Raih Masa Depan lewat Asuransi
A
A
A
Berasuransi layaknya menabung, berinvestasi untuk menjamin hari tua, masa depan anak, bahkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Terlebih, saat ini masyarakat modern lebih memilih berinvestasi dan melindungi hal yang menurut mereka berharga untuk masa depan.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan, berasuransi bisa diartikan sebagai investasi di masa depan. Sekaligus cara menjamin kesejahteraan keluarga, terlebih lagi bagi yang sudah memiliki anak. ”Bisa dibayangkan jika kita terus meningkatkan aset tanpa memberikan perlindungan kepada si pencari aset tersebut,” ucap dia saat dihubungi.
Itulah sebabnya, perlindungan diri terhadap risiko jiwa atau kesehatan perlu diantisipasi secara bijak. Demikian pula dengan kekayaan aset yang dimiliki masyarakat. Jangan sampai deposito berkurang atau aset lenyap karena tidak ada perlindungan. Pasti, tidak ada yang menginginkan hasil deposito, emas, harta kekayaan, ataupun tabungan terkuras untuk membayar biaya yang tidak diharapkan.
Peranan industri asuransi jiwa tidak saja penting dalam memproteksi masyarakat, tapi juga sangat strategis, mengingat investasi industri ini juga berkontribusi langsung terhadap pembangunan perekonomian di Indonesia. Investor domestik, khususnya nasabah asuransi jiwa yang membeli produk-produk asuransi jiwa terkait investasi, merupakan salah satu sumber pendanaan jangka panjang yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Belum lagi kenyataan bahwa perusahaan- perusahaan asuransi jiwa mengalokasikan mayoritas investasi mereka di pasar modal Indonesia yang tentunya membuat industri asuransi jiwa berada pada posisi yang semakin kuat sebagai salah satu pilar ekonomi negeri ini. AAJI mencatat, pada 2014 total investasi dari industri asuransi jiwa mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah total investasi industri asuransi jiwa meningkat 26,8% pada 2014, menjadi Rp318,87 triliun dari Rp251,50 triliun di tahun sebelumnya. ”Kenaikan investasi tersebut berkontribusi pada peningkatan total aset industri asuransi jiwa. Adapun, peningkatan total aset sebesar 25,7%, menjadi Rp364,02 triliun dari Rp289,71 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya,” jelas dia.
Plt Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menambahkan, tidak ada seorang pun yang mengetahui masa depan. Itulah sebabnya, sebaiknya sejak berusia muda sudah memiliki premi asuransi. Harga premi yang ditawarkan akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan orang yang berusia lanjut. ”Perusahaan asuransi beranggapan, risiko nasabah muda jauh lebih minim,” ujar dia. Togar menambahkan, mumpung masih sehat, berusia muda, dan mampu, masyarakat bisa melindungi diri beserta keluarga.
Apalagi, setelah muda ada masa tua, sedangkan usia, sehat, dan mampu tidak diketahui sampai mana batasnya. Menjadi peserta asuransi dan investasi adalah suatu bentuk ikhtiar dalam merencanakan masa depan sekaligus melindungi keluarga. Seperti payung, asuransi akan melindungi masyarakat dari berbagai risiko, yang tentu saja tergantung manfaat yang diambil.
Saat sakit asuransi yang menyelesaikan tagihan rumah sakit. Saat meninggal dunia ahli waris akan menerima santunan sebesar nilai kontrak yang telah disepakati bersama. Begitu pula jika kelak anak-anak mulai sekolah. Nilai investasi yang terbentuk bisa dimanfaatkan untuk masa depan anak-anak, dana pensiun, dan kebutuhan lain di hari tua.
AAJI dan perusahaan anggotanya pun senantiasa berupaya memberikan edukasi perasuransian kepada masyarakat, mengingat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah dan masyarakat pada umumnya tidak memiliki proteksi yang mencukupi. Edukasi tersebut penting dilakukan untuk membantu masyarakat Indonesia agar memahami pentingnya memiliki perlindungan atas masa depan keuangan mereka.
Rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia mencerminkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak maupun belum memahami pentingnya asuransi bagi kehidupan dan perencanaan keuangan mereka. Ini sangat disayangkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Sedangkan, perencana keuangan dari Oneshildt Financial Planning, Risza Bambang, menyebutkan bahwa dengan berasuransi masyarakat sama saja telah melakukan aktivitas lindung nilai (hedging), khususnya kepada sang pencari kekayaan.
Terkadang, masyarakat lupa dan hanya melindungi harta bendanya. Padahal, jika pencari kekayaan sakit, maka kekayaan yang dikumpulkan akan segera habis. Adapun, jenis investasi yang baik di asuransi sangat tergantung pada kebutuhan dari profil investasi masing-masing individu serta kebutuhan di masa mendatang.
Kalau masih muda dan mempunyai horizon cukup panjang, ada baiknya berinvestasi di produk unitlink equity atau obligasi dan itu bisa dilakukan dengan produk unitlink . Kalau telah berusia senior, mungkin lebih baik di tempat yang lebih aman. Masyarakat yang berpenghasilan menengah terus menunjukkan kenaikan.
Kebutuhan untuk proteksi juga semakin tinggi. Adanya pragmatisme pada masyarakat membuat investasi di asuransi akan terus berkembang. ”Selain mendapatkan proteksi, juga mendapatkan investasi yang hasilnya lumayan,” kata Risza.
Hermansah
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan, berasuransi bisa diartikan sebagai investasi di masa depan. Sekaligus cara menjamin kesejahteraan keluarga, terlebih lagi bagi yang sudah memiliki anak. ”Bisa dibayangkan jika kita terus meningkatkan aset tanpa memberikan perlindungan kepada si pencari aset tersebut,” ucap dia saat dihubungi.
Itulah sebabnya, perlindungan diri terhadap risiko jiwa atau kesehatan perlu diantisipasi secara bijak. Demikian pula dengan kekayaan aset yang dimiliki masyarakat. Jangan sampai deposito berkurang atau aset lenyap karena tidak ada perlindungan. Pasti, tidak ada yang menginginkan hasil deposito, emas, harta kekayaan, ataupun tabungan terkuras untuk membayar biaya yang tidak diharapkan.
Peranan industri asuransi jiwa tidak saja penting dalam memproteksi masyarakat, tapi juga sangat strategis, mengingat investasi industri ini juga berkontribusi langsung terhadap pembangunan perekonomian di Indonesia. Investor domestik, khususnya nasabah asuransi jiwa yang membeli produk-produk asuransi jiwa terkait investasi, merupakan salah satu sumber pendanaan jangka panjang yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Belum lagi kenyataan bahwa perusahaan- perusahaan asuransi jiwa mengalokasikan mayoritas investasi mereka di pasar modal Indonesia yang tentunya membuat industri asuransi jiwa berada pada posisi yang semakin kuat sebagai salah satu pilar ekonomi negeri ini. AAJI mencatat, pada 2014 total investasi dari industri asuransi jiwa mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah total investasi industri asuransi jiwa meningkat 26,8% pada 2014, menjadi Rp318,87 triliun dari Rp251,50 triliun di tahun sebelumnya. ”Kenaikan investasi tersebut berkontribusi pada peningkatan total aset industri asuransi jiwa. Adapun, peningkatan total aset sebesar 25,7%, menjadi Rp364,02 triliun dari Rp289,71 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya,” jelas dia.
Plt Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menambahkan, tidak ada seorang pun yang mengetahui masa depan. Itulah sebabnya, sebaiknya sejak berusia muda sudah memiliki premi asuransi. Harga premi yang ditawarkan akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan orang yang berusia lanjut. ”Perusahaan asuransi beranggapan, risiko nasabah muda jauh lebih minim,” ujar dia. Togar menambahkan, mumpung masih sehat, berusia muda, dan mampu, masyarakat bisa melindungi diri beserta keluarga.
Apalagi, setelah muda ada masa tua, sedangkan usia, sehat, dan mampu tidak diketahui sampai mana batasnya. Menjadi peserta asuransi dan investasi adalah suatu bentuk ikhtiar dalam merencanakan masa depan sekaligus melindungi keluarga. Seperti payung, asuransi akan melindungi masyarakat dari berbagai risiko, yang tentu saja tergantung manfaat yang diambil.
Saat sakit asuransi yang menyelesaikan tagihan rumah sakit. Saat meninggal dunia ahli waris akan menerima santunan sebesar nilai kontrak yang telah disepakati bersama. Begitu pula jika kelak anak-anak mulai sekolah. Nilai investasi yang terbentuk bisa dimanfaatkan untuk masa depan anak-anak, dana pensiun, dan kebutuhan lain di hari tua.
AAJI dan perusahaan anggotanya pun senantiasa berupaya memberikan edukasi perasuransian kepada masyarakat, mengingat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah dan masyarakat pada umumnya tidak memiliki proteksi yang mencukupi. Edukasi tersebut penting dilakukan untuk membantu masyarakat Indonesia agar memahami pentingnya memiliki perlindungan atas masa depan keuangan mereka.
Rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia mencerminkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak maupun belum memahami pentingnya asuransi bagi kehidupan dan perencanaan keuangan mereka. Ini sangat disayangkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Sedangkan, perencana keuangan dari Oneshildt Financial Planning, Risza Bambang, menyebutkan bahwa dengan berasuransi masyarakat sama saja telah melakukan aktivitas lindung nilai (hedging), khususnya kepada sang pencari kekayaan.
Terkadang, masyarakat lupa dan hanya melindungi harta bendanya. Padahal, jika pencari kekayaan sakit, maka kekayaan yang dikumpulkan akan segera habis. Adapun, jenis investasi yang baik di asuransi sangat tergantung pada kebutuhan dari profil investasi masing-masing individu serta kebutuhan di masa mendatang.
Kalau masih muda dan mempunyai horizon cukup panjang, ada baiknya berinvestasi di produk unitlink equity atau obligasi dan itu bisa dilakukan dengan produk unitlink . Kalau telah berusia senior, mungkin lebih baik di tempat yang lebih aman. Masyarakat yang berpenghasilan menengah terus menunjukkan kenaikan.
Kebutuhan untuk proteksi juga semakin tinggi. Adanya pragmatisme pada masyarakat membuat investasi di asuransi akan terus berkembang. ”Selain mendapatkan proteksi, juga mendapatkan investasi yang hasilnya lumayan,” kata Risza.
Hermansah
(bbg)