tentang inflasi di negara ekonomi terbesar dunia tersebut. Data Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi turun 0,2% pada Januari dari setahun lalu.
”Harga minyak global menguat dan apresiasi dolar AS akan berlanjut untuk menurunkan tekanan pada harga inti,” ungkap Ryan Sweet dari Moody’s Analytics. ”CPI Februari tidak meningkatkan kemungkinan Fed mempercepat normalisasi suku bunga pada Juni.”
Adapun, saham-saham Wall Street turun pada Selasa (24/3) setelah data ekonomi positif yang mengurangi spekulasi Fed mempercepat menaikkan suku bunga. Dow Jones Industrial Average turun 104,90 poin atau 0,58% menjadi 18.011,14.
Indeks S&P 500 turun 12,92 atau 0,61% menjadi 2.091,50. Indeks Nasdaq turun 16,25 poin atau 0,32% menjadi 4.994,73. ”Data ekonomi menunjukkan berkurangnya kemungkinan Fed akan segera menaikkan suku bunga,” tutur Chris Low, kepala ekonom dari FTN Financial.
Sam Stovall, kepala strategis investasi di S&P Capital IQ menjelaskan, para investor mulai fokus pada laba kuartal I/2015. Sektor energi diproyeksikan melaporkan penurunan laba dan sektor lain diperkirakan juga melemah. ”Kekhawatiran seperti itu sekarang meningkat,” ujarnya.
Meskipun penurunan di Nasdaq, beberapa perusahaan teknologi sahamnya naik. Facebook naik 1,0%, Netflix menguat 3,1% dan Twitter naik 6,2%. Google naik 2,0% seiring laporan bahwa perusahaan itu mempekerjakan Chief Financial Officer (CFO) Morgan Stanley Ruth Porat untuk menduduki pos yang sama di perusahaan teknologi tersebut.
Morgan Stanley yang mempromosikan Jonathan Pruzan dari sektor investasi perbankan menjadi CFO, harga sahamnya turun 0,2%. Sebelumnya dilaporkan, Fed diperkirakan mulai menaikkan suku bunga tahun ini meskipun tahapannya belum dapat dipastikan.
Orang paling berpengaruh nomor dua di Fed, Stanley Fischer, mengungkapkan hal itu awal pekan ini. Menurut dia, para pembuat kebijakan akan memutuskan langkah-langkah selanjutnya dalam setiap rapat mendatang.
Fischer tampaknya ingin memberi pernyataan yang kurang dapat ditebak mengenai kebijakan moneter di masa depan, saat data dan berbagai risiko geopolitik dapat membuat Fed menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Syarifudin
Penjualan rumah baru naik 7,8% pada Februari, dari Januari, menjadi tingkat tahunan 539.000 unit. Sebagian besar analis memperkirakan penurunan 3,3% pada bulan tersebut, yang biasanya ditandai oleh musim dingin yang buruk di sebagian besar wilayah AS. ”Dibandingkan setahun lalu, penjualan rumah baru pada Februari naik 24,8%,” ungkap laporan Departemen Perdagangan AS, dikutip kantor berita AFP .
Pada Februari harga rata-rata rumah baru turun 4,8% menjadi USD275.500. Jumlah rumah baru di pasar pada akhir Februari sebanyak 210.000. Pada level penjualan saat ini, itu mewakili suplai 4,7 bulan. ”Ini memberikan dampak positif pada jumlah perusahaan dan memberi dukungan untuk beberapa bulan mendatang,” papar Jennifer Lee dari BMO Capital Markets dalam catatan risetnya.
Adapun, harga konsumen AS naik pada Februari saat harga energi kembali menguat. Indeks harga konsumen (consumer price index /CPI) naik 0,2% bulan per bulan pada Februari, setelah tiga bulan berturut- turut melemah, termasuk penurunan 0,7% pada Januari. Itu menjadi penurunan paling tajam sejak krisis keuangan 2008.
Dibandingkan setahun lalu, CPI tidak berubah. Pada Januari indeks melemah 0,1%, penurunan selama 12 bulan berturut- turut sejak Oktober 2009. CPI inti juga naik 0,2% setelah peningkatan 0,1% pada Januari. Harga energi naik 1% pada Februari, setelah penurunan tujuh bulan berturut-turut saat harga minyak mentah stabil dari penurunan drastis sejak Juni.
Harga bensin naik 2,4% setelah turun 18,7% pada Januari. Harga pangan naik 0,2% setelah flat pada Januari, kembali ke penguatan yang sama pada kuartal IV/2014. CPI memberi gambaran tentang inflasi di negara ekonomi terbesar dunia tersebut. Data Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi turun 0,2% pada Januari dari setahun lalu.
”Harga minyak global menguat dan apresiasi dolar AS akan berlanjut untuk menurunkan tekanan pada harga inti,” ungkap Ryan Sweet dari Moody’s Analytics. ”CPI Februari tidak meningkatkan kemungkinan Fed mempercepat normalisasi suku bunga pada Juni.”
Adapun, saham-saham Wall Street turun pada Selasa (24/3) setelah data ekonomi positif yang mengurangi spekulasi Fed mempercepat menaikkan suku bunga. Dow Jones Industrial Average turun 104,90 poin atau 0,58% menjadi 18.011,14.
Indeks S&P 500 turun 12,92 atau 0,61% menjadi 2.091,50. Indeks Nasdaq turun 16,25 poin atau 0,32% menjadi 4.994,73. ”Data ekonomi menunjukkan berkurangnya kemungkinan Fed akan segera menaikkan suku bunga,” tutur Chris Low, kepala ekonom dari FTN Financial.
Sam Stovall, kepala strategis investasi di S&P Capital IQ menjelaskan, para investor mulai fokus pada laba kuartal I/2015. Sektor energi diproyeksikan melaporkan penurunan laba dan sektor lain diperkirakan juga melemah. ”Kekhawatiran seperti itu sekarang meningkat,” ujarnya.
Meskipun penurunan di Nasdaq, beberapa perusahaan teknologi sahamnya naik. Facebook naik 1,0%, Netflix menguat 3,1% dan Twitter naik 6,2%. Google naik 2,0% seiring laporan bahwa perusahaan itu mempekerjakan Chief Financial Officer (CFO) Morgan Stanley Ruth Porat untuk menduduki pos yang sama di perusahaan teknologi tersebut.
Morgan Stanley yang mempromosikan Jonathan Pruzan dari sektor investasi perbankan menjadi CFO, harga sahamnya turun 0,2%. Sebelumnya dilaporkan, Fed diperkirakan mulai menaikkan suku bunga tahun ini meskipun tahapannya belum dapat dipastikan.
Orang paling berpengaruh nomor dua di Fed, Stanley Fischer, mengungkapkan hal itu awal pekan ini. Menurut dia, para pembuat kebijakan akan memutuskan langkah-langkah selanjutnya dalam setiap rapat mendatang.
Fischer tampaknya ingin memberi pernyataan yang kurang dapat ditebak mengenai kebijakan moneter di masa depan, saat data dan berbagai risiko geopolitik dapat membuat Fed menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Syarifudin
(ftr)