BBG, Pilihan Hemat untuk Angkutan Rakyat

Jum'at, 27 Maret 2015 - 09:13 WIB
BBG, Pilihan Hemat untuk...
BBG, Pilihan Hemat untuk Angkutan Rakyat
A A A
Belakangan ini, hampir tak asing lagi melihat beragam angkutan umum dengan tulisan atau stiker CNG/ BBG di badan kendaraan.

Kendaraan- kendaraan itu cukup banyak berseliweran di jalan-jalan Ibu Kota dan sekitarnya. Itu terjadi setelah pemerintah mulai serius berupaya mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Awalnya memang tak mudah, karena harus menyiapkan infrastruktur baru.

Melalui PT Pertamina (Persero), duatiga tahun lalu, infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) pun mulai dibangun di Jakarta menggunakan kas internal BUMN energi tersebut. Tapi, pelan-pelan kendaraan umum yang kini menggunakan BBG mulai banyak setelah merasakan kelebihan bahan bakar alternatif tersebut.

Punto Wiryono (35) misalnya, pengemudi bajai biru pengguna BBG mengaku lebih senang menggunakan gas ketimbang BBM konvensional. Menurut dia, sejak menggunakan BBG, pengeluaran untuk bahan bakar menjadi jauh lebih irit. ”Lebih irit, hanya Rp25.000–30.000 (per hari),” ujarnya kepada KORAN SINDO baru-baru ini.

Tentu penggunaan gas lebih efisien, mengingat harga jual BBG di Jabodetabek hanya dibanderol Rp3.100 per liter setara premium (LSP), kurang dari setengah harga premium yang kini mencapai Rp6.900 per liter. ”Sudah begitu enggak berisik, penumpang lebih senang,” tuturnya.

Hal senada dikatakan pengemudi bajai lainnya, Ilham, 25, yang mengaku bisa menghemat lebih dari Rp500.000 per bulan setelah menggunakan BBG. Namun, tantangan untuk mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan ini masih banyak. Seperti dikatakan Ilham, terkadang dia harus menempuh jarak cukup jauh untuk mengisi gas. ”Saya biasa isi di (SPBG) Mampang, sementara saya mutermuterdi Thamrin,” kata dia.

Selain infrastruktur, kendala lainnya adalah harga kendaraan pengguna gas yang masih relatif mahal. Rinto menyebutkan, untuk membeli bajai BBG, ia harus menyiapkan Rp140 juta. ”Ini yang membuat beberapa kawan masih bertahan dengan bajai lama yang pakai BBM,” katanya.

Terlepas dari itu, penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan menjamin masa depan yang lebih baik, terkait finansial maupun lingkungan. Gas menawarkan efisiensi yang lebih besar dan juga ramah lingkungan. Berdasarkan data Pertamina, LGV (liquefied gas for vehicle) kini menempati urutan ketiga bahan bakar transportasi yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah bensin dan solar.

Di seluruh dunia, LGV digunakan lebih dari 23 juta kendaraan. Bahkan, di beberapa negara maju di Eropa dan Asia, porsi penggunaan LGV lebih besar dari BBM. Harus diakui, di dalam negeri penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan belum sepopuler itu. Pertamina pun baru mengoperasikan sebanyak 23 unit stasiun pengisian di beberapa kota.

Konsumsi CNG dengan merek Envogas maupun LGV dengan merek Vi- Gas yang dijual Pertamina juga baru sekitar 0,1% dari konsumsi BBM konvensional. Namun, tren penggunaannya terus tumbuh. Pertamina mencatat, khusus untuk Vi- Gas, konsumsinya meningkat rata-rata sekitar 40% per tahun dari semula189 kiloliter (kl) pada 2008 menjadi 913 kl pada 2013.

Berdasar tren tersebut, perusahaan energi pelat merah itu yakin, masyarakat akan menerima gas sebagai alternatif BBM di masa mendatang. Karena itu, Pertamina menargetkan untuk membangun 150 unit penjualan Vi-Gas dan Envogas di SPBU secara terintegrasi setiap tahun. Pemerintah, harusnya memanfaatkan momentum tersebut untuk memasyarakatkan penggunaan BBG.

Selain mendorong pembangunan infrastruktur gas, pemerintah bisa menyiapkan kebijakan insentif agar harga kendaraan dual fuel lebih terjangkau. Dengan begitu, tujuan program konversi bahan bakar untuk menciptakan efisiensi dalam skala nasional bisa diwujudkan.

Jika itu dicapai, tak hanya ketahanan energi yang meningkat, impor bahan bakar yang selama ini membebani negara juga bisa ditekan. Manfaatnya akan sangat terasa jika suatu saat harga minyak dunia kembali membubung tinggi.

Nanang Wijayanto
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0614 seconds (0.1#10.140)